Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Gaes, Bila Air menjadi Musibah…


Oleh : Binti Istiqomah 
(Pemerhati Remaja)

Gaes, kali ini kita jalan-jalan ke kota kembang ya. Kita rehat sejenak, menghirup udara segar sambil menikmati hidangan berharap pikiran kembali cemerlang. Kembali ke kota Kembang, betewe, sudah pada tahu belum kota kembang? Yup, benar sekali, ini dia kota Bandung. Kota Bandung memiliki banyak sekali julukan, salah satunya adalah kota Kembang. Tapi tahu gak sih awal mula kenapa kota Bandung mendapatkan julukan kota Kembang?

Berdasarkan penelusuran (bukan serial serlock homes ya hehe), penyematan julukan kota Kembang untuk kota Bandung ini terdapat dua versi. Versi yang pertama menyebutkan bahwa pada zaman dahulu, Kota Bandung dinilai sangat cantik dengan tumbuhnya pohon-pohon dan bunga-bunga. Banyak ratusan jenis bunga yang tumbuh di kota ini. Nah atas dasar itulah, kota Bandung dijuluki sebagai kota Kembang. Versi kedua bisa dicari sendiri ya, karena kita tidak sedang membahas itu hari ini. 

Tapi sayang gaes, bunga-bunga cantik itu sekarang mulai layu. Ibaratnya sih begitu, karena sebulan terakhir, berdasarkan pantauan merdeka.com (14/11/16) beberapa kali wilayah Bandung Kota dan sekitarnya kebanjiran. Peristiwa serupa terjadi kembali pada Minggu sore hingga malam kemarin setelah hujan deras mengguyur. 

Dikutip dari akun Twitter resmi Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Senin (14/11), mencatat ada 20 titik banjir di Bandung. Meliputi Jalan Pagarsih, Jalan Wastukancana, Jalan Lodaya, Jalan Pasirkoja, Jalan A. Yani, Jalan Sukagalih, Jalan Sudirman, Jalan Waringin (Pasar Andir). Kemudian, Jalan Laswi, Jalan Burangrang, Jalan Stasiun Timur, Jalan Kebon Jati, Stasiun Bandung, Jalan Caringin, Jalan Otista dan Jalan dr. Djundjunan, Jalan Kopo, Jalan Manado, Jalan Serayu, dan Rumah Sakit Cicendo.

"Banjir disebabkan beberapa sungai meluap seperti Sungai Citepus. Tinggi banjir sekitar 30-60 cm dengan arus yang kencang seperti yang terjadi di Jalan Wastukancana."

Tidak cuma genangan air, di beberapa ruas jalan juga terjadi pohon tumbang. Seperti Jalan Manado, Jalan Kopo, Jalan Serayu, Jalan Otista dan Stasiun Kereta Api Bandung.

"Kerugian yang ditimbulkan banjir dan pohon tumbang di Kota Bandung adalah dua unit mobil rusak berat, beberapa rumah rusak sedang, satu bangunan rusak sedang, arsip pasien di RS Cicendo rusak berat dan operasional kereta api terhambat selama 2 jam dan menghanyutkan perabotan rumah."

Gaes, sebentar deh, bukannya hujan itu berkah ya? Kalau berkah pasti banyak manfaatnya, Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman :

“Dia-lah, Yang telah menurunkan air hujan dari langit untuk kamu, sebagiannya menjadi minuman dan sebagiannya (menyuburkan) tumbuh-tumbuhan, yang pada (tempat tumbuhnya) kamu menggembalakan ternakmu. Dia menumbuhkan bagi kamu dengan air hujan itu tanam-tanaman; zaitun, kurma, anggur dan segala macam buah-buahan. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar ada tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang memikirkan” (An-Nahl:10-11)

Tapi kok malah jadi musibah? Alih-alih mendapat manfaat, justru kerugian yang didapat. Hayo … kenapa? Tadi sudah dibahas di awal ya gaes, bahwa segala penyimpangan, sekecil apapun itu bisa jadi bencana. Dan manusia kebanyakan menjadi biang kerusakannya. Allah Subhanahu Wa Ta’ala juga berfirman dalam hal ini :

“Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)” (Ar-Ruum:41)

Dilansir dari inilah.com, banjir besar yang melanda kota Bandung sebanyak dua kali dalam satu bulan terakhir diyakini disebabkan karena rusaknya daerah hulu yang berada di Kawasan Bandung Utara (KBU). Kepala Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ego Syahrial mengatakan, akibat kerusakan di kawasan hulu tersebut mengakibatkan pergerakan tanah menjadi lebih cepat karena terkikis setelah kawasan yang semestinya menjadi wilayah konservasi tersebut mengalami perubahan fungsi lahan. Akibatnya, ketika hujan turun tidak ada lagi wadah yang berperan sebagai penampung air di kawasan hulu. Sehingga air turun turun lebih cepat ke kawasan hilir, yang kekurangan daya untuk menampungnya.

"Sudah pasti tanah bergerak, kita memetakan seluruh kawasan banjir di Jabar terutama di Kota Bandung. Ini hulunya kan sudah rusak, sudah terkikis karena alih fungsi lahan yang seharusnya menjadi daerah serapan," kata Ego kepada wartawan saat ditemui di kantornya, Bandung, Jumat (11/11/2016).

Penyebabnya karena kesalahan dalam mengelola kota. Yaitu pengelolaan tata kota, pengelolaan lahan, eksploitasi lahan dan SDA tidak sesuai fungsinya. Misal nih ya, hutan konservasi yang harusnya dijaga dirubah menjadi kawasan wisata. Penambangan liar dan banyak lagi lainnya. Akibatnya bencana dimana-mana, tidak terkendalikan dan korban pun berjatuhan. Miris bukan? 

Maka benarlah Allah Swt. yang menyebutkan bahwa kerusakan alam ini karena perbuatan manusia sendiri, lho! FirmanNya:

“Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)” (QS ar-Ruum [30]: 41)

Lalu solusinya bagaimana? Sekali lagi gaes, solusinya adalah kembali pada Islam! Ya hanya Islam yang punya solusi untuk mengatasi itu semua. Khilafah Islamiyyah memiliki kebijakan canggih dalam mengatasi bencana maupun pengelolaan kota. Gak percaya? Kamu mah gitu orangnya hehe. Gaes, setiap manusia pasti pernah salah, tapi setiap dari kita tentu harus memperbaiki diri dengan belajar. Kenali, sayangi, tegakkan Islam bersama-sama. Yuk Ngaji! [VM]

Posting Komentar untuk "Gaes, Bila Air menjadi Musibah…"

close