Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Pemuda dan Revolusi Zaman


Oleh : Lia Haryati, S.Pd.i
Pengajar HSG SD KHOIRU UMMAH - Balaraja

Kewajiban untuk kita menyadari terutama oleh kaum Muslim, bahwasannya generasi muda atau pemuda Muslim tengah menjadi pusat utama sekulerisme oleh negara Barat yang mengemban Ideologi Kapitalisme Barat, mereka tengah merancang cara-cara atau menyusun program untuk merebut hati serta pimikiran generasi muda serta pemuda Muslim agar setia pada ide-ide sekularisme, mengandung nilai-nilai liberal, cara hidup Barat dan sistemnya. Program berkelanjutan yang dipusatkan pada generasi muda serta pemuda Muslim, mensekulerkan kurikulum pendidikan, memasukan budaya sosial liberal yang terus diopinikan oleh media dan industri hiburan, bisnis dengan difasilitasi oleh Pemerintah melalui sejumlah program mereka untuk mengubah tujuan dan merusak pemikiran pemuda Muslim.

Program ini berdampak pada kerugian yang amat besar bagi kaum Muslim. Karena itu kita wajib mengembalikan posisi dan peran penting generasi muda Muslim dalam peradaban Islam. Generasi muda harus menjadi pribadi Muslim sebagai penjuang Islam dan menjadi ujung tombak peradaban. Seluruh manusia harus bergerak melakukan tugas besar ini hingga gambaran generasi dan pemuda Muslim dapat tercapai, dengan izin Allah SWT.

Pembajakan Generasi 

Negara Barat kini disibukan dalam menghadapi ancaman serius dari lawannya ideologi Islam setelah runtuhnya Uni Soviet dan mengalami kegagalan Ideologi yang diembannya. Kini semangat kebangkitan seluruh Umat di Dunia Islam yang membakar jiwa dan raga setelah Arab menjadi momok bagi Negara Barat. Kenyataan para pemuda yang menjadi peran perubahan di negara-negara dengan rezim otoriter, dianggap oleh Barat sebagai ancaman besar bagi mereka, karena para penguasa ideologinya telah terkalahkan bersama antek - antek zionis. Maka upaya membakar kebangkitan Umat Islam semakin menyemangati bersama dengan kesadaran umat Islam untuk kembali pada peran genarasi dan pemuda Muslim, sebagai khayru ummah menggantikan penguasa mereka.

Semua bentuk opini sesat di seluruh dunia yang mengarah kepada Umat Islam harus dipatahkan. Harapan untuk perubahan yang diharapkan Umat untuk kembali pada Khilafah digambarkan dengan penyesatan tentang Khilafah yang diselewengkan. Sunguh tak aneh bila kita banyak sekali melihat kemunculan dari gambaran Khilafah yang buruk melalui kelompok ISIS yang sesat melalui jalan kekerasan. Kekerasan ekstrim telah dijadikan olok - olok seluruh negara kepada Umat Islam. Pada tanggal 12 Februari 2016 lalu, Majlis Umum PBB mengadopsi rencana aksi untuk mencegah kekerasan ekstrim. Rencana ini melibatkan seluruh Negara beserta anggotanya dan beberapa perangkat PBB di dalamnya. Mereka merancang 7 bidang antara lain  dengan 1).Pemberdayaan Pemuda, 2).Kesetaraan gender, 3).Pemberdayaan Perempuan, 4).Bidang Pendidikan, 5).Pengembangan seluruh Keterampilan, 6).Fasilitas kerja, 7).Bidang Strategi Komunikasi Internet dan media sosial lainnya.

Dalam setiap bidang yang mereka rancang tersebut telah ditemukan upaya untuk membajak potensi generasi muda Muslim. Salah satunya dalam bidang pemberdayaan pemuda, dimanaa mereka merancang di dalamnya akan ditingkatkan partisipasi generasi dan pemuda Muslim dalam berbagai kegiatan yang bertujuan untuk mencegah kekerasan ekstrim, baik di dalam tingkat Nasional, Regional, Internasional. Melalui Hari Sumpah Pemuda (HSP) 28 Oktober 2016, Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) Republik Indonesia mencari sosok pemuda Indonesia sebagai role model dalam bidang pengembangan teknologi di Indonesia. Menurut Esa Sukmawijaya selaku Asisten Deputi Peningkatan IPTEK dan IMTAK Pemuda menanggapi arahan ini dengan menggulirkan konsep inovasi Role Model Pemuda Inovatif (RoMPI), "Inovasi yang kami sorot berkaitan dengan teknologi yang telah diterapkan di pedesaan, dikutip (1/10/2016) dari rilis laman situs resmi Kemenpora dalam Press Release Kemenpora Mencari Role Model Pemuda Inovatif. Dimana potensi Intelektual Pemuda akan dibajak untuk menyuarakan ideologinya. Dimana dalam forum tersebut mereka akan berbagi cara pandang ideologi, bertukar pengalaman, menonjolkan persamaan dan kebersamaan, bersama melawan ekstrim, menyerukan perdamaian dan mempromosikan program kapitalis liberal. 

Di dalamnya juga ada program mentoring nasional untuk para pemuda yang di Indonesia direalisasikan dengan program bela negara untuk siswa SMU dan sederajat, termasuk pesantren dan mahasiswa. Program ini sejatinya adalah menjadikan pemuda sebagai duta nilai-nilai secular. Ini dapat dicermati dari pernyataan Menhankam berikut, “Tujuan bela negara adalah untuk mengubah perilaku supaya dia bangga kepada bangsanya; dia cinta kepada bangsa dan negara, dan akhirnya siap bekerja untuk bangsa dan negaranya; bila perlu mati untuk negaranya, berkorban. Itu muaranya, tujuannya, proses-nya…,” kata Ryamizard, Senin (19/10/2015).

Jelas tanpa kita menyadari bahwa generasi dan pemuda Muslim ditanamkan nilai-nilai nasionalisme yang diharamkan dalam Islam. Dan mereka akan menghilangkan gambaran bagi pemuda Muslim bahwa yang harus mereka bela adalah Agama Islam dan Umatnya dengan berjuang mengajak Umat manusia untuk kembali menerapkan Sistem Islam dengan menegakkan kembal Khilafah. Sayangnya Negara memberi gambaran bahwa kelompok yang ingin menerapkan Sistem Islam dalam kehidupan dunia dianggap pemerintahan adalah pelaku kejahatan (Radikal).

Dalam bidang pendidikan, rancangan aksi ini mendorong agar negara berinvestasi dalam pendidikan, khususnya PAUD untuk anak umur 3-8 tahun. Harus dipastikan bahwa anak-anak tersebut memiliki akses terhadap pendidikan inklusif. Mereka mempromosikan kewarganegaraan secara global, soft skill, berpikir kritis dan melek digital. Mereka merancang wajib adanya upaya eksplorasi dengan cara memperkenalkan pendidikan kewarganegaraan ke dalam kurikulum sekolah, buku - buku pelajaran dan bahan ajar, membangun kepedulian guru dan pendidik untuk mendukung program ini. Upaya untuk target tersebut telah di lakukan Pemerintah Indonesia.

Program untuk perubahan kurikulum pelajaran agama Islam yang dilakukan Kemenag dengan nama kurikulum “Islam Damai” atau “Islam Rahmatan lil ‘Alamin” dengan merujuk pada metode pengajaran agama di Oxford University, dengan mengirim 30 orang guru agama Islam kesana, adalah upaya sekularisasi Islam. Merujuk pada pernyataan Menag yang menyatakan bahwa dengan adanya modul PAI yang baru ini, diharapkan siswa akan dihantarkan pada ajaran Islam  yang lebih menghormati keragaman, mempromosikan kedamaian dan toleransi, serta menanamkan demokrasi. Menag menjelaskan, tujuan penyusunan modul itu sebagai respon Pemerintah untuk membekali guru-guru agama Islam di sekolah umum agar siswa mempunyai pemahaman yang baik tentang agama Islam. Modul itu juga menjadi salah satu cara mencegah penyebaran paham radikal, yang mungkin bisa timbul di institusi pendidikan (Viva.co.id).

Inilah upaya mereka pada generasi dan pemuda Muslim. Program ini diadopsi dari Barat untuk kaum Muslim yang ingin menerapkan syariah Islam dalam institusi Khilafah dengan cap ‘TERORIS’ atau 'PAHAM RADIKAL' sungguh mereka selalu berupaya untuk mencegah kebangkitan umat Islam. Mereka tidak ingin para generasi dan pemuda Muslim Indonesia menjadi pejuang perubahan dan kebangkitan Islam. Mereka hanya mengizinkan pemuda Muslim menjalankan Islam dengan gambaran yang mereka kehendaki, yaitu menjadi sosok Muslim moderat yang ramah, pro demokrasi dan tidak garang terhadap mereka. Mereka begitu phobia dengan apapun yang berbau Islam politik, karena akan mengakhiri ideologi mereka.

Belum lagi dalam bidang komunikasi, internet dan sosial media, PBB menyatakan: kami akan mendukung ribuan aktivis muda dan seniman berjuang kembali melawan para ekstrim dalam kekerasan. Mereka mengenalkan pada cara online melalui musik, seni, film, komik dan humor, generasi dan pemuda Muslim yang menyuarakan ide mereka maka layak mendapatkan dukungannya.

Dalam Visi Indonesia sebagai pasar ekonomi digital terbesar di Asia Tenggara dengan target yang diharapkan mencapai 130 miliar dolar pada 2020 mendatang dimana akan membuat Jokowi meminta kepada jajaran Menteri menjaga hubungan baik dengan semua yang ada di Silicon Valley, atau pusat industri kreatif di Amerika Serikat (AS). Tak asing jika bisnis yangmenjadi program besar telah dicanang seiring dengan pemberlakuan paket kebijakan ekonomi tahap 10 tentang UMKM. Dalam bisnis start up juga menjadi peluang kerja bagi kaum muda. Perlulah kita mengetahui  bahwa perusahaan digital yang diajak kerjasama oleh Pemerintah Indonesia Jokowi adalah ini (Google, FB) adalah pendukung liberalisasi pemuda di dunia. Mereka menjadi pendukung Utama kaum LGBT yang ramai dibincangkan. Ini jebakan dari ide dari Negara Barat yang diadopsi pemerintah Indonesia luar biasa ini licik terhadap bangsa Indonesia dengan jumlah populasi Muslim yang besar di dunia.

Sebuah program untuk generasi dan pemuda Muslim dengan budaya liberal pun tengah disiapkan Barat. Tujuannya adalah agar generasi dan pemuda tergabung dalam lumpuran ide-ide dan nilai-nilai sekular liberal. Kecanduan akan narkoba dan seks sudah menjadi cerita sehari-hari di media yang kita lihat. Belum lagi tawaran yang besar dalam bisnis hiburan, mencari jalan cepat untuk kaya dengan menjadi artis atau penyayi, membuat mental generasi dan pemuda muslim rela antri diterpa panas dan dingin mengikuti audisi berbagai ajang adu bakat. Orientasi materi telah menuntun pemuda Muslim ke jalan hidup yang salah. Tanpa lagi melihat baik buruk dalam Islam.

Inilah gambaran akan realitas Negara Barat untuk merampas seluruh potensi pemuda Muslim. Generasidan pemuda Muslim adalah aset berharga umat Islam, namun kita tengah melihat bahwa aset itu direbut oleh penjajah yang membenci kebaikan umat ini tanpa kita sadari. Wajib untuk kita berupaya merebut kembali dan mengembalikan fitrah mereka, pikiran dan pembelaan generasi muda kita kepada Islam, untuknUmat dengan kemuliaannya.

Pemuda Pendongkrak Kemajuan Islam 

Saat Rasulullah saw. berdakwah, generasi pertama yang menerima Islam mayoritasnya adalah para pemuda. Dalam kiprahnya membela, menjaga dan melindungi Islam, pemuda ada di baris ganda terdepan. Pasukan perang juga dipenuhi para pemuda. Para pengemban dakwah yang diutus Rasulullah juga adalah kaum muda. Salah satunya adalah Mush’ab bin ‘Umair yang diminta Rasulullah dakwah ke Madinah. Bahkan ia menjadi duta Islam pertama. Mush’ab menjadi seorang yang meninggalkan kebanggan palsu dunia dan menggantikannya dengan kemuliaan hakiki di akhirat. Berkat kiprah Mush’ab, dalam tempo kurang dari satu tahun hampir seluruh penduduk Madinah masuk Islam. Itulah fitrah sesungguhnya sebagai generasi dan pemuda Muslim.

Itulah yang semestinya kita kenalkan keada para generasi dan pemuda Muslim. Mereka adalah pengemban dakwah Islam yang terpercaya, duta-duta propaganda syariah Islam yang akan menjadi rahmat bagi seluruh penduduk bumi jika diterapkan secara kâffah dalam institusi Khilafah.

Pemuda menempati posisi utama dan inilah yang harus kita kembalikan agar terjadi lah perubahan mulia sebagaimana tuntutan Islam terdahulu. Wajiblah perlunya gerakan penyadaran kepada para pemuda Muslim yang dilakukan oleh semua pihak, khususnya kepada wadah dakwah yang berpijak pada mabda’ Islam (ide dan metode) Islam, dalam seluruh aspek kehidupan.

Inilah peranan penting untuk generasi dan pemuda Muslim termotivasi dalam hidup bermasyarakat bersama kembali menerapkan Islam kâffah. Khilafah akan menyiapkan segala sesuatu yang diperlukan untuk pemberdayaan pemuda. Baik dalam bidang pendidikan, pergaulan sosial, bahkan dalam sistem ekonomi dan sistem politik yang akan diterapkan Khalifah mendukung pemberdayaan potensial pemuda sebagai penjaga dan pelindung Islam terpercaya. Akal dan hati mereka akan senantiasa ditujukan pada Islam dan kejayaan umat sesungguhnya. Karena itu saat ini arah pencerdasan dan pemberdayaan pemuda Muslim harus disadarkan pada penegakkan kembali Khilafah ‘ala minhaj an-nubuwwah. Wa'allahu 'alam. [VM]

Posting Komentar untuk "Pemuda dan Revolusi Zaman"

close