Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Tanpa Adanya Guru, Jangan Harap Keberkahan


Tradisi menuntut ilmu yang memudar adalah keberadaan anak-anak meninggalkan pelajaran tanpa alasan yang jelas. Alasan sudah bisa "menguasai materi" tanpa butuh "keterangan" guru, atau karena persoalan tidak penting lainnya, merupakan fenomena yang semakin menjadi di era sekarang.

Sebenarnya, anak-anak seperti ini disayangkan. Mengapa? karena mereka mendapatkan satu hal yang tidak penting, seperti "Kebanggaan atas nilai tinggi tanpa bantuan guru". Namun di saat yang sama harus kehilangan sesuatu yang berharga, yaitu "keberkahan". Karena keberkahan itulah yang menjadikan ilmu meresap di pikiran dan hati.

Guru, Murid dan buku adalah satu kesatuan dalam proses menuntut ilmu. Boleh dibilang ini 3 pilar penting. Jika hakikat mencari ilmu hanya tertumpu pada buku, maka Rasulullah saw tidak akan bersabda tentang pencabutan ilmu melalui wafatnya para guru (ulama), padahal disaat yang sama, beragam buku justru lebih mudah diakses untuk dipelajari ketimbang zaman dahulu.


إِنَّ اللهَ لاَ يَقْبِضُ الْعِلْمَ انْتِزَاعًا يَنْتَزِعُهُ مِنَ الْعِبَادِ، وَلَكِنْ يَقْبِضُ الْعِلْمَ بِقَبْضِ الْعُلَمَاءِ حَتَّـى إِذَا لَمْ يَبْقَ عَالِمًا اتَّخَذَ النَّاسُ رُءُوسًا جُهَّالاً فَسُئِلُوا، فَأَفْتَوْا بِغَيْرِ عِلْمٍ فَضَلُّوا وَأَضَلُّوا.

‘Sesungguhnya Allah tidak mencabut ilmu sekaligus dari para hamba, akan tetapi Allah mencabut ilmu dengan mewafatkan para ulama, sehingga ketika tidak tersisa lagi seorang alim, maka manusia akan menjadikan orang-orang bodoh sebagai pemimpin, lalu mereka ditanya, kemudian mereka akan memberikan fatwa tanpa ilmu, maka mereka sesat lagi menyesatkan orang lain.’

Hendaknya para Murid memahami baik baik akan pesan ulama besar yaitu Imam Syafi’i (w. 820 M), “Sabarlah dengan sikap guru yang terasa pahit di hatimu. Sebab kegagalan itu disebabkan meninggalkan guru. Barangsiapa yang tidak mau merasakan pahitnya menuntut ilmu sesaat, sepanjang hidupnya ia akan menjadi orang hina karena kebodohannya.” 

Jadi sekali lagi perlu  sikap sabar ketika dibimbing seorang guru. Tanpa bimbingan guru, bisa tersesat, tidak mendapat keberkahan bahkan menunai kegagalan. Betapa pun hebatnya kemajuan teknologi saat ini, keberadaan seorang guru tetap diperlukan. Pilihlah guru yang berwawasan luas, wara’ dan mengajarkan ilmu yang berguna bagi muridnya, baik untuk dunia maupun akhirat.  Wallahu’allam bishowwab. [Ustadz Umarwan Sutopo, Lc (Pendidik di Pondok Pesantren Muhammadiyah al-Munawwaroh, kota Malang)] [www.visimuslim.com]

Posting Komentar untuk "Tanpa Adanya Guru, Jangan Harap Keberkahan"

close