Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Sumpahku Bukan Sumpah Pemuda

Membutuhkan tekad dan keberanian untuk mencetuskan sebuah ikrar suci. Apalagi bersumpah di hadapan negeri. Sumpah bisa menjadi pemicu untuk menggerakkan jiwa bertarung, baik fisik ataupun intelektual. Itu juga yang terjadi ketika Sumpah Pemuda dicetuskan oleh segelintir pemuda yang konon memelopori pergerakan pemuda di Indonesia. [Baca juga : Sumpah Pemuda ; Ikrar Persatuan yang Terbatas]

ilustrasi- Sumpah Pemuda
Pemuda merupakan pasukan terbaik sebagai pertahanan negara. Pemuda menjadi garda petarung hebatdemi mencapai sebuah misi kehidupan bernegara. Pemuda adalah tonggak perubahan sebuah tanah kehidupan umat manusia. Memanfaatkan kekuatan pemuda artinya bersiap untuk menyongsong kemenangan. Begitu kuatnya faktor pengaruh Sumpah Pemuda hingga mempelopori kemerdekaan Indonesia. Namun sayang, saat ini pemuda seakan larut dengan atmosfer peradaban.

Sumpah Pemuda hanya sebuah euforia tanpa arti apa-apa. Sumpah Pemuda hanya mampu menggerakkan pemuda Indonesia untuk melepaskan diri dari belenggu penjajahan fisik yang dulu dialami oleh Indonesia. Namun, berhadapan dengan penjajahan-penjajahan intelektual, kebanyakan pemuda sekarang lengah. Perlahan-lahan semangat perjuangan itu luntur.

Sumpah Pemuda tidak bersifat global. Orientasinya memang hanya lingkup Indonesia saja. Maka dari itu, bila melihat masalah saat ini yang bersifat global, maka dibutuhkan dorongan yang bersifat global pula. Spirit perubahan secara global itu tak bisa diwadahi oleh Sumpah Pemuda.

Para pemuda seharusnya kembali menyusun ikrar dan sumpah baru demi mengokohkan spirit perjuangan baru. Spirit perjuangan yang mengglobal dengan sebuah gebrakan yang lebih besar ketimbang semangat Sumpah Pemuda. Pada awal kemunculannya Sumpah Pemuda dicemooh oleh orang-orang di sekitarnya karena dianggap sebagai sebuah khayalan semata. Pasalnya, dulu menyatukan bangsa Indonesia seperti sebuah mimpi yang tak berujung. Namun ternyata, persatuan Indonesia terwujud, dan Sumpah Pemuda di elu-elukan.

Karena itu, seiring dengan makin kerasnya pertarungan peradaban, para pemuda khususnya para pemuda Muslim jangan pernah takut dan ciut akan cemoohan orang yang menganggap penyatuan negeri-negeri Muslim menjadi sebuah negara yang satu dan imperium yang akan menguasai dunia (baca: Khilafah) adalah sebuah mimpi. Bahkan nyawa kita pertaruhkan demi sebuah misi suci ini. Ikrar sumpah yang pernah ditorehkan ribuan mahasiswa—sebagai representase para pemuda Muslim—tahun 2009 lalu dalam Kongres Mahasiswa Islam Indonesia (KMII) dan perhelatan Indonesia Congress of Muslim Students (ICMS) 2014 pada tahun ini adalah jawaban atas kekeringan intelektual yang dialami pemuda-pemuda saat ini. Maju dan bergeraklah wahai pemuda. Songsong kemenangan kita; kemenangan para pemuda, kemenangan Islam, kemenangan atas semua peradaban kufur dan kemenangan menuju keridhaan Allah SWT. Allahu Akbar! [Igza Bin Haritsah; Peserta Kongres Mahasiswa Islam Indonesia 2009] [*Dengan Sedikit Tambahan dari Redaksi www.visimuslim.com]

Sumber : al-waie/hizbut-tahrir.or.id

Posting Komentar untuk "Sumpahku Bukan Sumpah Pemuda"

close