Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

KHUTBAH IEDUL ADHA 1436 H (2015 M): Khilafah Mewujudkan Ketaatan dan Persatuan Umat



السلام عليكم ورحمة الله وبركاته

اللهُ اَكْبَرْ (3×) اللهُ اَكْبَرْ (3×) اللهُ اَكبَرْ (3×) اللهُ اَكْبَرْ كبيرا وَاْلحَمْدُ للهِ كَثِيْرًا وَسُبْحَانَ الله بُكْرَةً وَأَصْيْلاً لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ، وَاللهُ اَكْبَرْ اللهُ اَكْبَرْ وَللهِ اْلحَمْدُ
اَلْحَمْدُ للهِ الَّذِيْ جَعَلَ هَذَا الْيَوْمَ عِيْدًا لِّلْمُسْلِمِيْنَ، أَشْهَدُ أَنْ لاَّ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ الْمَلِكُ الْحَقُّ الْمُبِيْنُ، الَّذِيْ إِيَّاُه نَعْبُدُ وَإِيَّاهُ نَسْتَعِينُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الْأَمِيْنُ الْمَبْعُوْثُ رَحْمَةً لِّلْعالَمِيْنَ، اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ سَيِّدِ الأَنْبِيَاءِ وَالْمُرْسَلِيْنَ، وَعَلَى آلِهِ الطاَّهِرِيْنَ وَأصَحَابِهِ الأَكْرَمِيْنَ.
أَمَّا بَعْدُ؛ فَيَا أَيُّهَا النَّاسُ أُوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ.
قَالَ تَعَالَى: ﴿يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ﴾.

Allahu akbar 3x wa lillahil hamd,

Ma’âsyira al-Mu’minin Rahimakumul-Lâh

Alhamdulillah. Kita bersyukur kepada Allah SWT, berkat karunia-Nya kita hari ini berada di hari raya terbesar bagi umat Islam. Hari ini umat Islam di seluruh dunia mengemakan Takbir, Tahlil dan Tahmid, sebagai umat yang satu. Satu Akidah, satu syariah, satu Kiblat dan satu Syiar. Hari ini pula, jutaan kaum Muslimi tengah menunaikan ibadah haji. Mereka bersatu di tempat yang sama, dengan pakaian yang sama, dengan syiar yang sama, dengan syariah yang sama dan tujuan yang sama, yaitu mewujudkan ketaatan kepada Allah Rabbul’aalamien. Kita berdoa kepada Allah, semoga pemandangan ketaatan dan persatuan ini bukan hanya kita lihat pada hari ini, tapi juga di hari-hari yang lain.

Hari ini adalah Idul Qurban. Ibadah Qurban mengingatkan kita akan ketaatan keluarga Nabi Ibrahim as. Pertama, adalah Ketaatan Ibrahim kepada Allah SWT yang telah memerintahkannya untuk meninggalkan istri dan putranya tercinta di lembah gersang tanpa tumbuhan [Hr. Bukhari dari Ibn ‘Abbas].. Juga ketaatan Ibrahim kepada Allah Swt yang telah memerintahkannya untuk menyembelih putra tercinta, putra yang telah dinanti sejak lama.

Kedua, adalah ketaatan istri Nabi Ibrahim as –Hajar, saat ditinggal sendiri bersama puteranya, Ismail di padang pasir tandus, tanpa siapapun yang menemani di sana. Hajar berkata:

ياَ إِبْرَاهِيْمُ أَيْنَ تَذْهَبُ وَتَتْرُكُنَا بِهَذَا الْوَادِيْ الَّذِيْ لَيْسَ فِيْهِ إِنْسٌ وَلاَ شَيْءٌ فَقَالَتْ لَهُ ذَلِكَ مِرَارًا وَجَعَلَ لاَ يَلْتَفِتُ إِلَيْهَا. فَقَالَتْ لَهُ: آللهُ الَّذِيْ أَمَرَكَ بِهَذَا، قَالَ: نَعَمْ. قَالَتْ: إِذَنْ لاَ يُضَيِّعُنَا.. [رواه البخاري عن ابن عباس]

“Wahai [suamiku] Ibrahim, ke manakah engkau hendak pergi, meninggalkan kami di lembah ini, yang tak ada satu orang dan apapun jua. Dia [Hajar] mengatakan itu kepadanya berkali-kali. Nabi Ibrahim pun tidak menoleh kepadanya. Lalu Hajar berkata kepadanya, “Apakah Allah yang memerintahkan ini kepadamu?” Dia [Ibrahim] menjawab, “Benar.” Dia [Hajar] berkata, “Jika itu memang perintah-Nya, pasti Dia tidak akan membiarkan kita tersia-sia.” [Hr. Bukhari]

Yang ketiga adalah ketaatan Ismail yang dengan sabar dan berserah diri menerima perintah Allah,meski perintah itu akan berakibat hilangnya nyawa. Ismail berkata kepada bapaknya:

﴿يآ أَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُ سَتَجِدُنِيْ إِنْ شَاءَ اللهُ مِنَ الصَّابِرِيْنَ﴾ [الصافات: 206]

“Wahai ayah, laksanakanlah apa yang diperintahkan kepadamu. Insya Allah engkau akan menemukanku termasuk orang-orang yang bersabar.” [Qs. al-Shaffat: 206].

Allahu akbar 3x wa lillahil hamd,

Ma’âsyira al-Mu’minin Rahimakumul-Lâh

Seperti itulah ketaatan seorang Muslim sejati kepada Allah. Ketaatan mutlak, ketaatan tanpa batas. Karena kita ini sejatinya adalah hamba [budak]-Nya, yang hanya tunduk dan patuh kepada-Nya:

﴿وَأُمِرْنَا لِنُسْلِمَ لِرَبِّ الْعَالَمِيْنَ﴾ [الأنعام: 71]

“Dan kami telah diperintahkan untuk berserah diri (secara mutlak) kepada Allah Allah Tuhan semesta alam.” [Q.s. al-An’am: 71]

Ketaatan ini ditunjukan oleh jama’ah haji, ketika mereka menunaikan rangkaian manasik haji. Mereka tidak mempertanyakan mengapa begini, dan mengapa begitu? Semua rangkiain ibadah haji itu mereka tunaikan sebagai bentuk ketundukan dan kepatuhan kepada Allah Rabbul ‘Alamien yang telah menetapkan tata cara manasik haji, meski tidak mereka pahami.

Itu bukti dari ketaatan mutlak kepada Allah adalah ketundukan pada Syariah Allah Swt dalam seluruh aspek kehidupan. Jika pada saat shalat dan zakat kita taat kepada Allah Swt, maka begitu juga seharusnya pada saat kita berbisnis dan bermualah. Jika pada saat puasa dan haji kita taat kepada Allah, maka begitu pula seharusnya ketika berpolitik dan bernegara.

Allahu Akbar 3x, Walillahilhamd

Seorang Muslim akan meyakini, bahwa di balik ketaatan terhadap semua perintah Allah, di balik ketaatan menjalankan syariah-Nya, pasti ada kebaikan. Allah tidak akan akan menyia-nyiakan hamba-Nya yang taat menjalani perintah-Nya. Sebagaimana perkataan hajar, istri nabi Ibrahim:

إِذَنْ لاَ يُضَيِّعُنَا اللهُ

“Kalau begitu, pasti Allah tidak akan menyia-nyiakan kita.” [Hr. Bukhari dari Ibn]

Allah berfirman dalam hadits Qudsi:

وَإِنِّيْ إِذَا أُطِعْتُ رَضِيْتُ، فَإِذَا رَضِيْتُ بَارَكْتُ وَالْبَرَكَةُ مِنِّيْ تُدْرِكُ الْأُمَّةَ بَعْدَ الْأُمَّةِ [رواه ابن أبي حاتم]

“Dan sesungguhnya Aku, Jika Aku di taati Pasti Aku akan Rido. Jika aku telah Ridho pasti aku akan memberikan keberkahan. Dan keberkahan-Ku itu akan menimpa umat setaslh umat yang lain.” [Hr. Ibn Abi Hatim]

Jika Allah memuliakan orang taat kepada-Nya. Maka sebaliknya Dia akan menghinakan orang yang maksiat dan berbuat zhalim.

﴿وَقَدْ خَابَ مَنْ حَمَلَ ظُلْمًا﴾ [طه: 111]

“Sungguh pasti akan merugi orang yang membawa kezhaliman.” [Qs. Thaha :111]

Karena itu, Segala malapetaka, krisis multi dimensi dan berbagai keterpurukan yang kini menimpa umat islam adalah karena tidak taatnya umat ini kepada Allah secara total. Musibah dan krisis yang menimpa negeri ini juga ngeri-negeri kaum muslimin adalah karena berpalingnya kaum muslimin dari hukum Allah. Allah berfirman:

﴿فَإِنْ تَوَلَّوْا فَاعْلَمْ أّنَّمَا يُرِيْدُ اللهُ أَنْ يُّصِيْبَهُمْ بِبَعْضِ ذُنُوْبِهِمْ﴾ [المائدة: 49]

“Maka jika mereka berpaling dari hokum Allah, ketahuilah sungguh Allah hanya bermaksud menimpakan mushibah kepada mereka akibat sebagian dosa-dosa mereka.” [Qs. al-Maidah: 49]

Allahu akbar 3x wa lillahil hamd,

Ma’âsyira al-Mu’minin Rahimakumul-Lâh

Ketaatan kepada Allah secara total dengan menjalankan syariat-Nya adalah jalan yang harus kita tempuh untuk keluar dari segala keterpurukan. Meski jalan ini terjal dan penuh tantangan tapi yakinlah bahwa di balik ketaatan pasti ada kebaikan. Yakinlah bahwa di mana saja ada syariat yang ditegakkan pasti di situ ada kemaslahatan. Kaidah Ushul-nya mengatakan:

حَيْثُمَا يَكُوْنُ الشَّرْعُ تَكُوْنُ المَصْلَحَةُ

“Ketika syariah [diterapkan], pasti akan terwujud kemaslahatan.”

Allah SWT berfirman:

﴿وَأَلَّوِ اسْتَقَامُوا عَلَى الطَّرِيقَةِ لَأَسْقَيْنَاهُمْ مَاءً غَدَقًا﴾ [الجن: 16]

“Dan sekiranya mereka istiqomah berada di jalan Allah,maka pasti kami akan memberikan minum kepada mereka air yang banyak.” [Qs. Al-Jinn: 16]

Al-Hafizh Abu Fida Ibn Katsir menuturkan salah satu makna ayat ini adalah:

وَأَنْ لَوِ اسْتَقَامَ الْقَاسِطُوْنَ عَلَى طَرِيْقَةِ الْإِسْلاَمِ وَعَدَلُوْا إِلَيْهَا وَاسْتَمَرُّوْا عَلَيْهَا: ﴿لأسْقَيْنَاهُمْ مَاءً غَدَقًا﴾ أي: كثيرًا. وَالْمُرَادُ بذلك سَعَةُ الرزقِ.

“Dan sungguh jika kelompok yang melampaui batas itu mereka istiqomah di atas jalan Islam, mereka berpaling dari yang lain menuju kepada islam dan mereka terus-menerus ada di jalan Islam, maka pasti kami akan memberi minum mereka dengan air yang banyak. Yang dimaksud air yang banyak adalah keluasan rizki.”

Allahu akbar 3x wa lillahil hamd,

Ma’âsyira al-Mu’minin Rahimakumul-Lâh,

Ketaatan kepada Allah secara total dengan menjalankan syariah Islam dan seluruh aspek kehidupan, hanya bisa dilaksanakan jika kaum Muslim memiliki pemerintahan Islam yang berfungsi sebagai kiyan tanfidzi (institusi pelaksana) bagi hukum-hukum Islam. Tanpa Khilafah, ketaatan hanya akan menjadi ketaatan semu dan ketaatan parsial. Mengingat betapa pentingnya kekuasaan ini, Allah memerintahkan kepada Rasulullah SAW untuk berdoa:

﴿وَاجْعَلْ لِي مِنْ لَدُنْكَ سُلْطَانًا نَصِيرًا﴾ [الإسراء: 80]

“Dan jadikanlah Ya Allah bagiku dari sisi-Mu kekuasaan yang selalu menolong.” [Qs. al-Isra: 80]

Terkait dengan ayat ini, Ibn Katsir berkata:

وَقَالَ قَتَادَةُ فِيْهَا إِنَ نَبِيَّ اللهِ صلى الله عليه وسلم، عَلِمَ ألاَّ طَاقَةَ لَه بِهذا الْأَمْرِ إِلاَّ بِسُلْطَانٍ، فَسَأَلَ سُلْطَانًا نَصِيْرًا لِكِتَابِ اللهِ، وَلِحُدُوْدِ اللهِ، وَلِفَرَائِضِ اللهِ، وَلِإِقَامَةِ دِيْنِ اللهِ.

“Qatadah berkata tentang ayat ini: Sesungguhnya nabi Allah SAW mengetahui bahwa beliau tidak memiliki kekuatan terhadap agama ini kecuali dengan kekuasaan. Maka beliau memohon kekuasaan yang bisa menolong kitab Allah, keukasaan yang bisa menolong hokum-hukum Allah,kekuasaan yang bisa menolong kewajiban-kewajiban dari Allah,dan kekuasaan yang bisa menolong untuk menegakan agama Allah.”

Allahu akbar 3x wa lillahil hamd,

Ma’âsyira al-Mu’minin Rahimakumul-Lâh

Di hari raya yang agung ini, kita juga diingatkan akan berkumpulnya jutaan kaum Muslim dari seluruh penjuru dunia di Makkah al-Mukaromah untuk menunaikan ibadah haji. Mereka disatukan di tempat yang sama, dengan pakaian yang sama, dengan tata cara manasik yang sama dan syiar yang sama:

لَبَّيْكَ اللَّهُمَّ لَبَّيْكَ لاَ شَرِيْكَ لَكَ لَبَّيْكَ

“Ya Allah, kami penuhi panggilan-Mu. Kami penuhi panggilan-Mu. Tiada sekutu bagi-Mu.”

Pemandangan haji yang begitu rupa mengajarkan kita akan persatuan dan kesatuan umat Islam yang kini telah hilang. Karena umat Islam adalah umat yang satu. Rabb mereka satu, Kitab mereka satu, Nabi mereka satu, syariat mereka satu dan kiblat mereka satu.

Saat ini umat Islam baru bisa bersatu pada saat menunaikan ibadah haji. Setelah itu, ketika umat Islam kembali ke negerinya masing-masing, mereka kembali dipecah-belah dengan Nasionalisme sempit. Mereka kembali dicerai-beraikan karena perbedaan madzhab. Mereka kembali berselisih karena berbeda organisasi dan kepentingan. Mereka lemah dan tak berdaya, karena fanatisme kesukuan dan Nasionalisme.

Akibatnya umat Islam menjadi umat yang lemah, tidak berwibawa dan tidak diperhitungkan oleh musuh-musuhnya. Kaum Yahudi terus menerus mengusir dan membantai saudara-saudara kita di Palestina. Saudara-saudara kita di Rohingya terus menerus dihinakan oleh kaum Budha radikal. Saudara-saudara kita, para pejuang Islam di Uzbekistan terus-menerus menjadi korban kebiadaban rezim durjana. Begitu juga di negeri kita yang mayoritas penduduknya Muslim ini, umat Islam terus-menerus dilecehkan dan didipinggirkan. Pembakaran masjid ditolikara salah satu buktinya. Bahkan baru-baru ini pihak GIDI di Tolikara mengancam bahwa Idul Adha di sana baru akan aman jika umat islam mau mengikuti kenginan mereka. Kejadian terakhir yang membuat kita semua bersedih adalah apa yang terjadi di Angola. Lebih dari 60 masjid telah ditutup dan dihancurkan. Agama Islam di sana resmi menjadi agama terlarang, karena dipandang bertentangan dengan adat setempat.

Bahkan, di bekas jantung Negara Khilafah, Suriah dan Irak, mereka pun tidak aman. Darah, harta dan kehormatan mereka begitu murah. Sesama Muslim saling bunuh demi kepentingan penjajah. Bertahun-tahun mereka hidup dihantui ketakutan yang luar biasa. Ratusan ribu pendudukanya, tua, muda, pria dan wanita, berbondong-bondong meninggalkan negerinya, entah ke mana. Di Eropa mereka terdampar tanpa arah, dan terlunta.

Sementara di negeri-negeri Arab yang kaya raya, penguasanya menutup mata. Jangankan untuk mengurus mereka yang “menyusahkan”, mengurus jamaah haji yang memberikan keuntungan materi kepada mereka saja, penguasa itu abai dan teledor. Maka, darah pun tumpah di Masjidil Haram, tanah suci, di bulan suci, di penghulu hari. Tak kurang 180 an nyawa melayang menjadi korban keteledoran mereka.

Kenapa fenomena menyedihkan ini terus-menerus menimpa umat ini? Sampai kapan umat Muhammad ini akan terus-menerus bercerai berai? Sampai kapan kita akan menjadi bulan-bulan kaum Kafir durjana? Sampai kapan kita akan menjadi umat yang kerdil dan tidak berwibawa?

Allahu Akbar Walillahilhamd

Ma’aasyirol Muslimien Rahimakumullah

Keterpecah-belahan umat ini tidak akan terjadi, jika umat memiliki payung dan pelindung. Umat Islam tidak akan menjadi umat kerdil dan kecil jika umat ini bersatu di bawah naungan Khilafah. Umat Islam akan menjadi umat yang kuat dan kembali menjadi khairu ummah jika bersatu di bawah naungan satu daulah, daulah Khilafah Rasyidah ‘ala Minhajin Nubuwwah. Al-Imam al-Jalil Syaikh Izz bin ‘Abdissalam yang dikenal dengan julukan Sulthan al-Ulama pernah mengatakan:

لَوْلاَ الْخِلاَفَةُ لَمْ تَأْمَنْ لَنَا سُبُلٌ # وَكَانَ أَضْعَفُنَا نَهْبًا لِأَقْوَانَا

“Jika Khilafah tiada, jalan-jalan tidak akan aman bagi kita.
Orang-orang yang lemah akan menjadi santapan orang-orang kuat dari kita..”

Begitu juga, Hanzhalah bin Shaifi al-Katib, salah seorang sekretaris Nabi saw, pernah berkata di saat ada fitnah untuk menggulingkan ‘Ustman bin ‘Affan, beliau mengingatkan akan urgensi Khilafah bagi kaum Muslim:

عَجِبْتُ لِمَا يَخُوْضُ النَّاسُ فِيْهِ # يَرُوْمُوْنَ الْخِلاَفَةَ أَنْ تَزُوْلاَ
لَوْ زَالَتْ لَزَالَ الْخَيْرُ عَنْهُمْ # وَلاَقُوْا بَعْدَهَا ذُلاَّ ذَلِيْلاً

Aku heran dengan apa yang menjadi obrolan orang-orang. Mereka menginginkan khilfah itu lenyap. Padahal jika khilfah itu lenyap maka lenyaplah kebaikan dari mereka. Dan setelah itu mereka akan bertemu dengan kehinaan yang menghinakan

Allahu Akbar 3x Walillahilhamd

Ma’aasyirol Muslimien Rahimakumullah

Akhirnya pada khutbah hari raya yang agung ini, khatib menyerukan kepada semua jama’ah mari kita bersatu-padu menyatukan tekad dan tujuan kita menuju kemuliaan Islam dan kaum muslimin. Marilah kita bergabung dalam barisan para pejuang Islam untuk mengembalikan kehidupan Islam di bawah naungan Khilafah Rasyidah yang telah dijanjikan oleh Allah dan diberitakan oleh Rasulullah SAW.

اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَالْحَمْدُ للهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ، حَمْدًا شَاكِرِيْنَ حَمْدًا مُتَنَعِّمِيْنَ، حَمْدًا يُوَافِي نِعَمَهُ وَيُكَاِفئُ مَزِيْدَهُ يَا رَبَّنَا وَلَكَ الْحَمْدُ كَمَا يَنْبَغِيْ لِجَلاَلِ وَجْهِكَ وَلِعَظِيْمِ سُلْطَانِكَ.

اللَّهُمَّ لَكَ الْحَمْدُ، وَإِلَيْكَ المُشْتَكِىْ ، وَأَنْتَ المُسْتَعَانُ، وَلاَ حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ..
اللّهُمَّ اغْفِرْ لَنَا وَلِوَالِدَيْنَا وَارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانَا صِغَارًا، اللّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اَلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَات إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ..

اللّهُمَّ اجْعَلْ عَمَلَنَا عَمَلًا صَالِحًا مُتَقَبَّلًا، مُوَافِقًا بِأَحْكَامِكَ وَخَالِصًا لِوَجْهِكَ..
اَللّهُمَّ يَا مُنْـزِلَ الْكِتَابِ وَمُجْرِيَ السَّحَابِ وَسَرِيْعَ الْحِسَابِ وَمُهزِمَ اْلأَحْزَابِ اِهْزِمِ الاَحْزَابَ وَزَلْزِهُمْ وَانْصُرْنَا عَلَيْهِمْ
اَللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ دَوْلَةَ الْخِلاَفَةِ عَلَى مِنْهَاجِ النُّبُوَّةِ تُعِزُّ بِهَا اْلإِسْلاَمَ وَاَهْلَهُ وَتُذِلُّ بِهَا الْكُفْرَ وَاَهْلَهُ، وَاجْعَلْناَ مِنَ الْعَامِلِيْنَ الْمُخْلِصِيْنَ لإِقَامَتِهَا
رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ، وَسُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ وَسَلاَمٌ عَلَى الْمُرْسَلِيْنَ وَالْحَمْدُ للهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ،
والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته

Posting Komentar untuk "KHUTBAH IEDUL ADHA 1436 H (2015 M): Khilafah Mewujudkan Ketaatan dan Persatuan Umat"

close