Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Solusi Islam Terkait Full Day School


Oleh :Wibi 
(Mahasiswa S2 K3 Unair)

Akhir-akhir ini menteri Muhajir mengeluarkan pendapat tentang pendidikan di Indonesia. Keluarlah sebuah wacana full day school yaitu wajibnya seluruh pelajar dari SD sampai SMA untuk belajar di sekolah dari pagi sampai sore. Hal ini dimaksudkan agar pendidikan luar sekolah dapat dioptimalkan di dalam sekolah. Tentunya maksud pak Muhajir ini adalah setiap anak wajib di didik oleh para guru yang ada di sekolah. Namun hal ini mendapatkan tanggapan beragam dari masyarakat seperti kapasitas guru yang tidak memadai, peran orangtua menjadi sedikit ter eksploitasi, hingga ada keluaran statement meminimalisir ideology yang dianggap radikal yang dapat mempengaruhi indoktrinasai sebuah Negara pada masyarakatnya.

Pada dasarnya metode full day school mengikuti metode pendidikan Islam di era khilafah abbasiyah (era golden age) yang unggul dari segi peradaban, pendidikan, dan kebudayaan. Namun hal ini jika ditelisik lebih jauh mengandung sebuah cacat kebijakan secara stuktural, teknis, dan ideologis. Secara stuktural, menteri muhajir tidak memahami hakikat pendidikan di Indonesia mengalami banyak masalah dari sisi internal dan eksternal. Seperti tidak bisa mencegah lemahnya peran KPI terkait siaran televise pada anak-anak yang tidak mendidik, sebab KPI dan kementrian pendidikan dan kebudayaan terlihat tidak bisa optimal dalam hal pendidikan luar sekolah disebabkan karena pengaruh bisnis tayangan televise yang disimak oleh jutaan manusia di Indonesia (termasuk peserta didik) dimana tak jauh dari kepentingan provit.

Secara teknis, kebijakan ini secara tidak langsung mengkerdilkan peran orangtua dalam mendidik anak, sebab anak didik pulang dari sekolah saat sore hari dan sudah jelas ketika sampai di rumah mereka kelelehan dan memilih untuk istirahat-hal ini secara psikologis juga bermasalah, dapat dipastikan peran orangtua dalam mendidik terasa sedikit. Padahal peran orangtua sangat besar dalam ikut mewujudkan keberhasilan pendidikan anak. Hal berikutnya dari sisi guru yang kualitas dan kuantitasnya belum disiapkan dengan baik, serta kurikulum pendidikan yang diperlukan belum ada, belum jelas, apalagi perlu di uji kelayakannya di sebuah negeri seperti Indonesia.

Secara ideologis, kebijakan ini ingin mengikuti pendidikan seperti di Barat (Oxford, Cambridge) namun secara tidak langsung berimbas pada ketidaksiapan sistem pendidikan apa yang hendak dipakai. Sistem pendidikan di Indonesia itu sebenarnya tidak jelas mau dibawa kemana, buktinya keluaran siswa hasil pendidikan di Indonesia hanya sedikit yang mampu berhasil dari sisi intelektual namun miskin secara emosional dan sipiritual, hal itu dapat dilihat dari carut marut dan miskinnya moral pejabat yang ada di negeri ini dimana berdampak besar pada perkembangan negeri ini. Wajar secara Nampak terlihat bahwa pendidikan di Indonesia banyak mengeluarkan  lulusan “orang suruhan/budak” atau tidak memiliki pendirian yang tegas terhadap perkembangan era yang akan dating. 

Islam memiliki konsep nyang jelas terkait pendidikan, dari segi ideology, teknis, dan stuktural.Secara ideology, jelas ideology islam yang dipakai sebagai ide pokok ajaran di sebuah negeri. Menguatkan akidah islam, tata cara ibadah yang benar, dan etika sopan santun pada kehidupan anak didik adalah hal yang utama. Sehingga ketika beranjak dewasa anak didik mampu menjadi bibit unggul dalam memajukan sebuah negeri.

Secara teknis, konsep Islam mewajibkan kualitas dan kuantitas guru, ulama, atau pendidik sesuai dengan yang dibutuhkan oleh sebuah negeri. Tidak seperti sekarang, kualitas pendidik di nomor sekiankan namun perhatian pada bidang yang lain dinomorsatukan. Juga tak jarang kita mendengar gaji guru kadang dipersulit, padahal perihal gaji sangat menunjang kondisi psikologis dan ekonomi para pendidik. Para pendidik tidak bisa melakukan pekerjaan yang baik jika aparatur Negara tidak menjamin adanya gaji yang rutin di gaji tepat waktu bahkan diseimbangkan dengan keperluan masa kini dimana harga ekonomi melambung tinggi.

Masih terkait cara teknis Islam dalam memberikan solusi yaitu pemberian ilmu tauhid berasaskan akidah Islam yang kuat, tata cara ibadah dalam Islam, cerita-cerita orang-orang terdahulu yang hebat pada masanya sehingga anak didik menjadi termotivasi dan ilmu syakhsiyah islam. Hal itu dilakukan dalam metode halaqoh (pendidik mengajari anak didik maksimal sejumlah 20 orang, peserta didik duduk melingkari guru/ulama yang berada di tengah, konsep ini unggul sebab penyampaian ionformasi jelas-ada proses interaksi yang terjamin, dan hubungan intelektual, emosional, dan spiritual antar peserta didik terkoneksi) yang dulu pernah berjaya di era keemasan Islam.

Kemudian juga ada konsep pendidikan kuttab, yaitu peserta didik diberikan ilmu komprehensif,. Dimaksudkan agar mereka juga mengerti ilmu-ilmu di luar Islam, peserta didik akan diberi pemahaman bahwa ada perbedaan antara ilmu yangbersumber dari Al Quran dan As Sunnah dengan ilmu yang bersumber dari luar ideology Islam, tujuannya mereka mampu menghalau ide-ide yang merusak pemikiran umat Islam.

Secara stuktural, konsep Islam juga jelas menyediakan aparatur Negara yang memiliki dedikasi tinggi dalam bertugas, professional dalam pekerjaan dan konsep Islam melarang jelas praktik para stuktural Negara dalam hal doktrin yang jauh dari Islam pada anak didik. Persoalan di bidang pendidikan ini hanya satu masalah dari sekian masalah yang ada di Indonesia, pendidikan di Indonesia akan lebih baik jika penentuan ideology terlebih dahulu menjadi acuan utama, sebab penentuan ideology ini dapat memprediksi lulusan peserta didik. Jika tidak dipikirkan secara ideologis, persoalan seperti full day school ini dalam bidang pendidikan akan muncul kembali dalam tema yang berbeda-beda, dan perbaikan masalahnya pun terkesan seremonial tahunan pergantian kepemimpinan kementrian. [VM]

Posting Komentar untuk "Solusi Islam Terkait Full Day School"

close