Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Peran Mulia Ibu


Kontroversi seputar video yang dibuat oleh Ogilvy & Mather bertajuk "Mums & Maids" dikarenakan isu yang diangkat di dalamnya. Video ini membandingkan pengetahuan ibu dan pembantu rumah tangga (PRT) mengenai anak mereka. Ibu dan PRT sama-sama diberikan pertanyaan, kemudian jawaban mereka dicocokkan dengan si anak. Hasilnya sungguh membuat malu para ibu, dimana PRT lebih mengenal anak-anak yang diasuhnya dibandingkan dengan ibunya sendiri. 

Sebagai contoh ketika dalam satu kesempatan ibu ditanyakan "Apa cita-cita anaknya?" Si ibu menjawab "Kupikir dia ingin menjadi guru." Tapi si PRT menjawab bahwa anaknya ingin menjadi Princess, atau putri. Si anak kemudian menjawab bahwa dia ingin menjadi seorang putri atau Princess. 

Video ini menuai kontroversi di kalangan para ibu yang bekerja dan para wanita. Banyak wanita yang mempertanyakan bagaimana dengan peran ayah? Sementara itu menurut banyak wanita video ini berusaha mempermalukan para ibu. 

Namun juga ada yang menangkap video ini sebagai hal positif. Beberapa orang mengatakan bahwa video ini merefleksikan kenyataan bagi beberapa orang tua. Banyak orang tua yang terlalu bergantung pada PRT dalam mengasuh anak mereka dan tidak menghabiskan banyak waktu untuk mengenal anak mereka sendiri.

Meski video tersebut diproduksi di Singapura, yang menunjukkan realitas kaum ibu yang ada di sana. Namun tidak jauh berbeda dengan kondisi kaum ibu di Indonesia, dimana kaum ibu digiring keluar rumah untuk bekerja agar produktif dan mandiri secara ekonomi dan finansial. Terlebih saat ini ketika rezim neolib membuat kehidupan semakin sulit, kaum ibu dituntut bekerja untuk membantu ekonomi keluarga. Namun konsekuensi dari semua itu adalah perhatian terhadap anak berkurang karena waktu kaum Ibu tersedot untuk bekerja, yang pada akhirnya pengurusan anak diserahkan kepada PRT. 

Padahal akan sangat jauh berbeda kasih sayang ibu dengan kasih sayang seorang PRT dan pendidikan yang diberikan kepada anak pun akan berbeda. Ibu memiliki peran yang sangat besar dalam membentuk karakter anak. Ibu adalah sekolah pertama dan utama bagi anak. Ibu adalah sosok yang sangat dekat, yang pertama kali berinteraksi dengan anak. Bagaimana jadinya seorang anak jika ibu lebih memilih karir di luar rumah? 

Kehidupan saat ini tengah didominasi oleh ideologi kapitalisme. Nilai segala sesuatu diukur dengan materi, kebahagiaan bermakna kelimpahan materi. Dengan standar mateti, peran ibu menjadi inferior karena dianggap tidak bernilai ekonomi. Alhasil kaum ibu pada akhirnya menyerbu sektor publik yang bisa menghasilkan materi secara langsung. Bahkan sebagian dari mereka bekerja untuk mendapatkan gaya hidup mewah yang menurutnya hanya bisa didapatkan apabila memiliki penghasilan sendiri.

Islam datang ke dunia membawa seperangkat aturan untuk memastikan kehidupan manusia berjalan sesuai dengan fitrah dan membawa kebahagiaan bagi manusia di dunia dan akhirat. 

Islam menetapkan dua peran penting perempuan, yaitu sebagai ibu dan pengelola rumah. Hukum asal seorang wanita dalam Islam adalah ibu bagi anak-anak dan pengelola rumah suaminya. Ia adalah kehormatan yang wajib dijaga. Bahkan untuk menjamin terlaksananya peran ini, Islam menetapkan beberapa hukum khusus bagi perempuan, misalnya kebolehan untuk meninggalkan puasa sewaktu hamil dan menyusui, berhenti puasa dan shalat ketika haid dan nifas, dan lain-lain.

Ibu adalah pendidik utama dan pertama bagi para buah hatinya. Ibu adalah peletak dasar jiwa kepemimpinan pada anak. Ibu mempersiapkan anak menjadi generasi pejuang. Berbahagialah para ibu Muslimah karena Allah SWT memuliakan mereka. Diriwayatkan bahwa Jahimah as-Salami pernah memohon izin kepada Rasul saw. untuk berjihad. Rasul saw. bertanya apakah ia masih memiliki ibu. Saat beliau tahu ia meninggalkan seorang ibu, beliau bersabda, “Hendaklah engkau tetap berbakti kepada dia karena surga ada di bawah telapak kakinya.” (HR ath-Thabrani dan an-Nasa’i).

Sebagai seorang pengurus rumah tangga, perempuan juga dimuliakan. Lihat bagaimana jawaban Rasulullah saw. saat Asma’ binti Yazid menyampaikan kebimbangannya apakah peran istri di rumah akan sama mulia dengan peran laki-laki? Rasulullah saw. bersabda, “Pahamilah, wahai perempuan, dan ajarkanlah kepada para perempuan di belakang kamu. Sesungguhnya amal perempuan bagi suaminya, meminta keridhaan suaminya dan mengikuti apa yang disetujui suaminya setara dengan amal yang dikerjakan oleh kaum lelaki seluruhnya.”

Namun, tidak berarti peran utama perempuan sebagai ibu dan pengatur rumah tangga (ummun wa rabbah al-bayt) menjadikan dirinya tidak punya kiprah di tengah masyarakat. Allah SWT berfirman : 

"Kaum Mukmin dan Mukminat, sebagian mereka adalah penolong bagi sebagian yang lain. Mereka melakumar amar makruf nahi mungkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat serta menaati Allah dan Rasul-Nya. Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah. Sesungguhnya Allah Mahaperkasa lagi Mahabijaksana".  (QS at-Taubah : 71).

Dalam ayat ini Allah SWT menggariskan bahwa perempuan memiliki kewajiban yang sama dengan laki-laki dalam melakukan amar makruf nahi munkar di tengah masyarakat. Mereka tolong-menolong (ta’awun) dalam menegakkan aktivitas yang menjadi pilar kehidupan bermasyarakat tersebut.

Allah SWT pun memerintahkan laki-laki dan perempuan untuk berdakwah, mengoreksi penguasa dan mengurus urusan umat. Bagi perempuan, aktivitas ini wajib dilakukan di samping penunaian aktivitas pokoknya sebagai ibu dan pengelola rumah.

Kodrat perempuan adalah menjadi ibu yang menyayangi dan selalu mendampingi anak-anaknya. Ia bahagia dicintai dan dibutuhkan anak-anak. Ia mendidik dan menempa anak-anak untuk menghadapi hidup. Mendidik anak semacam ini tidak dapat dilakukan paruh waktu atau sambilan semata. Ia membutuhkan curahan waktu, pikiran, tenaga, usaha keras dan kondisi yang menunjang.

Dalam kaitan dengan peran perempuan sebagai pengatur/manager rumah tangga (rabbah al-bayt), Islam telah menjadikan qawwam berada di tangan laki-laki (suami). Makna qawwam bukanlah kepemimpinan yang berlaku seperti atasan dan bawahan. Kata qawwam ini maknanya adalah pemimpin, pengurus, dan pendidik perempuan. Dalam makna qawwam ini ada kewajiban untuk memenuhi kebutuhan para istri dengan makruf, mengarahkan mereka pada kebaikan dan melindungi mereka.

Untuk menyempurnakan fungsi qawwam suami ini, istri wajib taat dan senantiasa meminta izin suami saat keluar rumah. Izin dan taat ini bukanlah suatu penindasan terhadap perempuan. Hal ini karena saat Allah SWT memberikan posisi qawwam kepada laki-laki. Namun, Allah SWT pun memerintah suami untuk memperlakukan istri dengan sebaik-baiknya.

Islam tidak hanya mengatur peran perempuan, melainkan juga menjamin peran tersebut dapat terealisasi dengan sempurna melalui serangkaian hukum yang bersifat praktis. Kelebihan semacam ini tidak mungkin ada kecuali pada diin yang bersumber dari Sang Pencipta manusia, Sebaik-baik Pembuat Hukum. [Lilis Holisah, Pendidik Generasi di HSG SD Khoiru Ummah Ma'had Al-abqary Serang - Banten] [www.visimuslim.com]

Posting Komentar untuk "Peran Mulia Ibu"

close