Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Punker, Pulanglah


Oleh : Emma Lucya F
(Penulis buku-buku Islami)

"Daripada kita hidup seperti orang-orang yang berdasi dan berbaju licin, namun ternyata seorang koruptor," kata anak punk dari Martapura yang mengaku bangga dengan pilihan hidupnya. Seadanya. Tak ada yang disembunyikan.

Beberapa Kasus Anak Punk

Sepuluh anggota komunitas anak punk ditangkap oleh Petugas Satuan Reskrim Polres Madiun, Jawa Timur karena menjadi tersangka pembunuhan Rizki Putra Agustin (19) warga Desa Purworejo, Kecamatan Pilangkenceng, Kabupaten Madiun. Para pelaku kesal dan dendam kemudian mengeroyok korban hingga tewas karena korban sering memalak dan merampas barang milik pelaku. Kapolres Madiun AKBP Tony Surya Putra mengatakan, ke-10 tersangka tersebut adalah, Rochim (23), Khoirul Fajar (18), Dwi Marianto (22), Muhammad Dimyathi (18), Muhammad Kukuh (21), Amir Alfian (22), Imam (22), NN (18), FYD (16), dan TP (16) (beritacenter.com, 28/03/2016).

Di kota Malang, dua orang anak jalanan (Anjal) berkostum punk, Zhasa Bibin Ramadana alias Tebon (24) dan Teguh Prasetyo alias Wawan (23), keduanya warga Desa Donomulyo, Kecamatan Donomulyo, Kabupaten Malang, Provinsi Jatim, diringkus tim Buru Sergap (Buser) Reserse Narkoba Polres Malang. Dari tangan keduanya, polisi mengamankan satu kotak pil koplo yang berjumlah 1.015 butir. Mereka ditangkap saat sedang mengedarkan pil koplo kepada anak-anak remaja di desanya, Donomulyo. Kedua tersangka itu juga biasa menggelar pesta pil koplo bersama anjal dan anak-anak punk lainnya jika usai memperoleh keuntungan dari mengedarkan pil koplo (beritasatu.com, 13/08/2016). Masih di kota Malang Jawa Timur, ada siswa di Kabupaten Malang rela drop out (DO) demi bisa kumpul dengan komunitas punk. Dia tidak mau sekolah dan memilih nongkrong bersama komunitasnya di perempatan Kepanjen Malang. Mirisnya, keluarganya tidak mengetahui pergaulan anaknya tersebut di luar rumah (suryamalang.tribunnews.com, 13/05/2016).

Di Bandung, Imron (15) ditemukan tewas bersimbah darah pada Kamis (10/9) lalu di depan SMA Negeri 24 Bandung. Imron menjadi korban perkelahian sesama anak punk karena motif dendam (merdeka.com, 18/09/2015). Yang lebih miris lagi adalah kejadian di Tulungagung Jawa Timur. Enam anak punk ditangkap oleh Satuan Reserse dan Kriminal Polres Tulungagung, Jawa Timur karena telah melakukan penistaan terhadap agama Islam. Mereka berpose dengan menginjak dan meniduri Al-Qur’an kemudian mengunggah fotonya ke jejaring sosial facebook (jabarpublisher.com, 19/06/2016). Benar-benar keterlaluan!

Sekelumit Tentang Punk

Dari Wikipedia, punk merupakan subkultur yang lahir di London, Inggris. Punk juga dapat berarti jenis musik atau genre yang lahir pada awal tahun 1970-an. Punk juga bisa berarti ideologi hidup yang mencakup aspek sosial dan politik.

Gerakan anak muda yang diawali oleh anak-anak kelas pekerja ini, sejak tahun 1980-an dengan segera merambah Amerika. Saat itu Amerika sedang mengalami masalah ekonomi dan keuangan akibat kemerosotan moral oleh para tokoh politik. Akibatnya, tingkat pengangguran dan kriminalitas sangat tinggi. Punk berusaha menyindir para penguasa melalui lagu-lagu dengan musik dan lirik yang sederhana namun kadang-kadang kasar, beat yang cepat dan menghentak.

Banyak yang menyalahartikan punk sebagai glue sniffer dan perusuh karena di Inggris pernah terjadi wabah penggunaan lem berbau tajam untuk mengganti bir yang tak terbeli oleh mereka. Banyak pula yang merusak citra punk karena banyak dari mereka yang berkeliaran di jalanan dan melakukan berbagai tindak kriminal.

Punk lebih terkenal dari hal fashion yang dikenakan dan tingkah laku yang mereka perlihatkan, seperti potongan rambut mohawk ala suku indian, atau dipotong ala feathercut dan diwarnai dengan warna-warna yang terang, sepatu boots, rantai dan spike, jaket kulit, celana jeans ketat dan baju yang lusuh, anti kemapanan, anti sosial, kaum perusuh dan kriminal dari kelas rendah, pemabuk berbahaya sehingga banyak yang mengira bahwa orang yang berpenampilan seperti itu sudah layak untuk disebut sebagai punker.

Punk juga merupakan sebuah gerakan perlawanan anak muda yang berlandaskan dari keyakinan we can do it ourselves. Penilaian punk dalam melihat suatu masalah dapat dilihat melalui lirik-lirik lagunya yang bercerita tentang masalah politik, lingkungan hidup, ekonomi, ideologi, sosial dan bahkan masalah agama.

Gaya Hidup

Psikolog brilian asal Rusia, Pavel Semenov, menyimpulkan bahwa manusia memuaskan kelaparannya akan pengetahuan dengan dua cara. Pertama, melakukan penelitian terhadap lingkungannya dan mengatur hasil penelitian tersebut secara rasional (sains). Kedua, mengatur ulang lingkungan terdekatnya dengan tujuan membuat sesuatu yang baru (seni).

Dengan definisi diatas, punk dapat dikategorikan sebagai bagian dari dunia kesenian. Gaya hidup dan pola pikir para pendahulu punk mirip dengan para pendahulu gerakan seni avant-garde, yaitu dandanan nyleneh, mengaburkan batas antara idealisme seni dan kenyataan hidup, memprovokasi audiens secara terang-terangan, menggunakan para penampil (performer) berkualitas rendah dan mereorganisasi (atau mendisorganisasi) secara drastis kemapanan gaya hidup. Para penganut awal kedua aliran tersebut juga meyakini satu hal, bahwa hebohnya penampilan (appearances) harus disertai dengan hebohnya pemikiran (ideas).

Punk selanjutnya berkembang sebagai buah kekecewaan musisi rock kelas bawah terhadap industri musik yang saat itu didominasi musisi rock mapan, seperti The Beatles, Rolling Stone, dan Elvis Presley. Musisi punk tidak memainkan nada-nada rock teknik tinggi atau lagu cinta yang menyayat hati. Sebaliknya, lagu-lagu punk lebih mirip teriakan protes demonstran terhadap kejamnya dunia. Lirik lagu-lagu punk menceritakan rasa frustrasi, kemarahan, dan kejenuhan berkompromi dengan hukum jalanan, pendidikan rendah, kerja kasar, pengangguran serta represi aparat, pemerintah dan figur penguasa terhadap rakyat.

Akibatnya punk dicap sebagai musik rock and roll aliran kiri, sehingga sering tidak mendapat kesempatan untuk tampil di acara televisi. Perusahaan-perusahaan rekaman pun enggan mengorbitkan mereka.

Arti di Balik Aksesori Anak Punk

Penampilan anak punk yang identik dengan rambut Mohawk, celana ketat, bot, celana ketat, dan berbagai aksesori anak punk merupakan simbol perlawanan.

Rambut Mohawk yang tegak sering diartikan sebagai antipenindasan sekaligus kebebasan. Gaya rambut ini terinsipari dari film Drums Along the Mohawk tahun 1963. Dalam film itu diceritakan tentang suku indian Mohican di lembah Mohawk. Gaya inilah yang kemudian diadaptasi anak punk era 1990-an. Aksesori lain yang menonjol yaitu celana ketat. Bahan celana yang biasa mereka pakai adalah jins, kulit, atau bermotif kulit hewan(bandage pants). Awalnya punkers--sebutan anak punk--menggunakan celana kulit karena awet dan tahan lama. Model ketat menyimbolkan himpitan hidup. Karena itu punkers biasanya merobek celana bagian paha dan lutut sebagai simbol kemerdekaan gerak dan ide.

Bot adalah jenis sepatu favorit anak punk. Seperti celana, mereka memilih bot karena alasan awet. Untuk aliran hardrock punk dan pop punk biasanya memilih sneakers dan sepatu olahraga yang lebih praktis. 

Tato dan tindik. Anak punk biasanya menato tubuhnya dengan gambar tengkorak, salib terbalik, swastika Nazi, atau api. Tato ini menunjukkan identitas kelompok dan menjadi simbol penguasaan penuh terhadap tubuhnya. Seperti tato, tindik juga menyimbolkan kekuasaan terhadap tubuh.

Rantai. Aksesori ini sebagai simbol solidaritas. Kelompok punk yang terusir dari masyarakat dianggap sampah, dinilai menyimpang, membuat punkers membentuk kelompok baru untuk berlindung. Solidaritas kelompok ini sangat penting untuk bertahan hidup. Aksesori lain anak punk yaitu Eye liner, paku atau benda tajam lain, baju, serta stoking. Pernak-pernik itu mempunyai inti pesan perlawanan (tempo.co, 19/02/2012).

Dari kesemua aksesoris mereka, punk berusaha menunjukkan identitas ideologi mereka yang anti kemapanan, anti kapitalisme, cenderung memegang ideologi sosialisme-kiri, mengkritik pemerintah dengan cara mereka sendiri serta menentang status kuo. 

Macam-Macam Aliran Punk Dunia

Beberapa aliran punk yang ada diantaranya Anarcho Punk yang sangat idealis dengan ideologi yang mereka anut yaitu Anti Authoritarianism dan Anti Capitalist. Crust Punk yang paling brutal dan anti sosial. Glam Punk berisi para seniman. Hard Core Punk pemuja musik punk rock. The Oi atau Street Punk biasanya sering membuat keonaran di mana-mana, terlebih lagi di setiap pertandingan sepak bola. Queer Core, terdiri dari orang-orang “sakit”, yaitu para lesbian, homoseksual, biseksual dan para transsexual. Riot Grrrl beranggotakan para wanita yang keluar dari Hard Core Punk. Scum Punk atau disebut Straight Edge Scene yang konon benar-benar mengutamakan kenyamanan, kebersihan, kebaikan moral dan kesehatan. Skate Punk yang biasanya sangat mencintai skate board dan surfing. Ska Punk, penggabungan yang sangat menarik antara punk dengan musik asal Jamaica yang biasa disebut reggae. Punk Fashion, lebih konsen ke masalah cara berpakaian yang unik. Dan yang terakhir, Nazi Punk  yang merupakan sebuah komunitas yang benar-benar masih murni. Faham Nazi benar-benar kental mengalir di jiwa para anggotanya (http://rsyadesign.blogspot.co.id).

Punk di Indonesia

Berbekal etika DIY (do it yourself), beberapa komunitas punk di kota-kota besar di Indonesia seperti Jakarta, Bandung, Surabaya, Yogyakarta, dan Malang merintis usaha rekaman dan distribusi terbatas. Mereka membuat label rekaman sendiri untuk menaungi band-band sealiran sekaligus mendistribusikannya ke pasaran melalui link toko kecil (distro) mereka. Selain memproduksi CD dan kaset, mereka juga memproduksi dan mendistribusikan t-shirt, aksesori, buku dan majalah, poster, serta jasa tindik (piercing) dan tatoo. Seluruh produk dijual terbatas dan dengan harga yang amat terjangkau. Dalam kerangka filosofi punk, distro adalah implementasi perlawanan terhadap perilaku konsumtif anak muda pemuja Levi's, Adidas,Nike, Calvin Klein, dan barang bermerek luar negeri lainnya (Wikipedia).

Ideologi Punk

Ideologi politik yang sering diasosiasikan dengan punk adalah anarkisme. Banyak aktivis-aktivis punk yang terlibat dalam ideologi politik ini. Mereka berusaha menunjukkan “suara” mereka kepada publik bahwa mereka tidak puas dengan kebijakan pemerintahan. Punk di Indonesia banyak yang beraliran kiri.

Di Indonesia, istilah anarki, anarkis atau anarkisme digunakan oleh media massa untuk menyatakan suatu tindakan perusakan, perkelahian atau kekerasan massal. Padahal menurut para pencetusnya, yaitu William Godwin, Pierre-Joseph Proudhon, dan Mikhail Bakunin, anarkisme adalah sebuah ideologi yang menghendaki terbentuknya masyarakat tanpa negara, dengan asumsi bahwa negara adalah sebuah bentuk kediktatoran legal yang harus diakhiri.

Menurut kaum anarkis, negara menetapkan pemberlakuan hukum dan peraturan yang sering kali bersifat pemaksaan, sehingga membatasi warga negara untuk memilih dan bertanggung jawab atas pilihannya sendiri. Kaum anarkis berkeyakinan bila dominasi negara atas rakyat terhapuskan, hak untuk memanfaatkan kekayaan alam dan sumber daya manusia akan berkembang dengan sendirinya. Rakyat mampu memenuhi kebutuhan hidupnya sendiri tanpa campur tangan negara.

Kaum punk memaknai anarkisme tidak hanya sebatas pengertian politik semata. Dalam keseharian hidup, anarkisme berarti tanpa aturan pengekang, baik dari masyarakat maupun perusahaan rekaman, karena mereka bisa menciptakan sendiri aturan hidup dan perusahaan rekaman sesuai keinginan mereka. Punk etika semacam inilah yang lazim disebut DIY (do it yourself/ lakukan sendiri).

Keterlibatan kaum punk dalam ideologi anarkisme ini akhirnya memberikan warna baru dalam ideologi anarkisme itu sendiri, karena punk memiliki ke-khasan tersendiri dalam gerakannya. Gerakan punk yang mengusung anarkisme sebagai ideologi lazim disebut dengan gerakan Anarko-punk (Wikipedia).

Persoalan utama dibalik gerakan punk adalah kebebasan berpikir. Dalam politik, hal ini menciptakan sekumpulan free thinker yang menganjurkan anarki. Kemapanan bagi punk dipandang sebagai bahaya sosial karena berpotensi untuk membatasi kebebasan berpikir, yang mana mencegah orang-orang untuk melihat sesuatu yang benar di masyarakat dan sebaliknya memaksa mereka untuk menuruti kehendak penguasa dari pemerintahan atau industri musik pop. Makanya, salah satu slogan mereka adalah Anti kemapanan. 

Di dunia barat, kebanyakan punk diidentikan dengan kebebasan beragama. Oleh sebab itu sebagian besar banyak menganut agama alternatif seperti Buddha dan Tao atau yang lainnya dan tidak sedikit yang agnostik atau atheist. Kemudian lahir juga counternya yaitu Christian Punk. Sedangkan di Indonesia, sebagian anak punk adalah anak-anak dari keluarga muslim. Namun tentu saja kita tidak dapat menyebutnya dengan Punk Muslim, tapi lebih dikenal dengan sebutan Punk Straight Edge yaitu aliran punk yang bertujuan damai dan hidup bersih (http://dionbarus.com).

Mengurai Masalah Punk

Anak punk yang berada di jalanan ada yang masih sekolah, sebagiannya sudah tidak bersekolah. Mereka yang tidak sekolah biasanya memang sudah lepas dari orang tua, sudah terbiasa hidup di jalanan. Tidak ada kontrol sama sekali dari keluarga mereka. Ada yang menjadi pengamen, pengatur jalan (polisi cepek) di perempatan atau pertigaan, dan sebagainya. Semua itu mereka lakukan untuk mencari sesuap nasi, karena dengan cara-cara itu mereka bisa mendapatkan uang. Sebagiannya ada yang kreatif menjual t-shirt, kaset CD, jaket, aksesoris punk dan sebagainya. Jika ada konser-konser, anak punk tersebut berkumpul, namun tak jarang yang kemudian tawuran.

Perilaku komunitas punk di Indonesia dipandang sebagai perilaku menyimpang yang identik dengan kekerasan, pengacau, berandal, dan sebagainya. Ditambah lagi, minuman keras sudah menjadi bagian dari kehidupan sebagian besar dari mereka. Menurut ilmu sosiologi, perilaku seseorang dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Pertama, faktor lingkungan keluarga. Keluarga adalah perisai pertama bagi anak. Keluarga adalah institusi awal bagi penanaman nilai keimanan pada anak sekaligus pembentuk kepribadian (akhlak) pertama. Iman yang kuat akan menjadi benteng pertahanan terkuat bagi anak sehingga tidak mudah terpengaruh oleh lingkungan di luar. Dengan iman yang tertanam kuat pada diri anak maka kepribadiannya akan mengikuti, menjadi baik. Begitu pula soal adab dan sopan santun. Jika orang tua mengajarkan sopan santun terhadap anak sejak usia dini, perhatian dan melakukan kontrol terhadap kehidupan anaknya maka anak akan terbiasa untuk melakukan kebiasaan yang diajarkan oleh orang tua. Namun jika orang tua tidak melakukan itu, maka anak akan sangat mudah dipengaruhi oleh faktor lingkungan lainnya.

Anak yang kemudian terjebak pada dunia punk karena faktor keluarga ada beberapa penyebab. Bisa dikarenakan sang anak merasa terkekang di rumah, tidak bebas berekspresi, apa-apa disalahkan. Ada pula anak yang merasa tertekan dengan kemauan atau obsesi orang tua, mereka tidak merasakan kenyamanan di keluarga. Mereka merasa kurang mendapatkan empati dari anggota keluarga tentang apa yang sebenarnya mereka inginkan. Kondisinya akan semakin sulit diatasi jika kemudian orang tua miskin ilmu dan miskin visi tentang akan dibentuk seperti apa anak-anaknya. Akibatnya, tidak tergambar dengan jelas tentang apa tujuan hidup dan hakikat kehidupan ini. Lebih parahnya, jika kemudian kondisi keluarga tidak seideal yang diharapkan. Perceraian orang tua, perselingkuhan, kurangnya kasih sayang, dan kasus keluarga yang lain bisa memicu anak untuk bersikap memberontak sebagai ekspresi kekecewaan mereka. Mereka pun memilih untuk keluar dari rumah dengan harapan ingin meninggalkan segunung masalah yang membebaninya di rumah. Jika kemudian ini yang terjadi, maka orang tua hendaknya tidak terus–menerus menyalahkan anak atas keputusannya masuk ke dunia punk sebagai pelampiasan. Orang tua harus mau berintrospeksi.

Kedua, faktor pertemanan. Pada usia remaja anak akan lebih sering bersama teman karena masa ini adalah mereka mulai mengerti indahnya memiliki teman. Anak mulai cenderung merasa lebih nyaman dan percaya kepada temannya daripada keluarga, apalagi jika orang tua kurang bisa mengerti apa yang diinginkan oleh sang anak. Pada kondisi inilah akan timbul sisi positif atau negatif, sebab tidak semua teman dari anak kita mampu memberikan pengaruh dan solusi positif. Dalam hal pertemanan, komunitas punk menyebut mereka sangat solider kepada sesama mereka, bahkan rela tidak makan beberapa hari atas nama solidaritas.

Ketiga, faktor lingkungan sekolah. Sekolah adalah rumah kedua bagi anak sehingga dalam hal ini kurikulum pendidikan sekolah memegang peran yang juga dominan bagi pembentukan karakter anak. Kurikulum pendidikan yang fokus pada pembentukan kepribadian yang matang pada diri anak dan tidak sekuler (mensinergiskan ilmu kehidupan dengan agama) akan sangat membantu penjagaan diri anak dari pengaruh negatif lingkungan sosialnya. Selain itu, peran guru juga besar sebab guru adalah pengganti orang tua di sekolah. Karena itu diperlukan guru yang arif bijaksana, mau membimbing dan mendorong anak didik untuk aktif dan berperilaku positif, memahami perkembangan remaja serta mampu menjadi sosok teladan bagi anak.

Keempat adalah faktor lingkungan sekitar tempat tinggal. Sebagian besar anak terbentuk karakternya karena pengaruh faktor lingkungan mereka tinggal. Karena secara sengaja atau tidak perilaku anak akan meniru apa yang biasa mereka lihat. Sebagai contoh, anak yang hidup di lingkungan para punker, maka tanpa ada kontrol dari beberapa pihak seperti keluarga ataupun dari kesadaran diri mereka sendiri akan mudah untuk terjun pada dunia itu. 

Maka memang, untuk mengatasi banyaknya masalah anak punk khususnya di Indonesia tidak cukup dengan solusi di lingkup keluarga saja, lingkup sekolah, teman atau lingkungan sekitar. Tetapi butuh solusi sistemik dari negara. Negara harus mengambil peran untuk mengentaskan mereka dari dunia punk.

Anggota komunitas punk yang sebagian besar didominasi kaum muda ini sesungguhnya juga memiliki potensi yang cukup besar jika digerakkan ke arah yang positif. Mereka adalah sumber daya manusia yang potensial bagi pembangunan negara. Jangan sampai sebaliknya, menjadi beban sosial di tengah masyarakat yang semakin terpuruk.   

Ideologi kaum punk yang cenderung anarkis, anti kemapanan, anti kapitalisme, anti kekuasaan/otoritas dan mengemban ideologi sosialime-kiri tersebut secara politis bisa menjadi amunisi yang berbahaya jika dibiarkan memperbesar tubuh (menambah anggota komunitas) mereka. Potensi ideologis ini bukan hanya bisa digerakkan secara sporadis, namun bisa saja dimanfaatkan oleh oknum tertentu atau pihak-pihak yang berkepentingan dalam kekuasaan pemerintahan. Tujuannya untuk menandingi dan menumbangkan kekuatan rezim status kuo yang telah lama bertahta, apalagi jika ketidakadilan ekonomi, sosial, hukum dan ketimpangan di bidang yang lain semakin meluas dan merajalela. Korupsi, kolusi, nepotisme terus-menerus menjadi bahaya laten di tengah-tengah kehidupan rakyat.

Sebagaimana kita ketahui, ideologi sosialisme berseberangan dengan ideologi kapitalisme yang saat ini berkuasa. Dan sifat alamiah sebuah ideologi adalah ingin menguasai yang lainnya. Komunitas punk berideologi sosialis bisa menjadi sebuah gerakan politik atau partai politik yang secara struktural ikut bersaing di pemerintahan. Jangan sampai ideologi yang memenangi perlombaan adalah ideologi yang menafikkan keberadaan Tuhan, anarkis dan menimbulkan chaos di tengah masyarakat. Wallahu a’lam bisshawwab. [VM]

Posting Komentar untuk "Punker, Pulanglah"

close