Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Penguasa Sistem Demokrasi Kapitalis, Penguasa Pemberi Harapan Palsu


 Oleh : H. Luthfi H.

Jargon demokrasi adalah "dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat". 

Memang benar, dari rakyat banyak--yang memilih dalam pemilu dan sebagai legitimasi untuk kekuasaan penguasa--, diwakili oleh rakyat --yang duduk manis di DPR-- dan kenikmatannya untuk segelintir rakyat penyokong saat kampanye, yakni investor atau pemodal.

Janji setia penguasa dalam sistem Demokrasi Kapitalis adalah kepada investor, bukan kepada rakyat. Jika pun rakyat diberi janji saat kampanye menjelang pemilu, itu hanya janji palsu. PPHP, Penguasa Pemberi Harapan Palsu. 

Apa yang diungkap oleh Ratna Sarumpaet di ILC (Indonesia Lawyers Club), tanggal 08/03 malam adalah secuil bukti bahwa janji seorang penguasa dalam sistem Demokrasi Kapitalis adalah kepada investor, bukan rakyat. Pengabdian dan dedikasi seorang penguasa atau kepala pemerintahan adalah para pemodal. Bukan untuk melayani rakyat. 

"Kalau Ahok dibilang hebat, memang dia hebat. Dia kuat memegang janjinya, tapi bukan janji yang tadi, karena Ahok memang tidak pernah berjanji kepada rakyat, janjinya kepada investor. Pembangunan-pembangunan yang kita lihat itu adalah investor...dia rela rakyat mau kaya apa ke'." ungkap Ratna Sarumpaet.

Rakyat dalam sistem Kapitalis Demokrasi pada akhirnya tidak lebih hanya sebagai tumbal, "tukang ojek", yang mengantar agar penguasa duduk dan terlegitimasi di kursi kekuasaan. Setelah rakyat dibayar, diupah, putus hubungan, rakyat sudah pasti dilupakan.

Keadaan demikian terjadi, berawal dari sistem Pemilu dalam Demokrasi Kapitalis –baik untuk memilih kepada daerah atau kepala pemerintahan pusat-- yang meniscayakan biaya yang sangat besar. Mereka yang tidak memiliki modal, atau tidak disokong oleh para pemodal, bisa dipastikan tidak akan bisa lolos dalam bursa pencalonan. Sehingga kolaborasi, hubungan " mutualisme" antara pengusaha atau investor, dengan calon penguasa mesti terjadi. Di sinilah visi, misi, kredibilitas, dan idealisme calon kepala pemerintahan pada akhirnya akan tersandra.

Janji-janji muluk kepada rakyat saat kampanye, visi misi membangun daerah atau bangsa yang berkarakter hampir dipastikan akan terlupakan. Segala kebijakan akan berorientasi kepada pemodal. “Pembangunan” yang dilakukan tidak lebih dari realisasi berbagai proyek para pemodal. Yang ujung-ujungnya adalah untuk membalikkan modal dan meraih profit. Rakyat kembali gigit jari dan menjerit.

Hal seperti ini sudah sangat transparan di berbagai daerah dan di berbagai negara. Di mana, para pemodallah yang sesungguhnya bermain di belakang para calon penguasa. Hal serupa juga terjadi di Amerika Serikat baru-baru ini. 

Kandidat Presiden Amerika dari kubu Demokrat Bernie Sanders beberapa waktu yang lalu, mengemukakan tentang sejauh mana pengaruh perusahaan Amerika dalam pemilu AS.

Bernie Sanders mengatakan dalam salah satu kampanye nya: “Biarkan saya memberitahu Anda atas sesuatu yang tidak akan diberitahukan kandidat presiden yang lain. Bahwa orang yang akan memenangkan kursi Presiden, tidak akan mampu mengatasi masalah besar bangsa kita, tidak akan dapat melawan kekuatan perusahaan Amerika. 

Dan Wall Street adalah kekuatan donor kampanye pemilu, kekuatan yang sangat besar, yang membuat siapa pun Presidennya, tidak dapat berdiri di depan mereka. Ini adalah kebenaran, kita harus membangun gerakan dan basis politik populer di negeri ini.” (Site Youtube).

Kita memang tidak akan pernah temukan Penguasa yang akan memenuhi janjinya kepada rakyat di sistem Demokrasi Kapitalis. Penguasa yang akan memenuhi hak-hak umat dan menempati janjinya kepada rakyat hanya ada pada penguasa Muslim yang menerapkan syari'at Islam. 

Rahasianya karena penguasa Islam, Khalifah bukanlah penguasa yang sekedar membuat janji kepada rakyat dan kemudian duduk di singgasana kekuasaan. Kepalaa negara, kepala pemerintahan dalam Islam adalah seorang yang "mewakili" rakyat untuk menerapkan syari'at Islam, aturan Allah SWT. Bukan aturan manusia yang sangat bias dengan kepentingan. 

Terlebih hasrat seorang penguasa dalam Islam bukan untuk sekedar menduduki jabatan politik tertinggi, yang memerlukan PHP (Pemberi Harapan Palsu) kepada rakyat. Kedudukan penguasa adalah untuk menunaikan amanah melaksanakan hukum Allah. Hakikat janji dan tanggung jawabnya pun kepada Allah.

Berbeda dengan sistem Kapitalis Demokrasi yang menjalankan aturan manusia. Undang-undang dan rangkaian regulasi dibuat oleh manusia. Filosofi seperti ini hampir memastikan adanya bias, bahwa aturan akan berpihak kepada pembuat aturan. Yakni manusia. Manusia akan cenderung membuat sebuah aturan yang akan menguntungkan kelompok dan golongan mereka. Itu sudah pasti.

Sehingga saat yang berkuasa adalah para pemodal, investor, sementara dalam proses pemilihan pemimpin mereka menginvestasikan dana yang sangat besar, hukum dagang pasti berlaku. Para pemodal akan berfikir dagang, yakni balik modal. Wajar pada akhirnya segala regulasi, aturan main, selalu berpihak kepada investor. 

Sistem Islam memang menjadikan rakyat sebagai pemegang kekuasaan, namun rakyat bukan pemegang kedaulatan. Artinya, adalah rakyat yang menjadi penentu "siapa" yang berhak memimpin mereka, namun rakyat tidak berhak "dengan aturan" apa mereka dipimpin. Khalifah dipilih oleh rakyat --dengan sistem bai'at--, bukan dengan pewarisan, bukan dengan putra mahkota, dan bukan pula dengan otoriter dibawah tangan besi. Namun setelah mereka berkuasa, bukan untuk melaksanakan aturan rakyat, tapi aturan Allah SWT.

Perbedaan letak kekuasaan dan kedaulatan ini sangat penting. Dan ini menjadi ciri khas sistem pemerintahan Islam, yang tidak kita temukan di sistem Demokrasi Kapitalis. 

Siapa pun yang berkuasa dalam sistem Islam bukan untuk melaksanakan kepentingan orang-per orang, namun untuk melaksanakan hukum-hukum Allah. Hukum Allah lah yang pada akhirnya memberikan garansi, jaminan terpenuhinya kepentingan-kepentingan masyarakat secara hakiki. Firman Allah:

(أَفَحُكْمَ الْجَاهِلِيَّةِ يَبْغُونَ ۚ وَمَنْ أَحْسَنُ مِنَ اللَّهِ حُكْمًا لِقَوْمٍ يُوقِنُونَ)

"Apakah hukum Jahiliyah yang mereka kehendaki, dan (hukum) siapakah yang lebih baik daripada (hukum) Allah bagi orang-orang yang yakin” (Al Maidah 50).

Demikian pula, Allah dan Rasul-Nya juga sangat murka pada penguasa yang melalaikan amanah, mengingkari janji. Allah mengharamkan surga bagi penguasa yang menipu rakyatnya. Rasulullah saw bersabda: 

وَعَنْ مَعْقِلِ بْنِ يَسَارٍ رضي الله عنه قَالَ سَمِعْتُ رَسُولَ اَللَّهِ صلى الله عليه وسلم يَقُولُ: مَا مِنْ عَبْدِ يَسْتَرْعِيهِ اَللَّهُ رَعِيَّةً يَمُوتُ يَوْمَ يَمُوتُ وَهُوَ غَاشٌّ لِرَعِيَّتِهِ إِلَّا حَرَّمَ اَللَّهُ عَلَيْهِ اَلْجَنَّةَ

Artinya: “Ma’qil Ibnu Yasar radhiyallahu ‘anhu berkata: Aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: ‘Seorang hamba yang diserahi Allah untuk memimpin rakyat lalu ia mati pada hari kematiannya ketika ia menipu rakyatnya Allah pasti akan mengharamkannya masuk surga." (HR. Bukhari).

Rasul saw juga akan mendoa'kan susah atas penguasa yang menyusahkan rakyatnya. 

َوَعَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اَللَّهُ عَنْهَا قَالَتْ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم اَللَّهُمَّ مَنْ وَلِيَ مِنْ أَمْرِ أُمَّتِي شَيْئًا فَشَقَّ عَلَيْهِمْ فَاشْقُقْ عَلَيْهِ

Dari 'Aisyah radhiyallahu ‘anha berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: "Ya Allah, barangsiapa menguasai salah satu urusan umatku lalu menyusahkan mereka maka berilah kesusahan padanya." ( HR. Muslim)

Kaum muslimin…
Membangun basis kekuatan politik yang hakiki, yang akan mampu melawan cengkraman pemodal dan investor, tidak lain kecuali membangun ideologi yang mampu mengalahkan ideoogi para pemodal. 

Karena persoalan yang dihadapi rakyat bukan sekedar orang dengan orang yang memiliki modal yang fantastik –yang seringkali mampu membayar rakyat--. Kita akan kalah jika bertempur berhadap-hadapan duit dengan duit. 

Persoalan hakikinya adalah saat ini berhadapannya rakyat dengan sebuah ideologi materialistik, yakni ideologi Kapitalis. Dan Ideologi yang mampu bertarung dengan ideologi ini adalah tidak lain ideologi Islam. 

Dengannya insya Allah segala keinginan baik rakyat, harapan pelayanan penguasa kepada rakyat, akan terwujud dengan sempurna. Penguasa dalam sistem Islam bukan PPHP. Insya Allah. [VM]

Posting Komentar untuk "Penguasa Sistem Demokrasi Kapitalis, Penguasa Pemberi Harapan Palsu"

close