Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Potret Buram Keluarga dalam Kapitalisme


Oleh : Hana Annisa Afriliani, S.S
(Aktivis Muslimah Hizbut Tahrir Kota Tangerang)

Keluargaku, Surgaku. Nampaknya jargon tersebut tak lagi sepenuhnya berlaku hari ini. Bagaimana tidak? Potret buram keluarga banyak tersaji hari ini, seperti perselingkuhan, perceraian, KDRT, kekerasan terhadap anak, dll. Data yang dilansir Badan Peradilan Agama Mahkamah Agung (MA) menyebutkan, dari 285.184 perkara perceraian, sebanyak 67.891 kasus karena masalah ekonomi. Paling banyak di Jawa Barat sebanyak 33.684 kasus, disusul Jawa Timur, yaitu sebanyak 21.324 kasus. Dan di posisi ke tiga Jawa Tengah dengan 12.019 kasus (detik.com/08-03-2011)

Bahkan di tahun 2013, BKKBN menyatakan tingkat perceraian di Indonesia sudah menempati urutan tertinggi se Asia Pasifik. Luar biasa, sungguh prestasi yang sangat menyedihkan. Keluarga dirundung problematika, dampaknya pun tak main-main: kehancuran generasi dan peradaban.

Mengapa? Karena sejatinya keluarga adalah benteng pertama bagi setiap individu untuk melakukan pembentukan karakter dan kepribadian. Jika ketahanan keluarga rapuh, maka bisa dipastikan ketahanan individu pun akan rapuh. Betapa banyak contoh anak korban broken home yang akhirnya terjerumus dalam pergaulan bebas, mulai dari seks bebas hingga narkoba. Hal tersebut disebabkan karena lemahnya pengawasan orangtua dan minimnya kasih sayang. 

Kapitalisme Biang Keladi Kehancuran Keluarga

Penerapan sistem ekonomi kapitalisme di negeri ini menjadi faktor utama kehancuran keluarga. Sebagaimana konsep sistem ekonomi kapitalisme dalam hal kepemilikan harta, yakni tak ada batasan dalam kepemilikan. Akibatnya kekayaan alam negeri ini diekaploitasi oleh para kapitalis. Akhirnya yang kaya semakin kaya, dan yang miskin berada di ujung tanduk kebinasaan. Penguasaan kekayaan alam oleh segelintir orang saja menyebabkan rakyat tak mendapatkan haknya untuk hidup secara layak. Mereka ditekan dengan beban ekonomi yang kian hari kian berat. Untuk memenuhi kebutuhan pokok rakyat harus memeras tenaga, jika tidak maka bersiaplah untuk tersingkir.

 Mekanisme harga yang ditetapkan oleh sistem ekonomi kapitalisme menyebabkan distribusi barang dan jasa tak merata, tidak menjamin terpenuhinya kebutuhan orang per orang. Karena tentu hanya yang berduit yang memiliki daya beli. Kapitalisme mengukur kesejahteraan berdasarkan laju pertumbuhan ekonomi nasional. Jelas ukuran tersebut tak bisa dijadikan patokan kesejahteraan. Karena meski dikatakan pertumbuhan ekonomi Indonesia saat ini mengalami peningkatan, namun faktanya kemiskinan di tengah-tengah masyarakat kian merajalela.

Dampak kemiskinan yang membelit keluarga-keluarga saat ini adalah para suami banyak yang stress bahkan depresi. Ujung-ujungnya para istri terpaksa ikut bekerja demi memenuhi kebutuhan keluarga. Akhirnya peran utama seorang ibu sebagai madrasah pertama bagi anak-anaknya pun perlahan tergerus, keharmonisan keluarga pun perlahan tereduksi sebagai dampak disfungsi peran ibu dan istri. Ketahanan keluarga pun rapuh, generasi dan peradaban terancam.

Kemiskinan juga membuat kondisi hidup keluarga-keluarga muslim jauh dari syariat Islam. Tak sedikit keluarga muslim yang tinggal di rumah kontrakan sempit tanpa kamar, bagaimana mungkin mereka dapat menjaga waktu-waktu aurat mereka sebagaimana yang Islam ajarkan? Dengan keterbatasan tempat itu pula, anak-anak yang sudah baligh yang seharusnya dipisahkan tempat tidurnya terpaksa tetap bersama kedua orangtuanya. Wajar, jika kemudian memicu terjadinya pelecehan seksual atau bahkan pemerkosaan yang dilakukan oleh anggota keluarga sendiri. Naudzubillahi min dzalik!

Khilafah Menjaga Ketahanan keluarga

Sistem kapitalisme telah terbukti gagal dalam mewujudkan keluarga yang ideal di mata syariat. Sebaliknya kapitalisme justru menyeret keluarga-keluarga muslim menuju jurang kehancuran. Hanya dengan diterapkannya syariat Islam secara kaffah, ketahanan keluarga dapat terwujud. Karena negara yang menerapkan Islam secara kaffah akan mengatur urusan rakyatnya berdasarkan hukum Allah semata, bukan aturan buatan manusia yang pasti kebenarannya. Dengan itulah keberkahan bagi kehidupan manusia akan terwujud seutuhnya. 

Sistem ekonomi Islam yang berbasis akidah, telah memiliki mekanisme khas dalam hal kepemilikan harta. Swasta dan asing haram hukumnya menguasai kekayaan alam yang melimpah ruah, karrna dalam pandangan Islam kekayaan alam yang menyangkut hajat hidup rakyat wajib dikelola oleh negara dan hasilnya diserahkan kepada rakyat. Negara juga akan menjamin kesejahteraan rakyatnya orang per orang, karena dalam pandangan Islam penguasa kelak dimintai pertanggungjawabannya di akhirat atas pengurusan rakyatnya.

Dengan demikian sudah saatnya umat Islam bersatu untuk menegakkan panji-panji Islam di atas muka bumi, memperjuangkan hukumNya, dan menyongsong kemenangan kaum muslimin dalam naungan Khilafah Islamiyah. Allahu Akbar!! [VM]

Posting Komentar untuk "Potret Buram Keluarga dalam Kapitalisme"

close