Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Ini Sejarah Kurdi Sejak Era Khilafah Rasyidah Sampai Revolusi Suriah

Peta Daerah Kurdistan
Banyak pertanyaan tentang suku Kurdi dan peran mereka dalam revolusi Suriah. Termasuk tentang keislaman mereka. Penelusuran sejarah Kurdi sejak lahir mungkin dapat membantu kita untuk menyimpulkan bagaimana sebenarnya Kurdi dalam tingkatan masyarakat secara umum, pergerakan politik dan kualitas agama dan bagaimana pengaruh sekuler di dalamnya.

Asal usul Kurdi adalah orang Arya dari sekelompok orang Indo-Eropa dari keluarga Iran, yang mencakup masyarakat Kurdi, Persia dan Afghanistan. Mereka memiliki bahasa mereka sendiri, yaitu bahasa Kurdi.

Kurdi hidup di tanah Kurdistan saat ini. Kurdistan sekarang dalam batas-batas politik lima negara, yaitu Turki, Irak, Iran, Suriah dan Armenia. Populasi mereka secara keseluruhan pada tahun 2002 adalah 28 juta orang. Mereka menyebar di Turki 15 juta, di Iran 6 juta, di Irak 5 juta, di Suriah satu juta, serta di Azerbaijan dan Armenia satu juta orang.

Berikut ini adalah distribusi geografis Kurdi:

• Kurdi di Barat Laut Iran

Wilayah di sini merupakan perpanjangan dari tanah mereka di Irak di dataran tinggi Kurdistan dan utara dataran tinggi Zagros.

Kurdi di Iran telah memberontak lebih dari sekali terhadap pemerintah Iran, terutama antara 1920-1925 Masehi. Kurdi menang atas Iran, hingga memaksa Iran untuk memita bantuan kepada Irak dan Turki. Kedua negara mengirimkan pasukan untuk mendukung Iran, yang mengakibatkan kekalahan Kurdi. Sejumlah besar pasukan mereka terbunuh.

Kurdi mendirikan negara dengan bantuan Uni Soviet di utara Iran pada tahun 1946, tetapi Shah Iran, dan dengan bantuan Barat mampu mendominasi mereka pada 1956. Dengan munculnya otoritas ulama setelah kepergian Shah Iran pada tahun 1979 , Soviet membantu Kurdi Iran dan mempersenjatai mereka untuk membentuk sebuah negara. Tujuan Soviet adalah untuk mengontrol atas sumur minyak Iran. Hal ini mendorong Amerika Serikat untuk mendukung Iran dan membantunya dalam mengatasi kesulitan ini.

• Kurdi di Irak Utara

Penduduk Kurdi di Irak utara tersebar di Irbil, Sulaimaniyah, Dohuk dan sebagian kecil di Kirkuk. Lebih dari 97% dari mereka beragama Islam. Sisanya tinggal di Armenia. Sebanyak 96% dari mereka adalah muslim Sunni. Sisanya adalah Syiah, sekuler, dan komunis, sebagaimana mereka disebut di sana.

Irak dianggap sebagai pusat ketidakadilan terhadap rakyat Kurdi. Setelah perang Iran-Irak berakhir, media melaporkan upaya genosida Saddam Hussein terhadap Kurdi dengan gas beracun, bom Napalm, dan penghapusan kota dan seluruh desa dari keberadaannya, seperti kota Halabjah di timur Sulaimaniyah. Kurdi dituduh mendukung Iran dalam perang melawan Irak selama Perang Teluk pertama.

Terlepas dari Deklarasi Pemerintah Irak pada tahun 1974 bahwa orang-orang Kurdi memiliki hak untuk pemerintahan sendiri, tetapi kenyataan di lapangan menunjukkan sebaliknya. Buktinya revolusi Kurdi dihadapi dengan pembunuhan dan genosida.

Sebagai hasilnya klan kepemimpinan Kurdi mengumumkan berakhirnya permusuhan bersenjata. Warga Kurdi memiliki pilihan antara kembali ke Irak dan imigrasi ke Iran. Hal ini telah menyebabkan pecahnya ikatan Partai Demokrasi Kurdistan (PPK). Partai ini sebelumnya telah mengumpulkan semua kelas masyarakat Kurdi di bawah kepemimpinan Mullah Mustafa Barzani, yang melarikan diri ke Amerika Serikat sampai ia meninggal pada tahun 1975. Kemudian sejumlah besar dari mereka pindah ke Kurdistan Iran dan Turki.

Kurdi telah dan terus menuntut sebuah negara merdeka bagi mereka. Mereka mencobanya setelah Perang Teluk pertama pada tahun 1991.

Situasi politik Kurdi setelah Perang Teluk 1991 berbeda dari sebelumnya

Pemerintahan Irak dan pasukan AS menandatangani kesepakatan untuk memberikan provinsi di Irak utara sebagai provinsi yang berdiri sendiri bagi Kurdi dan menjadi zona larangan terbang bagi pesawat Irak. Maka tanda-tanda yang mengarah kepada pemerintahan federal Kurdi mulai terbentuk saat itu. Ada du pihak Kurdi yang berkuasa di bawah kepemimpinan Mas’ud Barzani dan Jalal At-Talibani. Dua tokoh ini memimpin dengan orientasi sekuler.

Yang patut diperhatikan adalah pengaruh orientasi sekuler tersebut terhadap gerakan Islam di Irak utara dan di wilayah Kurdi. Setelah Irak dijajah oleh pasukan AS, hal ini menjadi pukulan telak bagi Gerakan Islam Kurdi di Irak utara. Mereka dituduh berafiliasi dan simpati kepada Al-Qaidah. Gerakan Islam yang paling populer hingga saat ini adalah Ansharul Islam Irak. (Anda dapat melihat profilnya sekilas di sini).

Semua orang tahu bahwa Kurdi yang Sunni di Irak berkomitmen untuk agama Islam, dan tidak terkait dengan organisasi seperti itu, baik Al-Qaidah maupun lainnya. Masalah ini tidak lebih hanyalah penciptaan situasi aman bagi kelompok sekuler untuk memegang peran, dengan mengorbankan orientasi Islam.

Pada tahun 1994, Sayyid Salahuddin Muhammad Bahauddin bersama dengan elit Muslim dari pemuda Kurdi membentuk sebuah organisasi Islam yang disebut Persatuan Islam Kurdistan. Organisasi ini mengadopsi gagasan pembaruan Islam tanpa kekerasan, memakai cara-cara damai dan dialog dengan tokoh-tokoh Kurdi tentang kondisi sulit yang dialami oleh Kurdi selama ini. Meskipun perwakilan mereka ada di parlemen Kurdistan dan parlemen Irak saat itu, apa yang mereka lakukan tidak disukai oleh banyak analis politik dan pengamat realitas Islam.

• Kurdi di timur dan tenggara Turki

Populasi Kurdi di Turki terkonsentrasi di daerah pegunungan timur di sekitar provinsi Diyarbakir. Mereka bekerja sebagai penggembala dan tidak tunduk kepada sistem negara.

Dalam rangkaian sejarah keislaman Kurdi, yang akan dijelaskan selanjutnya, Kurdi terus mempertahankan Islam dan syariat Allah SWT. Mereka berpartisipasi dalam penaklukan bersama Kekaisaran Turki Utsmani. Tetapi setelah Kekaisaran Turki ini runtuh, Kemal Attaturk, enggan mengakui nasionalisme Kurdi, yang mengakibatkan pemberontakan Kurdi dan pembentukan partai-partai Kurdi. Terutama Partai Buruh Kurdistan (PKK) di Turki.

Pemerintah Turki benar-benar menolak nasionalis Kurdi maupun hak perwakilan mereka di parlemen. Seorang wartawan Turki mengatakan, “Sumber konflik sebenarnya terletak pada sistem pemerintahan Turki Kemali yang yang menerapkan sistem pemerintahan yang tidak demokratis, semimiliter yang berlindung di balik topeng demokrasi, dan menganut konstitusi militer, dan tidak menghormati hak asasi manusia.
Rezim benar-benar menolak mentah-mentah semua tuntutan Kurdi dalam representasi sosial, budaya dan politik. Padahal persentase mereka adalah 25% dalam masyarakat Turki. Bahkan rezim juga mengabaikan tuntutan mereka untuk pembangunan ekonomi di daerah-daerah Kurdi, seperti yang terjadi sekarang.”

• Kurdi di timur laut Suriah

Populasi Kurdi di Suriah terkonsentari di provinsi Hasakah (di perbatasan Suriah-Turki), provinsi Aleppo di wilayah Ain Arab (termasuk Kobani yang saat ini sedang mereka pertahankan dari serangan ISIS) dan Afrin, dan di provinsi Raqqah.

Rezim Suriah telah menerapkan kebijakan diskriminatif terhadap mereka. Statistik mereka di Hasakah sangat besar pada tahun 1962, namun 120 ribu Kurdi dihapus dari kebangsaan Suriah mereka. Mereka juga dilarang berbicara dengan bahasa Kurdi di sekolah dan lembaga-lembaga publik.

Di beberapa wilayah mereka menghadapi insiden kekerasan, di antara yang paling penting adalah peristiwa Qamisyli 12 Maret 2004, dan pembunuhan ulama terkemuka Muhammad Ma’syuq Al-Khaznawi” pada 30 Mei 2005.

• Kurdi di Armenia, Azerbaijan dan Georgia

Uni Soviet melihat Kurdi di wilayah ini sebagai entitas anti-komunis. Karena dalam pandangan Uni Soviet ketika itu, mereka adalah ekstrimis Muslim yang dikenal dari kepatuhan mereka kepada ajaran agamanya. Soviet mencoba untuk mengubah loyalitas Kurdi agar mendukung tujuan strategisnya dan menyiarkan gagasan-gagasan atheis di tengah-tengah mereka.

Sejarah Keislaman Kurdi
Allah Yang Mahakuasa menurunkan agama Islam untuk menjadi agama bagi semua orang dari berbagai kebangsaan, warna kulit dan latar belakang. Bangsa Kurdi termasuk bangsa yang masuk Islam sejak awal penaklukan Islam. Mereka dikenal sebagai muslim yang kuat menjalankan, mencintai dan membela Islam. Harta dan nyawa mereka pertaruhkan demi agama. Salah satu kebanggaan bagi bangsa Kurdi adalah Shalahudin Al-Ayyubi pembebas Baitul Maqdis adalah putra kelahiran bangsa mereka.

Sebelum masa Islam, Kurdi memeluk agama Zoroastrianisme, yang hanya dikenal di kalangan suku Arya. Pada tahun 649 Masehi, Islam menyebar sampai ke tanah mereka melalui Khalid bin Al-Walid dan Iyadh bin Ghanam. Maka sejak saat itu sebagian besar bangsa Kurdi memeluk Islam Sunni dengan mazhab Syafi’i.

Sejarahnya, Kurdi ketika itu tinggal di batas-batas Kekaisaran Persia. Dari sini mulailah terjalin hubungan mereka dengan Islam selama penaklukan Islam di Persia pada masa pemerintahan Umar bin Khaththab.

Pada masa itu, pasukan Islam meraih kemenangan atas pasukan Persia dalam pertempuran Qadisiyah, Jalawla, dan Nahawand. Di antara dampaknya, terjadilah gesekan antara kaum muslimin dan Kurdi.

Sebagian besar wilayah Kurdi telah ditaklukkan oleh pasukan Islam, mulai dari kota, desa dan istana mereka di daerah pegunungan barat dan wilayah aliran sungai Efrat, Armenia dan Azerbaijan. Wilayah-wilayah ini ditaklukkan dengan perjanjian damai. Kecuali untuk beberapa daerah ditaklukkan dengan peperangan, sebab umat Islam dihadapi dengan perlawanan sengit.

Pada tahun 21 Hijriah, mayoritas wilayah Kurdi sudah masuk dalam kekuasaan Islam. Masyarakat Kurdi masuk Islam berbondong-bondong. Mayoritas memeluk Islam secara sukarela. Selanjutnya mereka berperan signifikan dalam penaklukan Islam.

Pada era Abbasiyah (132 H), Kurdi menunjukkan peran yang luar biasa dalam membela kehormatan kekhalifahan. Bahkan ketika Kekhalifahan Abbasiyah mengalami kemunduran pada masa Dinasti Buwaih (334-447 H) dan terbentuklah kerajaan-kerajaan kecil, Kurdi tetap loyal kepada simbol Islam ketika itu, yakni Kekhilafahan Abbasiyah. Mereka tidak mencoba untuk melakukan pemberontakan dan pemisahan diri, meskipun telah membentuk kerajaan sendiri seperti lainnya. Mereka tidak menyerang Baghdad seperti dilakukan oleh bangsa Persi dan Buwaih. Mereka sebenarnya mampu melakukannya bila menghendaki, namun mereka tetap loyal kepada Abbasiyah.

Kurdi menunjukkan semangat Islam. Mereka menjadi tentara kekhalifahan Islam di berbagai era. Bahkan menjadi penopang dan benteng yang kuat di perbatasan wilayah Islam dalam menghadapi Rusia, Bizantium dan sekutu mereka dari Armenia dan Georgia. Kemudian mereka melawan Tentara Salib dan Bathiniyah di bawah kepemimpinan Shalahuddin Al-Ayyubi.

Kurdi pada masa Shalahuddin Al-Ayyubi muncul dalam sejarah Islam sebagai negara besar. Mereka adalah pendirinya. Negeri ini melakukan upaya-upaya besar dalam penyatuan Mesir dan Suriah, saat Kekhalifahan Abbasiyah dalam kelemahan yang parah.

Negara tersebut harus menghadapi Tentara Salib di Syam dan Mesir, namun mampu mengalahkan mereka dalam pertempuran besar di Hittin dan Manshurah. Negara mereka berlangsung hampir seratus tahun dari 569 sampai 661 H. Negara yang dimaksud adalah negara Ayyubiyah yang didirikan oleh pemimpin Muslim Kurdi Shalahuddin Al-Ayyubi.

Banyak orang mungkin tidak tahu bahwa Al-Ayyubi adalah keturunan Kurdi. Ia tumbuh dewasa di Tikrit Irak. Ia bersama pamannya, Asaduddin Shirkuh, mampu menjatuhkan negara Ubaidiyyah Ismailiyyah di Mesir dan menegakkan negara Sunni. Kemudian ia mampu mampu menyatukan Mesir dan Suriah dalam keadaan yang kuat untuk mengalahkan Tentara Salib. Sepeninggalnya, keluarganya mengambil alih pemerintahan Kurdi sampai akhir kejayaannya dan berganti dengan negara Mamluk.
Kurdi dan Pendidikan Islam
Kurdi adalah Muslim. Mereka dikenal berpegang kepada akidah Islam dan tetap berkomitmen kepada ajaran Al-Qur’an dan bahasa Arab, meskipun bahasa Kurdi adalah bahasa komunikasi mereka. Mereka mempelajari Al-Qur’an dan Bahasa Arab di kurikulum sekolah.

Irbil yang dianggap sebagai ibukota Kurdistan Irak, sejak bertahun-tahun telah menjadi tujuan banyak pemuda untuk belajar bahasa Arab dan menghafal Al-Qur’an melalui sekolah swasta yang disebut sekolah-sekolah Islam. Sekolah-sekolah ini telah meluluskan lebih dari 400 ulama Kurdi yang menguasai konsep-konsep Islam dan lebih dari 2800 siswa penghafal Al-Qur’an.

Lulusan penghafal Al-Qur’an dikelompokkan dalam tiga kategori: kategori pertama usia 12 sampai 16 tahun. Kategori ini setidaknya telah hafal tiga juz Al-Qur’an dan menguasai bahasa Arab. Kategori kedua usia 16 sampai 20 tahun. Kategori ini telah menghafal empat sampai lima belas juz Al-Qur’an. Kategori ketiga adalah usia 22 sampai 30 tahun. Mereka telah hafal 30 juz dengan sempurna.

Banyak perempuan dan pemudi Kurdi memiliki tekad kuat kepada syariat Islam dan memakai pakaian Islami, meskipun ada upaya luas dari kalangan sekuler untuk menyebarkan kesetaraan antara pria dan wanita dalam segala hal dengan dalih kebebasan pribadi.

Kurdi dan Revolusi Suriah

Banyak pertanyaan tentang sejauh mana partisipasi Kurdi dalam revolusi Suriah, hubungan mereka dengan oposisi, dan tuntutan dalam fase pasca-Asad.

Koordinator Umum Dewan Revolusi Suriah Kurdi, Faris Mashaal Tammo, dalam wawancara dengan wartawan senior Al-Jazirah, Tayser Alluni, pada tanggal 29 Juli 2013 lalu, mengatakan bahwa mayoritas Kurdi mendukung revolusi Suriah. Mereka menuntut hak-haknya dalam kerangka bangsa.

Selama ini, seperti dijelaskannya, Kurdi dilarang dari segala sesuatu, mereka kehilangan pekerjaan, kebangsaan, kepemilikan dan akuisisi, serta posisi politik dan militer. Mereka ingin hak-hak konstitusional Kurdi dilindungi dalam rangka kebangsaan.

Faris Mashaal Tammo menjelaskan, ada tiga keberpihakan dalam revolusi Suriah. Pertama adalah Partai Persatuan Demokrasi, sayap militer Kurdi Suriah dari Partai Buruh Kurdi (PKK) di Turki. Mereka kembali ke Suriah degan dukungan dan dana dari rezim Bashar untuk membantunya dalam menindas demonstran, penangkapan, dan pembunuhan aktivis.

Pihak kedua adalah Dewan Nasional Kurdi, yang memilih untuk bersikap netral dan benar-benar jauh dari Revolusi selama enam bulan pertama pembentukannya. Tetapi setelah sisa partai Kurdi lainnya disatukan ke dalam Dewan Nasional Kurdi, mereka memilih untuk menjadi pihak ketiga dalam revolusi. Dewan Nasional Kurdi lahir dari sikap para pemuda Kurdi dalam revolusi Suriah sebagai front politik bagi gerakan Kurdi, yang mencita-citakan negara merdeka. Namun, Faris melihat lembaga ini tidak berjalan dengan baik.

Pihak ketiga adalah Dewan Revolusi Suriah Kurdi. Lembaga ini mewakili kelompok Kurdi yang berpihak kepada oposisi sejak awal dan masih berlanjut. Namun, mereka mengalami pemisahan dan marjinalisasi oleh Dewan Nasional Kurdi dan Dewan Nasional Suriah (SNC).

Mashaal Tammo menegaskan bahwa Dewan Revolusi Suriah Kurdi turut andil dalam kegiatan militer, dan memiliki link ke dalam jajaran Tentara Pembebasan Suriah (FSA).

Masa depan Kurdi

Menurut Dr. Iman Musthafa Bagha, dalam bukunya yang berjudul, “Apa Masalah Kurdi di Masa Sekarang?” masalah Kurdi bagi Barat adalah karena Shalahuddin Al-Ayyubi lahir dari mereka. “Inilah yang membuat Barat membiarkan mereka tanpa negara ketika membagi-bagi negeri kita menjadi terpecah-pecah dalam perjanjian Sykes Picot,” ungkapnya.

Prof. Dr. Fayiz Muhammad Al-Isawi, Profesor dan Kepala Departemen Geografi Fakultas Adab Universitas Alexandria Mesir, juga melihat bahwa kekuatan negara-negara besar seperti Rusia, Amerika dan Inggris serta negara-negara yang menampung masyarakat Kurdi (Turki, Irak, Suriah, Iran dan lainnya seperti disebutkan sebelumnya) tidak akan mengizinkan Kurdi mendirikan negara merdeka. Mereka semua sepakat bahwa berdirinya negara Kurdi hanya akan menambah masalah antara Kurdi dan tetangga-tetangganya.

Penutup

Dapat digarisbawahi bahwa Kurdi menjadi masyarakat Muslim yang berkomitmen kuat kepada agama setelah mendapatkan sentuhan dakwah Islam. Hal ini tampak dalam kurikulum pendidikan, pembelaan mereka kepada kekhilafahan Islam dan perlawanan terhadap tentara Salib yang dipimpin oleh Shalahuddin Al-Ayyubi. Namun, invasi Amerika Serikat ke Irak telah meninggalkan pemikiran sekuler di antara tokoh Kurdi dan berpengaruh terhadap komitmen masyarakat Kurdi kepada Islam. (Agus Abdullah) [kiblat/visimuslim.com]

Source:
http://www.alukah.net/world_muslims/0/2913/
http://www.alukah.net/world_muslims/0/3015/
Dr. Iman Musthafa Bagha, Ma Hiya Musykilatul Akrad fi Al-Ashr Al-Hali? hlm. 4.
http://digital.ahram.org.eg/articles.aspx?Serial=1090062&eid=14158
http://www.aljazeera.net/programs/today-interview/2013/8/2/فارس-مشعل-الأكراد-والثورة-السورية
http://www.alukah.net/culture/0/38776/

Posting Komentar untuk "Ini Sejarah Kurdi Sejak Era Khilafah Rasyidah Sampai Revolusi Suriah"

close