Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Idul Fitri dan Optimisme Perjuangan Khilafah

Perjuangan Khilafah adalah cita-cita besar yang sangat penting, konsekuensinya tentu membutuhkan kerja yang besar, kecerdasan yang tinggi, pengorbanan yang besar sekaligus kesabaran yang super.

Ramadhan berlalu, umat Islam bersiap-siap menyambut hari besar umat Islam Idul Fitri. Hari besar ini sering disebut hari kemenangan dan kegembiran umat Islam. Pertanyaan pentingnya benarkah kita telah meraih kemenangan yang hakiki? Benarkah kita pantas bergembira? Kita pantas bergembira kalau memang kita benar-benar telah meraih apa yang dimaksudkan oleh Allah SWT dari shaum kita pada bulan Ramadhan yakni ketaqwaan. Inilah alat ukur dari keberhasilan shaum kita, apakah kita semakin bertaqwa atau malah sebaliknya. Ukuran ketaqwaan juga sangat jelas, apakah kita sudah menjalankan perintah Allah SWT dan meninggalkan seluruh larangannya atau tidak.

Imam al Hasan al Bashri menjelaskan kepada kita pengertian taqwa dengan gamblang yakni menjaga dari apa-apa yang diharamkan Allah SWT dan melaksanakan segala perintah-Nya. Sementara Ibnu Abbas memberikan substansi taqwa itu dengan sikap khawatir kaum Muslimin dari sanksi (uqubat) yang akan ditimpakan Allah kepadanya (karena perbuatan yang dilakukannya), sekaligus harapan akan rahmat-Nya.

Kalau kita jujur tentu kita akan mengatakan bahwa kita belum benar-benar bertaqwa. Itu artinya, kita belum benar-benar meraih kemenangan dari Ramadhan kita ini. Buktinya masih banyak hukum-hukum Allah SWT yang belum kita terapkan. Padahal kita diperintahkan untuk taat kepada seluruh hukum-hukumnya secara totalitas. Salah satunya ditegaskan dalam Alquran: Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhan, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syetan. Sesungguhnya syetan itu musuh yang nyata bagimu (QS Al Baqarah: 208).

Dalam Tafsir Ibnu Katsir Juz I dijelaskan makna ayat ini yakni: Allah SWT memerintahkan hamba-Nya yang beriman kepada-Nya, membenarkan Rasul-Nya: agar mengambil seluruh pegangan Islam dan seluruh syariah, dan menjalankan seluruh perintah-Nya, dan meninggalkan seluruh larangan-Nya sesuai dengan kemampuannya.

Penyebab mendasar tidak diterapkannya seluruh syariah Islam adalah karena kita tidak memiliki institusi politik (negara) ad daulah al Khilafah yang secara formal menerapkan syariah Islam. Tanpa negara Khilafah ini banyak syariah Islam yang tidak kita bisa kita terapkan. Kita memang bisa shalat meski tanpa negara Khilafah, namun tanpa Khilafah kita tidak bisa menghukum orang yang tidak shalat secara terang-terangan. Kita bisa shaum tanpa negara Khilafah, namun kita tidak bisa menghukum orang yang tidak shaum tanpa alasan syar’i.

Tanpa negara Khilafah kita bisa menasihati seseorang agar tidak berzina, tapi siapa yang akan menghukum orang yang berzina kalau tidak ada khilafah? Hukum-hukum yang lain jelas membutuhkan Daulah Khilafah: seperti penetapan mata uang resmi negara dinar dan dirham (berdasarkan emas dan perak), pencegahan barang tambang dikuasai oleh asing (swasta) karena merupakan pemilikan umum (al milkiyah al 'amah), menjalankan politik luar negeri dakwah dan jihad.

Memang memperjuangkan kembalinya Khilafah adalah persoalan yang berat. Tapi itulah konsekuensi dari cita-cita besar yang sangat penting. Tentu membutuhkan kerja yang besar, kecerdasan yang tinggi, pengorbanan yang besar sekaligus kesabaran yang super. Karena itu kita tidak boleh pesimistis apalagi menganggap perjuangan ini utopis. Modal utama dari keberhasilan perjuangan ini adalah keyakinan yang kuat (aqidah Islam).

Kewajiban Khilafah adalah merupakan konsekuensi keimanan, sebab menegakkan syariah Islam adalah wujud keimanan seorang Muslim. Tanpa Khilafah mustahil seluruh syariah Islam diterapkan. Apalagi, tidak akan mungkin Allah SWT mewajibkan kita bersatu dan menegakkan syariah Islam kalau perintah itu tidak mungkin kita laksanakan! Bukankah Allah tidak akan membebani kita dalam perkara-perkara yang memang kita tidak sanggup.

Termasuk keyakinan akan janji kemenangan dari Allah SWT. Dalam QS An Nuur: 55 Allah telah menjanjikan kemenangan ini kepada mereka yang beriman dan beramal shalih. Demikian juga banyak hadits yang menjanjikan akan kembalinya Khilafah 'ala minhaj an Nubuwah.

Memang orang-orang kafir, musuh-musuh Allah tidak akan diam, mereka akan berbuat makar dengan berbagai cara menghalangi kemenangan ini. Tapi yakinlah mereka tidak akan pernah berhasil. Allah SWT telah memastikan kekalahan mereka dalam firman-Nya: “ Tipu daya orang-orang kafir itu tak lain hanyalah sia-siapa belaka” (TQS al Mu'min: 25). Walhasil marilah kita meraih kemenangan yang hakiki dengan meraih ketaqwaan yang sesungguhnya dalam Idul Fitri ini dengan memperjuangkan tegaknya syariah dan Khilafah.[Farid Wadjdi]

Posting Komentar untuk "Idul Fitri dan Optimisme Perjuangan Khilafah "

close