Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Tiga Hal Tingkatkan Keharmonisan Rumah Tangga, Mandi Bareng Juga Perlu


ADA kalimat sangat penting yang disampaikan oleh Fudhail bin Iyadh. “Seorang berilmu belumlah beranjak dari kebodohan atas apa yang diilmuinya, hingga dia mengamalkannya.”

Sebagai umat Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alayhi Wasallam idealnya setiap Muslim hidup bahagi dalam segala sisinya, termasuk urusan rumah tangga. Tetapi apa yang terjadi? Masih tidak sedikit rumah tangga Muslim yang hidup tidak bahagia, tidak harmonis dan cenderung hubungan suami-istri tidak benar-benar memancarkan cahaya Ilahi. Mengapa bisa terjadi?

Kalau ditinjau dari berbagai sudut pandang keilmuan, boleh jadi banyak faktor. Tetapi, jika kita utamakan apa yang disampaikan Fudhail bin Iyadh, boleh jadi, masih belum adanya komitmen tinggi untuk meneladani Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alayhi Wasallam yang seluruh hidupnya sangat bahagia, terutama rumah tangganya.

Dengan kata lain, ada yang sudah dipahami dari sosok Nabi namun belum benar-benar mau diamalkan, utamanya dalam hal interaksi dengan suami istri. Padahal, jika mau meneladani Nabi, bahagia itu sederhana dan bisa digapai setiap saat. Tinggal kemauan hati sendiri.

Bercanda Ria

Belakangan ini, sering muncul berita suami istri bertengkar hebat hingga terjadi tindakan-tindakan di luar akal sehat. Sekali lagi, banyak faktor yang menjadi pemicunya. Tetapi, kalau itu terjadi pada keluarga Muslim sudah sangat jelas bahwa hubungan pasangan tersebut tidak seperti yang Nabi contohkan.

Nabi tidak pernah memarahi istri, apalagi sampai memaki-maki. Lebih-lebih memukul, tidak ada sejarahnya Nabi melakukan itu. Bahkan, dalam hal memanggil istri pun Nabi penuh dengan keromantisan. “Ya Khumaira,” panggilnya kepada Aisyah Radhiyallahu ‘Anha yang artinya “Wahai yang kemerah-merahan.”

Sekiranya, para suami memanggil istrinya dengan panggilan kasih sayang, penuh keromantisan, agak sulit rasanya sebuah pertengkaran bisa tersulut apalagi sampai terjadi dan membesar. Hebatnya, Nabi bukan sekadar memanggil istrinya dengan panggilan kasih sayang, tetapi beliau juga menyediakan waktu untuk bercanda ria bersama istri.

Satu di antaranya bisa kita simak dari apa yang dituturkan oleh Sayyidah Aisyah Radhiyallahu ‘Anha, “Aku pernah mandi dari jinabat bersama Rasulullah Shallallahu ‘Alayhi Wasallam dengan satu tempat air, tangan kami selalu bergantian mengambil air.” (HR Mutafaqun ‘alaih).

Artinya, Nabi mampu dan mau memanfaatkan moment-moment tertentu yang secara syariah merupakan kewajiban dengan disertai komunikasi dan interaksi yang intens bersama sang istri. Setidaknya, hadits di atas menggambarkan bahwa betapa Nabi tidak kaku, monoton, apalagi monopoli dalam membangun komunikasi dan interaksi bersama istri. Tentu, canda ria ada di dalamnya.

Pertanyaannya kemudian adalah, seberapa sering para suami mengajak bercanda istrinya, sebagaimana Nabi melakukannya?

Pernah suatu ketika, seorang dai bertutur mengenai pengalamannya mengatasi perilaku istri yang sedang kurang mood alias ngambek. Setiap kali didekati wajahnya cemberut. Lalu sang dai itu pun berkata, sembari mencubit pipi istrinya, “Apakah engkau akan terus marah sementara marah itu Allah dan Rasul-Nya larang wahai istriku yang sesungguhnya sangat baik dan mulia akhlaknya seperti Sayyidah Aisyah Radhiyallahu ‘Anha?” Mendengar ucapan tersebut, sang istri langsung tersipu malu.

Selalu Mencium Istri

Subhanalloh, indah sekali ajaran Islam ini. Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alayhi Wasallam tidak pernah ketinggalan apalagi sampai lupa untukmencium istri-istrinya setiap hari, bahkan saat hendak keluar ke Masjid mendirikan sholat.

“Bahwa Nabi Shallallahu ‘Alayhi Wasallam mencium sebagian istrinya kemudian keluar menunaikan shalat tanpa berwudhu dahulu.” (HR Ahmad).

Tetapi, fenomena sekarang berbeda. Para suami saking sibuknya tak sempat lagi pamit secara langsung apalagi sampai mencium istrinya kala hendak berangkat kerja atau menunaikan suatu urusan yang katanya sangat penting.

Padahal, kalau mau dikalkulasi, jika setiap mau sholat Nabi Shallallahu ‘Alayhi Wasallam selalu mencium istrinya, maka dalam 24 jam, lima kali ciuman sudah pasti buat sang istri.

Makan Berdua

Selain sudah pasti, mencium istrinya setiap hari, Rasulullah juga suka makan dan minum berdua dari piring dan gelas istri-istrinya.

Dari Aisyah Radhiyallahu ‘Anha, ia berkata: “Saya dahulu biasa makan his (sejenis bubur) bersama Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alayhi Wasallam.“ (HR. Bukhori dalam Adabul Mufrod).

Kemudian, “Aku biasa minum dari gelas yang sama ketika haidh, lalu Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alayhi Wasallam mengambil gelas tersebut dan meletakkan mulutnya di tempat aku meletakkan mulut, lalu beliau minum.” (HR Abdurrozaq dan Said bin Manshur, dan riwayat lain yang senada dari Muslim.).

Jika dengan tiga hal ini Nabi mampu membangun keluarga sakinah mawaddah warahmah, mengapa tidak kita selaku umatnya juga meneladainya. Sungguh, amalan dari Nabi di atas sudah terbukti ampuh menjauhkan prahara buruk dalam rumah tangga. Tidakkah kita ingin mengamalkannya? Wallahu a’lam. [www.visimuslim.com]

Sumber : Hidayatullah.Com

Posting Komentar untuk "Tiga Hal Tingkatkan Keharmonisan Rumah Tangga, Mandi Bareng Juga Perlu"

close