Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Medsos, Pergolakan Politik dan Ideologi


Oleh : Umar Syarifudin 
(Direktur Pusat Kajian Data dan Analisis)

Komunikasi telah mencapai suatu tingkat ketika orang mampu berbicara dengan jutaan manusia secara serentak dan serempak. Teknologi komunikasi mutakhir telah menciptakan apa yang disebut “publik dunia” atau “weltoffentlichkeit”, yang bersamaan dengan teknologi komunikasi ini dipakai sebagai alat untuk mempengaruhi cara berpikir masyarakat, pengisi akal pikiran dan mempengaruhi kecenderungan untuk bertingkah laku. 

Dalam spektrum pertarungan politik, media sosial saat ini memiliki peran penting untuk mensosialisasikan berbagai pemikiran. Di era internet, media sosial (twitter, facebook, youtube, flickr dan media sosial lain) menjadi penentu untuk menentukan perang opini juga. Media sosial mengajak siapa saja yang tertarik untuk berpertisipasi dengan memberi kontribusi dan feedback secara terbuka, memberi komentar, serta membagi informasi dalam waktu yang cepat dan tak terbatas. Media sosial mampu menyebarkan pesan secara revolusioner. Pesan yang disebarkan lewat media sosial sedemikian dahsyatnya memengaruhi sikap dan perilaku masyarakat. Contohnya Revolusi Mesir (2011) dengan tergulingnya diktator Husni Mobarak, salah satu dampak media sosial digunakan sebagai sarana konsolidasi massa secara efektif.

Dalam Pemilu 2014 contohnya, terbukti bahwa kampanye masif yang dilakukan melalui media sosial memiliki porsi strategis dalam meningkatkan suara Partai dengan basis tim propaganda yang kuat. Berbagai aktor politik melakukan media propaganda dengan cara memanfaatkan efek multi-media, media film, memungkinkan penggunaan teknik editing film, menggunakan media sosial yang dapat memuat beragam jenis pesan secara singkat dan mengesankan, memanfaatkan tren di kalangan anak muda yang relevan.

Paradoks yang terlihat kemudian, masyarakat di era digital yang sesungguhnya sangat haus informasi, pada perkembangannya justru cenderung mengkonsumsi sumber-sumber informasi dan pemberitaan yang tidak mempedulikan kualitas informasi. Sehingga, masyarakat di era digital dan abad informasi seperti sekarang ini, justru menjelma menjadi masyarakat yang tidak well-informed.

Demikian signifikan jumlah pengguna media sosial di Indonesia, maraknya berita hoax, maka filter berita harus senantiasa disosialisasikan, termasuk pada kalangan remaja. Diasumsikan, pengguna media sosial di kalangan remaja cukup signifikan jika dikaitkan dengan karakteristik kelompok usia remaja. Oleh sebab itu, berita sampah berpotensi merusak kelompok usia remaja dalam pemanfaatan media sosial juga signifikan. Apalagi belum semua pengguna media sosial menggunakan secara baik. Bahkan, media sosial ditengarai kerap digunakan sebagian orang atau kelompok tertentu untuk mencerca dan mencemarkan nama baik orang lain.

Saat para penguasa media dan media juga menjadi alat penjajahan, dengan mempertahankan Sekularisme.  Begitu ada kesempatan menghantam Islam, melalui isu terorisme, mereka pun ramai-ramai menyerang Islam. Maka umat harus selektif dan bisa menyaring penyesatan opini media. Selain itu, kita sadari bahwa arus liberalisme sekuler, yang dikenal dengan keberadaan media dan hegemoninya atas media bahkan di Barat sekalipun, di mana kita menemukan bahwa sebagian besar media adalah milik kaum liberalis.

Sekalipun media massa mainstream berpengaruh besar, keberadaan media-media tersebut bukan satu-satunya faktor yang menentukan opini publik. Bahkan bila boleh jujur, kenyataannya, media sosial sebagai salah satu alat efektif untuk mempromosikan solusi politik dan Ideologi anti-kapitalis daripada media mainstream kapitalis yang kini daya tariknya mengalami tren minus. Kongkritnya, meskipun dibantu oleh kekuatan Media, Para Kapitalis dan ide yang dibawanya justru tak menuai simpati yang signifikan. Bukan berarti apapun yang berasal dari media mainstream harus ditolak dan apapun yang dikatakan media non-mainstream musti diterima. Kita fokus pada isi, sambil berhati-hati “siapa” yang mengabarkan.

Trend kesadaran masyarakat dunia adalah mampu memahami demokrasi yang sebenarnya, yaitu “kelompok minoritas yang kaya dan kuat menguasai kelompok mayoritas yang lemah dan tertindas”, yakni  kediktatoran para pemilik modal yang bersekutu dengan kediktatoran para penguasa yang tersebar di seluruh dunia, terutama di dunia Islam termasuk Indonesia. Dari waktu ke waktu, masyarakat muslim makin tidak canggung untuk membuat tuntutan revolusi, menuntut perubahan yang sesungguhnya, menolak hegemoni sistem dan rezim-rezim kapitalis busuk itu yang tetap berkuasa, serta politik, konstitusi dan hukum-hukum positif yang bersumber dari sistem demokrasi kapitalis yang tetap mengontrol kehidupan rakyat.

Pertarungan antara haq dan batil dalam berbagai media propaganda adalah situasi yang mempengaruhi sebagian besar masyarakat ‘melek’ informasi di negara dunia ketiga yang akhirnya memahami Amerika dan negara-negara kapitalis raksasa sebagai aktor penjarahan sumber daya negara-negara muslim atas nama terorisme. Masyarakat telah melihat kenyataan sebenarnya bahwa dunia ini telah dibakar oleh ketidakadilan sistem demokrasi-kapitalisme. Dan manusia tidak akan terselamatkan kecuali oleh sistem Islam yang adil.

Pada titik cerah, pertarungan politik dan ideologi akan menemukan fakta bahwa ideologi Islam yang akan menang. Sekalipun media-media berusaha keras untuk menyembunyikan dan menutupi tanda-tanda kebangkitan umat Islam, namun seruan perubahan atas dasar Islam diberbagai lini massa, termasuk di medsos tetap merupakan aspirasi umat yang sesunguhnya, yang mendorongnya untuk bergerak, dan meraih harapan masa depan yang cerah. Sekalipun jalan untuk mengetahui semua berita itu masih merupakan ruang sempit, melalui jaringan internet, serta kontak-kontak yang dinamis dan terencana.

Sesungguhnya usaha pemboikitan dan penyembunyian yang dilakukan oleh berbagai media ini adalah dalam rangka untuk melayani agenda asing, yaitu membajak dan memaksa media untuk mencuri kerja keras umat dan pengorbanannya. Hanya saja umat telah melakukan perlawanan atas siapa saja yang menekannya dan merampas kekuasaannya. Sehingga tidak diragukan bahwa umat tidak akan pernah tertipu lagi oleh siapa saja yang berusaha menyesatkannya. [VM]

Posting Komentar untuk "Medsos, Pergolakan Politik dan Ideologi"

close