Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Konsekuensi Keimanan


Oleh: Aziz Rohman
(Syabab HTI Kab. Jombang)

Kaum muslimin adalah umat yang satu. Satu kesatuan yang tidak boleh terpisahkan oleh apapun. Baik itu perbedaan warna kulit, fisik, teritorial maupun perbedaaan-perbedaan yang lainnya. Sebab ketika Rasulullah mendakwahkan islam maka sesungguhnya umat islam, sejak saat itu sesungguhnya telah diikat oleh sebuah ikatan persatuan, akidah islam. Dimana, ikatan ini memiliki pengikat yang sangat kuat hingga diungkapkan bahwa kaum muslimin itu ibarat satu tubuh. Jika ada salah satu bagian tubuh yang merasa kesakitan maka, tubuh yang lain akan merasakan sakit pula.

Ibarat orang sakit yang hampir mendekati ajal, ketika ia menginginkan sebuah kesembuhan maka ia harus berikhtiar mencari kesembuhan, salah satunya dengan meminum sebuah obat. Dimana, dari obat inilah rasa sakit bisa berangsur-angsur berkurang dan ketika rasa sakit itu hilang maka, kesembuhanpun akan menjalar kepada bagian tubuh yang lainnya hingga seluruh tubuh akan terasa sehat bugar kembali. Kita tahu dan kita sudah paham bahwa umat ini sedang sakit parah bahkan sampai-sampai ada pada titik menuju kematian. Mereka mengabaikan Allah apadahal mereka meyakini akan keberadaanNya, mereka mengabaikan alqur’an padahal mereka memahami alqur’an adalah pedoman hidup manusia. Ketika ada satu kemaksiatan terjadi dan kaum muslimin hanya diam saja maka, sesungguhnya umat benar-benar sedang sakit. Sebagaimana keadaan seseorang yang sedang sakit ia tidak mampu berbuat banyak terhadap sekitarnya bahkan ia malah meminta pertolongan kepada yang lain. Sebuah tanda bahwa umat ini harus segera disembuhkan, dibangunkan dari tidurnya yang sudah amat panjang semenjak tahun 1924. Bukankah umat islam dilahirkan untuk menuntun semua umat manusia dari penghambaan kepada mahluk menuju kepada satu-satunya penghambaan yang hakiki, kepada Allah SWT. Bukankah umat islam adalah umat terbaik, yang mampu menyelesaikan seluruh problematika kehidupan manusia. Jika memang seperti itu umat islam dengan seperangkat tugasnya tetapi ketika ada kemaksiatan umat hanya diam maka bukanlah sesuatu yang aneh jika umat ini dikatakan sedang sakit dan membutuhkan obat agar segera sembuh.

Ambil contoh satu kemaksiatan yang terjadi. Kita perhatikan peristiwa yang baru-baru ini menghebohkan umat islam Indonesia, ketika ada satu kasus dimana orang kafir dengan terang-terangan menghinakan alqur’an dan para ulama. Sudah sangat jelas kasus ini dan hukumannya pun sudah jelas namun apa yang dilakukan umat ini, apakah mereka langsung menangkap dan mengadili si penista atau malah melindunginya. Bahkan saat MUI sudah mengeluarkan fatwanya tentang kasus ini kemudian, apa yang ada di benak kaum muslimin. Apakah mereka bersatu padu membela agama ini, menuntut si penista dihukum atau malah berselisih paham karenanya hingga terlahirlah fatwa bid’ah sholat jum’at dijalan, larangan mengadakan masyiroh yang menuntut agar penista agama di hokum dengan alasan mengganggu ketertiban umum, di tuduh makar, hingga PO-PO bus yang sejatinya akan membawa jama’ah ke Jakarta dilarang beroperasi dan yang paling menyakitkan adalah adanya ungkapan yang berasal dari kalangan kaum muslimin sendiri untuk memaafkan saja se penista alqur’an toh ia kan sudah minta maaf, katanya. Begitulah kondisi umat islam sekarang, khususnya di Indonesia. Saat para kyai, ulama atau golongannya dilecehkan ia teriak-teriak menuntut agar orang yang melakukan pelecehan tersebut ditindak dan dihukum. Saat kepala negaranya dilecehkan aparat hukum sangat sigap hingga orang yang melecehkan langsung ditangkap, dan di proses hukum. Namun, saat agama ini dihina dimanakah mereka? Dimanakah mereka, bukankah harga diri Allah SWT harus di letakkan di atas segala-galanya?

Namun, begitulah yang terjadi sebab demokrasi tak akan pernah rela membiarkan umat islam mendapatkan hak untuk membela harga dirinya. Sebab di dalam demokrasi banyak sekali kepentingan sampai-sampai kepentingan Allahpun menjadi nomer sekian. Alhamdulillah, saat umat sedang terjepit pertolongan Allah datang menghampiri. Memang ini masih belum cukup untuk membuat si penista di hukum namun biar bagaimanapun juga kemunculan orang-orang berpemahaman dan bermental baja dari ciamis merontokkan semua penghalang yang ada hingga memberikan semangat yang begitu membara. Seperti sebuah obat saat, setelah diminum langsung memberikan efek kepada seluruh tubuh. Hingga memberikan kesempatan untuk berfikir ulang kepada sebagian umat islam yang menghalangi agenda aksi bela islam kemarin. Karena, biar bagaimanapun aksi kemarin adalah agenda dalam rangka membela Islam, membela agama dan harga diri Allah SWT. 

Begitulah umat ini, mereka sedang sakit parah hingga membutuhkan sebuah obat yang mujarab guna membangkitkan gairah hidupnya. Sebab jika, umat ini tidak bergairah lantas apa bedanya mereka seperti orang yang sedang mati. Mereka adalah pemimpin umat manusia, umat yang memahami hakikat tentang kehidupan. Sehingga jika merea sakit maka kerusakan demi kerusakan di muka bumi akan senantiasa bermunculan. Kehidupan bukanlah sebuah siklus lahir-hidup-meninggal namun kehidupan adalah sesuatu yang nantinya akan dimintai pertanggungjawaban.  Dan kehidupan bagi umat islam adalah pemikiran (fikrah). Pemikiran yang disertai dengan metode (thariqah) untuk menerapkan fikrah tersebut. Dan dari penggabungan antara keduanya akan terbentuk sesuatu yang disebut dengan ideologi, yakni ideologi islam. Namun demikian, adanya ideologi saja ditengah-tengah umat itu masih belum cukup untuk membangkitkan umat dari tidur panjangnya. Sebab jika ideologi tersebut tidak benar-benar diamalkan maka umat tidak akan pernah hidup. Ibarat seorang pedagang yang sudah mempunyai modal besar dan ilmu perdagangan yang matang namun karena dia tidak juga mau berdagang maka, akan sulit baginya untuk memperoleh sebuah kesuksesan dari bisnis perdagangan. Kadang kala ideologi islam sebenarnya telah ada dibenak umat dalam warisan hukum, tsaqofah dan sejarah umat namun, karena umat mengabaikannya maka semuanya terasa tak berguna. Kadang mereka lalai terhadap fikrah dan thariqah atau bahkan terhadap keduanya. Dan dalam situasi seperti ini, semata-mata adanya fikrah dan thariqah saja tanpa ada pengaplikasian di kehidupan maka semuanya akan sia-sia. Islam hanya akan menjadi sebuah pemanis dalam khazanah kelezatan keilmuan manusia.

Sehingga, penting bagi umat islam untuk memahami kembali fikrah-fikrah islam beserta thariqah pengaplikasiannya dalam sendi-sendi kehidupan. Jangan sampai fikrah-fikrah tadi hanya sebatas fikrah semata. Seperti orang yang telah bersyahadat dimana ia tidak boleh hanya meyakini sebatas  kalimat saja. Namun, ia juga harus paham serta yakin dan mengaplikasikan di dalam kehidupannya bahwa Dzat yang layak ia sembah hanya Allah SWT saja. Dan seseorang yang harus menjadi panutan dikehidupan untuk bisa sukses menyembah Allah semata hanyalah Muhammad SAW. Ibarat seorang laki-laki yang telah berikrar ijab qobul di depan seorang wali seseorang. Lantas pasca ijab qobul ia menelantarkan begitu saja istrinya tentu tindakan ini tidak bisa di benarkan. Jika ijab qobul saja begitu di pahami mengapa konsekwensi syahadat tidak di pahami.

Sekarang pertanyaannya adalah Allah SWT telah menurunkan Islam dengan seperangkat hukum dan aturannya lantas apakah umat islam lebih mencintai aturan hidup dari Allah SWT ataukah aturan-aturan yang lainnya?

Bergembira terhadap hari lahir Rasulullah tentu sudah wajar namun, hanya sekedar bergembira saja tanpa di barengi dengan keinginan untuk meneladani serta mengamalkan apa yang telah beliau bawa tentu menjadi sesuatu yang tidak masuk akal. Terlebih saat Alqur’an yang dibawa oleh Rasulullah dinistakan, maka sudah sepantasnya umat islam murka. Saat sekian lama syariah islam  diabaikan, saat sekian lama hukum-hukum Allah di campakkan dan tidak di terapkan tentu umat juga harus marah. Umat harus marah saat semua itu terjadi sembari berikhtiar agar fikrah tersebut di terapkan dalam sendi-sendi kehidupan sesuai dengan metodenya agar harga diri dan kemuliaan umat Islam tidak mudah di lecehkan berulang kali. [VM]

Posting Komentar untuk "Konsekuensi Keimanan"

close