Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Hutang Di Atas Hutang (Terus Menggali Lubang)


Oleh : Yani Suryani
(Pengajar MI Al-Ikhlas Cisereh Tigaraksa)

Kulihat ibu pertiwi
Sedang bersusah hati
Air matanya berlinang
Mas intanmu  terkenang
Hutan gunung sawah lautan 
Simpanan kekayaan
Kini ibu sedang lara
Merintih dan berdoa

Masih ingat dengan lagu di atas? Yah itulah gambaran kondisi negeri kita saat ini. Betapa tidak, ibu pertiwi sedang lara dan menangis, karena emas, intan, bumi, lautan telah tergadaikan demi hutang. 

Indonesia akan berhutang lagi untuk membayar bunga  hutang tahun depan. Memang hutang negara ini sangat fantastis. Berdasarkan data dari kementerian keuangan per juli 2016 mencapai Rp 3.362,74 T .Angka tersebut terus akan meningkat seiring dengan akan berhutang kembali untuk menutupi defisit anggara RAPBN 2017 sebesar  Rp 332,8 T. Menurut Menteri Keungan  Sri Mulyani RAPBN tahun 2017 tidak sehat  dikarenakan adanya defisit keseimbangan  primer, yaitu total  penerimaan dikurangi pembelanjaan negara tanpa bunga hutang.  Lagi-lagi pemerintah menarik utang untuk membayar utang  yaitu sebesar Rp 111, 4 T, dan pada akhirnya hutang negara akan semakin bertambah. (Detik news.com 23/8/2016).

Ini menunjukkan bahwa APBN negara kita sangat bergantung pada asing, dan akan semakin mengokohkan penjajahan dan ketergantungan negara kita. Kata mandiri akan semakin jauh dari harapan jika hal ini akan terus terjadi, kita akan menjadi negara yang didikte dan di obok-obok oleh bangsa lain sebagai pemberi hutang. Kedaulatan bangsa kita akan sangat terancam dengan sistem pemerintahan yang bergantung pada pinjaman asing. Pengeloalaan SDA Indonesia akan lebih disetir oleh asing. Padahal orang-orang pintar dan berprestasi sangat banyak di negara ini. Sangat miris sekali. Apakah hutang yang diberikan ini cuma-cuma? Tentu saja tidak. karena Inilah salah satu cara agar negara indonesaia ini tetap dkendalikan oleh negara-negara yang berkepetingan melalui hutang. Hutang adalah trik ampuh dalam sistem kaptalisme agar negara yang dihutangi tunduk.

Pinjaman yang digunakan pun bukanlah sekadar dalam rangka menolong, tapi menjerat. Bagaimana tidak, uang yang berjumlah Rp 111,4 T itu hanya bunga saja. Inlah dampak ekonomi ribawi yang sangat diagungkan dalam sistem kapitalis. Sistem yang hanya menyengsarakan manusia dan jauh dari kata makmur apalagi sejahtera.

Faktanya dalam mengelola negara ini pemerintah sangat bergantung dari pajak. Yang sejatinya dalam Islam, pajak adalah sesuatu yang hanya diambil jika kas negara dalam kondisi  darurat atau kosong, ini pun hanya akan diminta pada orang kaya dan mampu. Berbeda dalam sistem kapitalis ini, pajak adalah hal yang wajib bagi seluruh rakyat tak terkecuali bagi orang miskin. Sungguh-sungguh mengerikan.

Lewat sistem inilah alih-alih ingin mengurangi kemiskinan namun pada faktanya jumlah kemiskinan semakin meningkat tajam. Padahal Indonesia adalah negara yang sangat kaya dan melimpah sumber daya alamnya.Tongkat, kayu dan batu jadi tanaman itulah sepenggal lagu yang mengisahkan betapa suburnya negara kita ini. Sungguh ironis sekali, ketika SDA Indonesia yang sangat melimpah ini lebih diberikan kepada asing untuk mengurusnya dan kita rakyat dibebani dengan wajibnya membayar pajak.

Perlu dikaji bahwa Allah mengharamkan riba, sebagaimana firmanNya dalam surat Al-Baqoroh : 275 “Allah menghalalkan jual beli dan menghalalkan riba”. Ibnu Qudamah mengatakan bahwa riba itu diharamkan berdasarkan al-Quran, as-Sunnah dan Ijma (al mughni 7 /492). Ini menunjukkan bahwa riba dalam bentuka apapun haram dilakukan, namun untuk jual beli halal bagi siapa pun. Apalagi jika kita lihat dosa yang ditanggung sangatlah berat. Penggambaran orang yang memakan dan mengambil riba adalah tidak dapat berdiri seperti berdirinya orang yang kemasukan syetan lantaran tekanan penyakit gila. Bahkan dalam hadistnya Rosulullah telah bersabda bahwa riba itu mempunyai 73 pintu , sedang yang paling ringan adalah seorang yang menzinahi ibunyasendiri (H.R Ibnu majah dan Hakim).

Begitu besarnya dosa riba ini menunjukkan ada ketidakbaikkan ketika kita masih mau melakukan aktivitas  yang mengandung riba. Apalagi dalam mengurus sebuah negara yang mempunyai tujuan ungin mensejahterakan dan memakmurkan bangsa ini.  Ibarat pepatah jauh panggang dari api. 

Islam mengatur dalam mengurus  sebuah negara tidak dengan cara yang telah secara qoth’i diharamkan oleh Allah. Allah telah menciptakan sumber daya alam yang melimpah ruah untuk dipergunakan negara dalam mengurus rakyatnya. Kepemilikan umum, negara, pribadi telah sangat jelas diatur dalam Islam,  tidak akan tertukar antara kepemilikan umum, negara atau pribadi. Tidak akan samar karena Allah telah mengatur kejelasannya.

Terkait dengan anggaran keuangan dalam sistem pemerintahan Islam sudah sangat jelas dan bersifat tetap dalam pos pendapatan dan pengeluaran, tetapi alokasi anggran per masing-masing pos pendapatan dan pengeluarannya bersifat fleksibel, jika di tengah jalan ternyata penerimaanya kurang maka akan digenjot penerimaan tersebut. Begitu juga dengan pemasukannnya, jika alokasi yang dianggarkan tadi lebih, maka kelebihan tersebut tidak akan dihabiskan, tetapi dikembalikan kepada pemerintah pusat atau ditahan dimasing-masing daerah untuk dimasukkan dalam alokasi anggaran berikutnya, karena sistem keuangan dalam sistem Islam menggunakan sentralisasi.

Untuk itu masih ragukah kita terhadap hukum Islam yang telah Allah turunkan untuk mengatur semua makhluk di bumi ini. Islam adalah rahmatan lil ‘alamiin, rahmat bagi semua makhluk yang ada di muka bumi ini apabila diterapkan. Sejarah Islam pernah tercatat bagaimana seorang pemimpin Umar bin Abdul Aziz mampu mengangkat harkat dan martabat peradaban Islam secara adil dan bijaksana secara harmonis, sehingga dapat memakmurkan dan mensejahterakan penduduknya kala itu,  padahal kepemimpinannya hanya 2,5 tahun. Hampir 14 abad Islam pernah mengalami kejayaan hingga menguassai hampir 2/3 dunia. Ini menunjukkan betapa hebatnya aturan Islam karena berasal dari Dzat yang maha benar, yang yang Maha Mengatur alam semesta ini, bukan aturan yang lemah yang dibuat oleh manusia yang hanya mengedepankan hawa nafsunya saja. Wallahu ‘alam bi showab. [VM]

Posting Komentar untuk "Hutang Di Atas Hutang (Terus Menggali Lubang)"

close