Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Drama Terorisme, Kapan Berakhirnya Drama ini

Semenjak digulirkannya BNPT dan Densus 88 Anti Teror. Kehadirannya diharapkan mulanya mampu menjawab keinginan masyarakat terhadap keingin tahuan publik tentang permasalahan teroris. Namun, sepertinya proyek Anti Teror ini sesungguhnya telah melegalkan pembunuhan tanpa pengadilan.

Ilustrasi
Kasus terakhir adalah aksi Densus 88 dalam penggerebekan di Wilayah Ciputat 1 Januari lalu. Perlawanan sembilan jam itu, telah berhasil menewaskan ke 5 pelaku teror. Sementara dari pihak kepolisian, 1 orang mengalami luka-luka. Seperti drama sebuah adegan film aksi, sepertinya setiap detail diceritakan secara heroik. Tentu cerita reka kan dibuat. Lagi-lagi barang-barang sitaan tersebut, melibatkan buku-buku jihad. Yang sesungguhnya tidak bisa dikatakan sebagai sumber inspirasi para terduga teroris tersebut.

Kinerja Densus 88 yang melakukan pengadilan lapangan ini, mendapatkan banyak protes dari berbagai kalangan. Tak terkecuali pula dari Ketua MPR RI. Tentu ini melahirkan sebuah pertanyaan, bila semuanya ditembak mati, hendak kapan muara teroris ini terungkap?

Drama 9 jam kepungan Polisi kepada 5 anggota terduga teroris itu seperti adegan pertunjukkan pahlawan yang ingin membuktikan jatidirinya. Namun sayangnya, 9 jam perlawanan itu seperti adegan kosong belaka. Kalau memang mengincar mati para terduga, seharusnya Densus 88 bisa selesaikan kurang dari satu jam. Kasus-kasus pengepungan juga sebelumnya seperti demikian. Hingga kini pun, tidak bisa terungkap muara dari terorisme ini.

Neta S Pane Ketua Presidium Indonesia Police Watch (IPW) menyatakan bahwa aksi bunuh mati terduga teroris di Ciputat untuk bagai aksi rekayasa Teroristainment ala BNPT, ia menyatakan bahwa ada hal yang sangat menarik untuk dianalisa penggerebekan terduga teroris di Ciputat kemarin, yang kemudian berlanjut ke Banyumas dan Rempoa.Menariknya penggerebekan ini dilakukan dalam suasana malam Tahun baru.

Seolah polri ingin membangun suasana dramatis, sehingga isu penggerebekan teroris ini ibaratadegan sinetron. Memang patut dipertanyakan, ada apa di balik penggerebekan teroris, kok selalu dilakukan di bulan Desember. Padahal kalau polri mau, kapan saja para teroris itu bisa ditangkap. Sebab data-datasejumlah terduga teroris tersebut sudah diketahui polri dan tempat-tempat persembunyiannya sudah lengkap di tangan polisi. Sepertinya penangkapan teroris di setiap desember menjadi agenda sibuk Densus 88.

Pengalihan Isu Ala Pemerintah

Di awal tahun ini, sengaja sepertinya pemerintah melakukan serangan kepada terduga teroris. Sebab tentu laporan intelijen terkait struktur, aktivitas, bahkan bisa jadi diantara para pengkader teroris itu sendiri diantara mereka adalah intelijen. Sehingga sangat mungkin pemerintah mengetahui tentang seluruh elemen teroris ini. Kita menyadari hal tersebut, karena hingga kini tak bisa ada satupun fakta yang menjawab tentang perkembangan teroris menurut pandangan Pemerintah ini.

Lagi-lagi ini seperti iklan dalam sebuah film drama menarik. Dikarenakan di awal tahun ini, Pemerintah telah membuat berbagai kebijakan yang mencampakkan. Salah satunya deklarasi BPJS atau JKN terhitung 1 Januari 2014. Selain itu, tanpa ada kabar dan pelibatan informasi matang, pemerintah mengeluarkan kebijakan kenaikan LPG 12 kg. Selain kasus Century, Korupsi dan yang terkait lainnya. Lagi-lagi ini memberikan tudingan, bahwa drama terorisme adalah alat pengalihan isu. Bahkan bisa jadi, Densus 88 dan BNPT ingin menunjukkan kepada tuannya, yaitu Australia dan Amerika Serikat, bahwa Teroris itu masih ada di negeri ini sehingga aliran dana akan semakin lancar mengalir kepada kantong penguasa.

Densus 88 dan BNPT, sepertinya juga menjadi alat bagi Amerika Serikat dan Australia untuk mengatrol gerakan islam di Indonesia. Maklum dakwah keislaman telah menjadi warna penting pasca arus reformasi tahun 1998.  Krisis Myanmar, Suriah dan Palestina, telah memberikan dorongan besar bagi ummat islam di Indonesia untuk mewujudkan negeri yang menerapkan syariah secara sempurna. Tak heran, Episode-episode baru terorisme kedepan sepertinya masih menghiasi tahun 2014 ini. 

Bubarkan Densus 88

Selain tindakannya telah menyimpang dari harapan masyarakat, selain itu kegiatan Densus 88 sudah dinilai tidak efektif, maka sepatutnya Densus 88 dibubarkan. Selain itu, para pejabat yang terlibat didalamnya harus diperiksa dan diadili sesuai kebijakan yang mereka lakukan. 

Pembubaran Densus 88 dan organisasi bentukan BNPT, tidak efektif dalam membumi hanguskan perkara teror. Mereka hanya fokus kepada dugaan orang-orang yang sangat dekat dengan islam radikal. Dan sesuai dengan arahan “big boss” Amerika Serikat dan Australia.

Pemerintah semestinya sadar, bahwasannya diluar dari para terduga teroris itu, sebenarnya masyarakat lebih banyak diteror di pihak lainnya. Premanisme merajalela, Pungli liar serta tindakan main hakim aparat kepolisian adalah teror terdahsyat yang membahayakan masyarakat. Bahkan Densus 88 sebaiknya efektif dialihkan membantu dalam menangkapi para penjahat Koruptor dan pembunuhan berantai yang kian marak di negeri ini.

Selain itu pendidikan kontra terorisme dan kontra radikalisme di berbagai tingkat pendidikan, utamanya perguruan tinggi adalah akal-akalan dari kaum Sepilis untuk membuat generasi muda menjauhi islam. Ini terlihat tatkala BNPT banyak melakukan kerjasama dengan berbagai perguruan tinggi baik di dalam negeri dan luar negeri. Bahkan BNPT melakukan tindakan intelijen berlebihan pada warga negara indonesia.

Selain hal tersebut, kasus tersebut sebenarnya bisa dimusnahkan asalkan penguasa negeri ini sadar. Kepemimpinan yang bertitik tolak dari Demokrasi Kapitalisme tak akan memberikan kesejahteraan dan ketaqwaan. Inilah alasan utama terjadinya tindakan teroris itu. Sehingga selayaknya pemerintah menjadikan aturan negeri ini kembali kepada Al-Quran dan As-sunnah secara sempurna. [Rizqi Awal (Peneliti Politik dan Pertahanan di Lembaga Analisis Politik Indonesia /Ketua BE BKLDK Nasional)]

Posting Komentar untuk "Drama Terorisme, Kapan Berakhirnya Drama ini"

close