Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Takhayul dan Khurafat Tumbuh Subur Di Lamongan


Oleh : M Atekan 
(Departemen Politik Hizbut Tahrir Indonesia DPD Lamongan)

Pesona Dimas Kanjeng Taat Pribadi di Probolinggo mampu membius warga Lamogan. Berkilo-kilo meter jaraknya Kanjeng Dimas mampu merekrut pengikut dari warga biasa. Suatu dilema di tengah arus Islamisasi sebagai kota Santri dengan 279 Pesantren dan 64.838 santrinya. Sebagaimana pengakuan dari Edi Suyanto, warga Dusun Talun, Desa Sidogembul, Kecamatan Sukodadi.  Dia mengklaim pernah menjadi jamaah pengikut Kanjeng Dimas sekitar tiga tahun lalu. Dia menjadi pengikut bersama istri, saudara kandung, dan rekan kerja lainnya.    

Menurut dia, ada koordinator yang menangani jamaah Kanjeng Dimas. Seluruh jamaah melakukan ikrar dan membayar uang Rp 250 ribu. Juga, dianjurkan membeli kotak dapur dan membayar mahar Rp 1 juta untuk santri biasa. ‘’Kotak tersebut dijanjikan bisa mengalir uang Rp 5 juta per hari asalkan jamaah sabar. Jika bertanya kapan terisi uang, maka mundur 41 hari hingga seterusnya,’’ tuturnya. Selain itu, jamaah juga dianjurkan membeli berlian imitasi. Harganya mulai Rp 300 ribu.  Barang itu dijanjikan bisa berubah menjadi berlian asli. Edi memerkirakan jumlah pengikut Kanjeng Dimas asal Lamongan lebih dari 50 orang. Alasannya, satu orang biasanya mengajak keluarga yang lain. Dia memerkirakan pengikut Kanjeng Dimas berasal dari Kecamatan Sukodadi, Karanggeneng, Paciran, dan Babat. Dia menyayangkan masih ada rekannya yang menjadi pengikut. Padahal sudah rugi ratusan juta rupiah. Sebab, ada tingkatan di padepokan Kanjeng Dimas. 

Di antaranya santri biasa, santri tim, dan santri sultan. http://radarbojonegoro.jawapos.com/read/2016/10/07/3184/edi-suyanto-warga-sukodadi-ini-klaim-pernah-menjadi-pengikut-dimas-kanjeng/

Selain persoalan Kanjeng Dimas, masyarakat Lamongan juga senang dengan praktik perdukunan atau paranormal. Desa-desa meski sudah tersentuh dakwah Islam, namun jiwa masyarakat belum sepenuhnya mampu memurnikan keimanan kepada Allah Swt semata. Perantauan di Lamongan kerap pula membawa bekal dari para dukun agar sukses usaha dan dalam rangka melindungi diri. Praktik ini jamak dan berlangsung berpuluh-puluh tahun lamanya. Sinkretisme atara iman dan kekufuran masih nampak jelas meski zaman sudah berlanjut pada kemodernan.

Sekularisme Biang Keladinya

Selain praktik yang dilakukan pengikut Dimas Kanjeng di Lamongan banyak pula masyarakat yang menggunakan jasa dukun/paranormal untuk kepentingannya. Semisal dalam sukses Pilkades, Pemilu, usaha dagang, atau lancar dalam pekerjaan. Mereka yang menggunakan jasa dukun/paranormal melakukan apa saja seperti tirakat di sungai, di gua, memberi sesaji, menyakralkan tempat keramat, mencuci benda pusaka, hingga membawa jimat dalm beragam bentuknya. Tujuannya satu asal hajat mereka terpenuhi. Padahal praktik seperti itu HARAM.
 
Dalilnya adalah sabda Rasulullah SAW:

“Siapa saja yang mendatangi seorang para normal, lalu dia bertanya kepada udkun itu tentang suatu hal, maka salatnya tidak akan diterima selama empat puluh malam (HR Muslim)

“Siapa saja yang mendatangi dukun atau peramal, lalu membenarkan apa yang dikatakan dukun atau paranormal itu, maka dia telah kafir terhadap apa (al Quran) yang diturunkan kepada Muhammad Saw (HR Ahmad)

Praktik perdukunan dan fenomena paranormal marak karerna berpangkal pada kerusakan aqidah umat. Meski jelas keharamannya, masyarakat tak memperdulikannya. Apalagi Sekularisme (pemisahan agama dari kehidupan) dan Islam tidak dijadikan landasan, maka kaum muslim banyak kehilangan pegangan hidup. Mereka tidak bisa lagi menimbang persoalan dengan benar, termasuk dalam perkara supranatural atau gaib. Mereka lebih mengikuti perasaan atau mencobah mengilmiahkan hal-hal gaib tersebut. Akibatnya, mereka mudah terjebak dalam budaya takhayul dan khurafat.

Sekularisme telah membuat kaum muslim menjauh dari agama. Sayangnya saat ini sekularisme justru dijadikan pegangan hidup. Kaum muslim tidak menjadikan aqidah Islam sebagai landasan masalah gaib maupun kehidupan dunia, sekaligus landasan dalam membuat aturan. Akibatnya, takhayul dan khurafat kian menjadi-jadi serta diterima banyak kalangan. Mulai dari rakyat hingga pejabat. Tukang tomat hingga birokrat. Kaum melarat hingga aparat. Keadaan ini diperparah karena negara tidak melindungi akidah umat Islam. negara justru membiarkan perdukunan dan paranormal berkembang pesat.

Padahal menurut syariah Islam, tukang sihir harus diberi sanksi keras karena merusak aqidah umat. Sabda Nabi SAW:

“Hukuman bagi tukang sihir adalah dengan dipenggal lehernya dengan pedang (HR at Tirmidzi)

Berislam dengan Mulia

Melihat fenomena ini, dakwah Islam dalam amar ma’ruf nahi munkar terus dikobarkan di Lamongan. Ulama’ beserta pemerintah daerah harus segera turun gunung untuk memberi pendidikan secara benar dalam Islam. kyai, santri, dan elemen organisasi Islam turut bahu membahu. Mengajak umat untuk menjadi bagian dakwah Islam. selain itu, tujuannya untuk menghilangakan segala macam khurafat dan takhayul agar masyarakat bisa hidup makmur. Upaya perusakan akidah Islam dicegah sedini mungkin, agar tidak menjadi penyakit masyarakat. Karena itu upaya kembali kepada Islam secara kaffah tidak bisa ditawar lagi. Penerapan itu akan sempurna jika Khilafah tegak di tengah kehidupan ini. [VM]

Posting Komentar untuk "Takhayul dan Khurafat Tumbuh Subur Di Lamongan"

close