Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Ibadah Haji dan Momentum Perubahan


Musim haji tahun 2015 ini, Indonesia kembali membuka kuota untuk calon jamaah haji sebanyak 155.200 (cnn.indonesia). Calon jamaah haji asal Indonesia ini akan berkumpul di Baitullah bersama dengan jutaan jamaah haji lainnya untuk melaksanakan rukun Islam yang kelima, yang puncaknya adalah wukuf di Arafah pada tanggal 9 Dhulhijjah yang akan datang. Dilihat dari sisi jumlahnya, maka setiap tahun kuota untuk jamaah haji asal Indonesia selalu meningkat. Bahkan banyak yang harus menunggu hingga puluhan tahun untuk bisa berkunjung ke Baitullah. Misalnya di Pulau Jawa, jika mendaftar tahun ini, maka diperkirakan baru bisa berangkat haji kurang lebih 17 tahun yang akan datang.

Begitu tak terbilangnya jumlah kaum muslimin yang berada di Baitullah ini. Mereka melakukan aktifitas ibadah yang sama. Tak ada perbedaan hanya karena perbedaan bahasa, warna kulit, ras dan keturunan. Semuanya saling menyatu karena ikatan akidah. Inilah sebuah kekuatan yang luar biasa dasyat, kekuatan ummatan wahidatan. Ummat yang satu. Saling menolong meskipun berasal dari suku yang berbeda, saling bertegur sapa meski tak sama bahasa. Inilah sejatinya karakter kaum muslimin. Bahwa ikatan akidahlah yang menyatukannya. 

Maka alangkah luar biasanya ketika semangat ummatan wahidatan ini juga terpatri dalam setiap jamaah haji yang selesai menunaikan aktivitas ibadah hajinya. Setelah pulang ke negeri masing – masing, masih memiliki kekuatan spirit ummat yang satu. Jamaah haji asal Indonesia peduli dengan kondisi saudaranya di Syria. Jamaah haji asal Malaysia peduli kondisi saudara muslimnya yang berada di Palestina, tak tersekat-sekat oleh batas semu atas nama national state. Maka, ibadah haji tak hanya selesai dengan teraihnya gelar haji maupun hajjah. Namun munculnya perasaan ummatan wahidatan, semangat untuk senantiasa taat dan tunduk hanya pada syariat Allah dan RasulNya dan semangat untuk berdakwah menyampaikan Islam rahamatan lil ‘alamiin.

Ibadah haji yang ternyata mampu meningkatkan pengorbanan, ketakwaan dan ketundukan akan syariat Allah bagi individu yang melaksanakan haji tersebut, maka selayaknya pula dengan meneladani Rasulullah saw, ibadah haji ini juga mampu membawa pada perubahan peradaban Islam yang mulia. Ketika Rasullah saw menunaikan ibadah haji, maka beliau juga melakukan dakwah. Beliau menjelaskan Islam dan meminta dukungan kepada beberapa kabilah (Bani Kilab, Nadhir, dll). Sehingga datanglah perwakilan dari Auj dan Khazraj yang menerima Islam den membantu perjuangan Rasulullah saw. Mushab bin Umair yang diutus Rasulullah saw sebagai duta dakwah pertama ke Madinah pun akhirnya membawa keberhasilan dakwah dengan tegaknya Daulah Islam di Madinah.

Ditengah cengkraman neoliberalisme dan neokapitalisme (dalam sistem kapitalis-demokrasi), maka sejatinya kaum muslimin bisa bangkit. Dengan meneladani ibadah haji yang dilakukan Rasulullah saw, membawa spirit ummatan wahidatan, berdakwah dan untuk melaksanakan syariat Allah swt dalam segala aspek kehidupan secara menyeluruh. Maka peradaban Islam yang telah terbukti selama 1300 tahun pun akan kembali bangkit, tentunya dengan tegaknya sistem Islam dalam naungan Khilafah Islamiyyah ‘ala minhaj nubuwwah. Inilah saatnya bagi kaum muslim untuk menyambut janji Allah dan kabar gembira dari Rasulullah saw ...”tsumma takuunu khilafatan ‘ala minhaj nubuwwah...” (HR. Ahmad). [drg. Eka Dewi (Anggota Muslimah Hizbut Tahrir Indonesia (MHTI) DPD I Bengkulu)] [www.visimuslim.com]

Posting Komentar untuk "Ibadah Haji dan Momentum Perubahan"

close