Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Jebakan Konflik Kekuasaan Sengsarakan Rakyat Indonesia

Indonesia masuk dalam daftar negara yang paling menyengsarakan pada tahun ini berdasarkan survei Bloomberg. Predikat baru ini dinilai ekonom sebagai peringatan bagi pemerintahan Joko Widodo untuk melepaskan diri dari jebakan konflik kekuasaan dan fokus pada perbaikan tata kelola ekonomi. 
ilustrasi

Ahmad Erani Yustika, Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya, mengaku terkejut dengan hasil survei Bloomberg yang memasukan Indonesia ke dalam daftar negara paling menyengsarakan. Sebab, hal tersebut bertolak belakang dengan indeks kebahagian Indonesia yang sebenarnya jauh lebih baik dibandingkan banyak negara. 

"Tapi itu penting sebagai alarm bagi pemerintah untuk diperhatikan," ujarnya kepada CNN Indonesia, Ahad (8/3). 

Erani menilai status tersebut berkaitan dengan kinerja para menteri ekonomi Jokowi yang belum sesuai dengan harapan publik. Dia menilai banyak menteri ekonomi saat ini yang tidak memiliki pengalaman dan kompetensi yang sesuai dengan bidang yang digelutinya saat ini. 

"Mungkin masih fokus adaptasi dengan lingkungannya. Tapi implikasinya banyak, karena Indonesia jadi kehilangan peluang ekonomi," tuturnya. 

Contohnya, lanjut Erani, kenaikan harga beras 30 persen dalam dua bulan terakhir merupakan buntut dari respon pemerintah yang telat dalam mengantisipasi kelangkaan pasokan. Padahal, Erani mengatakan kelangkaan beras yang biasa terjadi pada November merupakan informasi sederhana yang seharusnya sudah diantisipasi pemerintah dengan menggelar oeprasi pasar terbuka. 

"Sekarang mereka harus sensitif terhadap pergerakan di pasar barang, pasar uang, maupun pasar tenaga kerja," jelasnya. 

Apabila mengacu pada rilis Badan Pusat Statistik (BPS), Erani menilai inflasi di Tanah Air jauh lebih baik dibandingkan negara-negara di kawasan Amerika Latin, Asia, maupun beberapa negara Eropa. Namun, dia menilai inflasi rendah maupun deflasi yang diumumkan BPS belum menggambarkan keseluruhan kondisi daya beli masyarakat. 

"Orang miskin itu 40 persen pendapatannya untuk membeli beras. Hitung-hitungan saya, dengan naiknya harga beras kemarin, pendapatan mereka tergerus 12 persen," katanya. 

Berdasarkan survei Bloomberg, Indonesia menempati peringkat terakhir dalam daftar 15 negara paling menyengsarakan. Ke-14 negara yang lebih menyengsarakan di atas Indonesia adalah Venezuela, Argentina, Afrika Selatan, Ukraina, Yunani, Spanyol, Rusia, Kroasia, Turki, Portugal, Itali, Colombia, Brazil, dan Slovakia. 

Sandera Konflik Kekuasaan


Riant Nugroho, Direktur Institute for Policy Reform, menilai mayoritas negara yang dikategorikan menyengsarakan rakyatnya adalah yang pemerintahnya gagal menggunakan kebijakan ekonominya untuk menyejahterakan dan membuat rakyatnya mandiri. Penyebabnya adalah, sebagian besar pemerintahan dari negara-negara tersebut terjebak dalam konflik kekuasaaan yang berkepanjangan. 

"Tak terkecuali dengan Indonesia, di mana pemerintah tersandera oleh  konflik politik berkepanjangan, yang berujung pada perseteruan KPK dan Polri," tuturnya.  

Secara umum, jelas Riant, pemerintah selaku pembuat kebijakan semakin kehilangan kesempatan untuk membenahi ekonomi karena waktunya habis untuk mengatasi konflik-konflik kekuasaan tersebut. 

Dari sisi makro ekonomi, Riant mengakui sejumlah indikator Indonesia menunjukan perbaikan, seperti indeks harga saham gabungan (IHSG) meningkat dan inflasi terkendali di level yang rendah. Namun, ada faktor pelemahan rupiah yang tidak selaras dengan kenaikan ekspor, seperti yang digembar-gemborkan pemerintah. 

"Yang tidak disadari adalah indikator pelemahan rupiah yang semakin menggerogoti kita sendiri. Tidak apa kalau ekspor meningkat, tetapi ini tidak ada impact-nya ke ekspor. Artinya semakin menyengsarakan," tuturnya. 

Riant Nugroho menjelaskan dalam risetnya Bloomberg memang tidak menelitis seluruh negara, tetapi hanya mengambil sampel ke sejumlah negara yang sebenarnya diharapkan kondisinya membaik. Dengan demikian, posisi pemeringkatan Bloomberg tersebut tidak dapat didijadikan patokan 100 persen kalau kalau Indonesia lebih buruk secara ekonomi dibandingkan banyak negara miskin di Asia dan Afrika. 

"Tapi ini bisa jadi cambuk buat Indonesia, negara yang diharapkan bisa membahagiakan rakyatnya, untuk dijadikan benchmark oleh negara-negara lain di dunia," katanya. (ags) [www.visimuslim.com]

Sumber : CNN Indonesia, 8/3/2015

Posting Komentar untuk "Jebakan Konflik Kekuasaan Sengsarakan Rakyat Indonesia"

close