Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Manajemen Waktu Orang Shalih


Banyak dari kita yang kesulitan dalam mengatur waktu agar semuanya berjalan sesuai dengan agenda. Lalu bagaimana manajemen waktu orang shalih?

Dalam mengatur waktu, yang penting bukan terletak pada seberapa banyak waktu yang dimiliki seseorang, melainkan bagaimana dan diisi dengan apa saja waktu yang tersedia. Seperti perkataan seorang ulama’ besar dalam Qimatu az-Zaman inda al-Ulama’i,

“Aku tidak boleh menyia-nyiakan sesaat pun dari umurku. Bahkan jika lidahku tidak bisa belajar atau berdiskusi, dan mataku tidak dapat melihat, maka aku berdayakan otakku saat istirahat dalam keadaan berbaring. Ketika aku bangun, maka aku sudah punya pokok-pokok pikiran yang bisa aku tulis. Aku rasakan semangatku mencari ilmu pada usia 80 tahun itu lebih kuat daripada ketika aku berumur 20 tahun.

Aku berusaha sebisa mungkin meminimalkan waktu-waktu makanku, hingga aku memilih menelan kue dan menghisapnya dengan air di atas roti, agar waktu yang semestinya aku pakai untuk mengunyah itu bisa aku pakai untuk membaca dan menulis buku.

Menurut orang-orang berakal sesuai dengan ijma’ bahwa sesuatu yang paling agung ialah waktu. Selain itu, waktu adalah rampasan perang. Dan semua peluang dapat dimaksimalkan di dalamnya. Tugasku amatlah banyak.”

Marilah kita belajar dari sosok orang shalih ini, yang ia mampu mengarang buku sebanyak 800 jilid, dan buku-buku lainnya dalam puluhan jilid. Ulama’ besar yang sangat luar biasa. Dia adalah Abu al-Fida’, alias Ibnu Aqil.

Jika fokus seseorang dalam mengerjakan satu hal adalah perlu waktu berapa lama, urusan lain lagi harus diselesaikan kapan, maka itu bukan memanage (mengatur) waktu namanya. Karena dengan begitu waktu tidak akan pernah cukup, selalu kurang.

Oleh karenanya, mengatur waktu erat kaitannya dengan kreativitas seseorang dalam berbuat. Seperti alkisah pada hari raya, Syuraih al-Qadhi keluar dan bertemu orang-orang yang sedang bermain. Ia bertanya kepada mereka, “Kenapa kalian bermain?” Mereka menjawab, “Karena tidak punya pekerjaan.” Syuraih al-Qadhi berkata, “Apakah begitu kehidupan orang menganggur itu?” Lalu ia membacakan Al-Qur’an surat Al-Insyirah ayat 7-8,

“Maka apabila kamu telah selesai (dari suatu urusan), kerjakan dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain. Dan hanya kepada Rabbmu hendaknya kamu berharap.”

Jika waktunya diisi dengan keta’atan, maka tugasnya adalah mengakui nikmat Allah pada dirinya yang telah tertunjuki kepada keta’atan.

Jika waktunya diisi dengan kenikmatan, maka tugasnya adalah bersyukur.

Jika waktunya diisi dengan kemaksiatan, maka tugasnya adalah istighfar dan bertaubat.

Jika waktunya diisi dengan cobaan, maka tugasnya adalah ridha dan sabar. Yang ridha adalah jiwanya terhadap putusan Allah. Yang sabar adalah hatinya yang tegar di hadapan Allah (bukan manusia).

Tidak pantas bagi kita seorang yang menyakini Islam, mengisi waktu dengan hal yang tiada berguna. Seluruh aktivitas yang menghiasi hari-harinya haruslah sarat dengan amal-amal shalih. Caranya?

Evaluasilah diri sesering mungkin. Buatlah kesibukan tertentu di setiap waktu. Jangan campur aduk dengan kesibukan yang lain.
Dan, utamakan amal-amal akhirat, dibanding duniawi.

Lebih baik mengisi waktu dengan ngaji/halqah, dakwah, menulis, mendengar nasehat, tilawah Al-Qur’an, muroja’ah, membaca buku, menjahit pakaian, dan seabrek aktivitas baik bin bermanfaat lainnya. Daripada mengisi waktu dengan dandan berjam-jam di depan cermin, atau belanja seharian sambil refreshing mata di mall, yang akhirnya banyak menyedot waktu produktif, yang akhirnya membuatmu kekurangan waktu dan sulit memanage waktu.

Hati-hatilah terhadap waktu. Karena jika tak pandai menggunakannya, ia akan membunuh sel-sel tubuh kita. Ingat pesan Nabi,

“Gunakan lima perkara sebelum datang lima perkara. Yaitu masa mudamu sebelum masa tuamu. Sehatmu sebelum sakitmu. Kayamu sebelum miskinmu. Waktu luangmu sebelum masa sibukmu. Dan hidupmu sebelum matimu.”

Semoga bermanfaat. Semangat selalu menjalani aktivitas…

Diasuh Oleh : Ummu ‘Aamirah (Islamic Counselor)

(fauziya/detikislam/visimuslim.com)

Posting Komentar untuk "Manajemen Waktu Orang Shalih"

close