Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Kepada Kawan


Oleh : Fauzi Ihsan Jabir
(Div. KPL BKLDK Kota Bandung)

Sahabatku aktivis dakwah kampus yang senantiasa mengemban dakwah yang InshaAllah diRahmati Allah, dewasa kini dakwah islam semakin menyebar keseluruh penjuru dunia. Kaula muda berlomba memantapkan hati menuju pintu hijrah yang agung. uslub atau cara pendekatan keislaman mulai beragam dan berkembang di masyarakat. Satu persatu islam mulai merasuk kedalam sendi-sendi kehidupan. Betapa indahnya hal ini islam semakin terasa di tengah-tengah masyarakat dampaknya semakin hebat hingga tak jarang pemerintah semakin menyoroti peranan dakwah islam dalam kehidupan.

Saudaraku, kita tahu Perjuangan pemuda dan mahasiswa tidak datang ibarat halilintar di siang bolong. Demikian keterlibatan mahasiswa di dalam perjuangan membela umat, bukanlah sebuah teori dan praktek yang tiba-tiba turun dari langit.  Perjuangan mahasiswa Islam yang mengabdi kepada Allah Swt. bukan juga menjadi kisah heroik semata, ibarat Tentara AS yang sok jago perang di dunia. Mahasiswa Islam yang diberi cap kaum intelektuil tidak juga serta merta lahir tanpa sebuah perubahan dari perjuangan ideologi agar menjadi kaum pejuang yang berdiri di tengah-tengah umat.

Ada hal yang membuat penulis ingin membagi perasaan jika memandang saat ini ditengah kemajuan peranan dakwah yang semakin gencar dan lantunan-lantunan indah melodi keislaman.  Di tengah pesatnya arus pergerakan islam yang mulai dilirik oleh masyarakat, pastilah banyak ujian maupun rintangan yang siap menghadang para pengemban benih-benih Muhibbah kecintaan kepada Sang Khalik dan RasulNya. Tak jarang suara-suara sumbang mulai terdengar maupun penyebab kemunduran pergerakan mulai terlihat ditengah para pengemban dakwah. Suara ini mulai terdengar saat aktivis dakwah kampus memasuki era akhir semester dan diharuskan menyelesaikan aktivitasnya di kampus. hal ini tidaklah mengapa, menyelesaikan perkuliahan, lulus, mendapat pekerjaan adalah suatu hal yang baik untuk dilakukan. Namun terkadang alur pemikiran yang sudah dibentuk aktivis dakwah kampus, visi misi, janji pergerakan, sejarah perjuangan, orasi-orasi perjuangan islam yang gagah dilantangkan kandas oleh pemikirannya sendiri yang belum terbentuk secara matang.

Kawan-kawan sekalian, tugas-tugas pokok mahasiswa adalah belajar. Belajar bagi cita rasa Barat penjajah adalah proses ketertundukan pada pendidikan sekuler-kapitalis yang hanya berorientasi untuk menciptakan tenaga-tenaga kerja murah maupun kaum-kaum intelektuil teknorat yang mengabdi kepada imperialism dan liberalisme.  Sedangkan kita mengartikan belajar adalah mereka yang terdidik dengan teori dan praktek maju untuk berjuang demi kebenaran, keadilan dan pembebasan sejati bagi kehidupan rakyat bmewujudkan tegaknya ideologi Islam.

 Sebab, tujuan pendidikan bukanlah pembodohan massal, tetapi untuk mencapai kebenaran sejati sehingga manusia tunduk kepada al Khaliq. Tidak memahami arti belajar yang berguna bagi umat, tentu menjadi permasalahan yang serius bagi kita. Apalagi belajar yang hanya semata-mata tinggi-tinggi sikap pragmatis, liberal, dan anti syariah Islam. Maka  saat ini kita harus mengerti bahwa seluruh tenaga, pikiran dan waktu hanya untuk belajar bagaimana mengubah keadaan rakyat yang masih dihisap dan ditindas dalam sistem kapitalisme liberal. maka tentu jawabnya adalah kita akan berjuang hingga meraih kemenangan, “Dare To Struggle, Dare To Win”.

Sahabatku seperjuangan pembangun peradaban gemilang, apakah kita mengingat yang dikatakan Ibnu al-Jauzi rahimahullah saat ia berdialog dengan Tuhannya:

“Ya Allah, betapa beruntungnya aku dengan apa yang telah Engkau ambil dariku jika hasilnya ialah aku dapat berlindung kepada-Mu; betapa melimpahnya perolehanku jika buahnya ialah aku bisa berkhalwat dengan-Mu; betapa kayanya aku jika Engkau membuatku butuh kepada-Mu; betapa damainya aku jika Engkau menjadikan diriku tidak butuh kepada makhluk. Ah, betapa aku menyesali waktu yang hilang tanpa diisi dengan pengabdian dan ketaatan kepada-Mu.

Ya Allah, dulu jika aku bangun waktu subuh, tidurku semalam suntuk tidak menyakitkanku. Jika waktu siang habis, aku tidak merasa sakit atas hilangnya siang itu. Aku tahu, semua itu terjadi pada diriku disebabkan karena beratnya penyakit. Namun sekarang, ketika angin kesembuhan telah bertiup, aku merasakan sakit dan mendambakan kesehatan. Ini sungguh merupakan nikmat yang agung. Sempurnakanlah, ya Allah, kesembuhan untukku.” [Ibn al-Jauzi, Shayd al-Khathir, hlm. 93].

Betapa Ibnu jauziyah bersyukur atas kenikmatan ibadah dan ketaatannya kepada Allah. Kesempatannya untuk berkhalwat dan berjuang di jalan Allah adalah hal yang tidak sembarang orang dapatkan. Lembaga Dakwah Kampus atau organisasi yang berjuang bersama demi tegaknya islam banyak kami habiskan waktu-waktu untuk bermunajat kepada Allah, meningkatkan tsaqofah islam, berjuang dan bergerak terus tanpa lelah meski pedih rintangan selalu hadir. Menempa diri kami untuk lebih kuat dari baja dan lebih bersih dari air. Setiap harinya kami disibukkan dengan membina, mengopinikan islam dan memikirkan problematika umat tak jarang badan ini sakit-sakitan uang pas-pasan makan seadanya namun begitu nikmatnya hidup seperti ini. Apakah engkau merasakannya sahabatku? Rindu akan perjuangan masa-masa mahasiswa sering terlintas dipikiranmu?

Seringkalanya kita membenturkan aktifitas dakwah dengan kegiatan duniawi, kewajiban kita benturkan dengan hal-hal mubah, betapa menyesalnya diri ini nanti di yaumil akhir. Harusnya dakwah mampu sejalan dan selaras hingga beriringan dengan kepentingan lain bahkan mendukung aktifitas dakwah. Lulus kuliah agar bisa dakwah lebih gencar, bekerja untuk bisa menopang kehidupan dakwah, bersuami dan beristri agar dakwah lebih kuat lagi. Semua kita selaraskan dengan dakwah, begitu nikmat bukan. Karena dakwah adalah poros hidup kita.

Saudaraku aktivis islam Jika kelelahan Anda memuncak, cobaan demi cobaan atas diri Anda semakin meningkat, musibah demi musibah datang menimpa Anda silih berganti, sementara hawa nafsu Anda yang selalu cenderung memerintahkan keburukan itu memprovokasi Anda untuk lebih ‘memilih’ dunia – padahal umur dunia hanyalah sesaat – atau jiwa Anda membangkang kepada Anda, maka Anda harus mengendalikan jiwa Anda itu hingga gampang diatur, tunduk kepada kepemimpinan Anda dan merespon seruan Allah SWT dengan penuh keridhaan, setelah sebelumnya merasa enggan.

Lahirnya Gerakan mahasiswa Islam untuk tegaknya system Islam menjadi harapan bagi mahasiswa dan rakyat sebagai penentang sejati rejim boneka yang mempertahankan sistem kapitalisme liberal yang menghisap dan menindas. Itu pula yang meneguhkan kita yang berpegang teguh dan menyandarkan dirinya pada pertolongan Allah. Dan dengan segala rasa syukur, kita menyadari bahwa Mabda’ Islam sebagai dasar dalam perjuangan kita menghancurkan dominasi imperialisme serta rejim boneka di dalam negeri.

Gelombang perjuangan penegakan Syariah dan Khilafah sebagai anak zaman menjadi perasan atas perjuangan mahasiswa yang meneguhkan dirinya yang mewujudkan kepada perubahan-perubahan mendasar bagi negeri ini. Kita bukan hanya lurus dalam konsepsi, tapi kita dikenal juga sebagai penggerak yang tiada henti-hentinya membangkitkan, mengorganisasikan dan menggerakkan perjuangan umat yang anti imperialisme dan kapitalisme. Selanjutnya mempercayakan system Islam sebagai aturan hidup yang mengatur Negara ini sehingga terwujud negeri yang diliputi keberkahan, siang dan malam.

Bersabarlah wahai saudaraku, Sesungguhnya Islam meminta dari diri Anda: WAKTU TERBAIK, HARTA TERBANYAK, dan USIA EMAS (MUDA) ANDA. Sesungguhnya Islam menginginkan diri Anda seluruhnya. Islam meminta dari Anda WAKTU SEMANGAT ANDA, bukan waktu malas Anda. Islam minta dari Anda WAKTU MUDA ANDA, WAKTU KUAT dan SEHAT ANDA, bukan waktu tua Anda. Islam meminta dari diri Anda SESUATU YANG PALING BAIK, PALING MULIA, dan PALING AGUNG.

“Kami telah menjadikan di antara mereka itu para pemimpin yang memberikan petunjuk dengan perintah Kami manakala mereka bersabar.” [TQS. as-Sajdah (32) : 24]

Sahabatku aktivis dakwah kampus, perjuangan ini masih panjang bahkan lembaran pertama tegaknya islam belum kita buka. Jika kita tidak bergerak setelah usai kuliah dan membangun ditengah masyarakat, mau kemanakah kita nanti? Jangan sampai jalanku dan jalan kita bersama terenggut oleh penindasan NeoImperialisme saat ini, jalan yang sudah kita bangun bersama dengan tetesan air mata dan keringat. Tulisan ini juga sebagai cambuk bagi diriku yang membutuhkan nasehatmu sahabat. “Duri dan bunga sudah menanti, akan ada perjuangan yang lebih besar lagi.” [VM]

Posting Komentar untuk "Kepada Kawan "

close