Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Krisis Rasa Aman, Kami Butuh Perubahan!


Oleh : Retno Esthi Utami  
(MHTI Kab. Kediri)

Akhir tahun 2016 tepatnya 27 Desember 2016, publik dikejutkan dengan berita perampokan sadis yang mengakibatkan meninggalnya 6 dari 11 orang yang disekap didalam kamar mandi kecil, ukuran 1.5 x 1.5 m tanpa ventilasi selama kurang lebih 17 jam di sebuah rumah mewah di Jalan Pulomas Utara, Nomor 7A, Kayu Putih, Pulo Gadung, Jakarta Timur. Enam korban tewas yakni pemilik rumah Dodi Triono (59) serta dua putrinya, Diona Arika Andra Putri (16) dan Dianita Gemma Dzalfayla (9). Kemudian teman Gemma, Amel, serta dua sopir bernama Yanto dan Tasrok.

Polisi berhasil menangkap dua pelaku yakni Ramlan Butarbutar dan Erwin Situmorang di kawasan Bekasi, Jawa Barat pada Rabu 28 Desember 2016. Ramlan tewas dalam penangkapan itu, sementara Erwin mengalami luka tembak di kaki. Malam harinya, satu pelaku lain, yakni Alfins Bernius, Sinaga diringkus di lokasi berbeda. Dalam kasus ini, Alfins berperan sebagai pengemudi. Terakhir, Ridwan Sitorus alias Ius Pane alias Marihot Sitorus akhirnya dibekuk di Medan, Sumatera Utara, pada Minggu, 1 Januari 2017. Empat pelaku perampokan dan pembunuhan sadis Pulomas, merupakan residivis kasus yang sama. Bahkan dalam sepekan, Ramlan Butarbutar Cs telah beraksi di tiga lokasi. Terakhir di rumah Dodi Triono.

Peristiwa yang terjadi akhir tahun lalu di Pulomas mengusik rasa keamanan di publik dengan perampokan serta mengakibatkan terbunuhnya 6 orang dengan cara yang sadis. Orang telah begitu mudah membunuh, merampok, dan berbuat kejahatan. Kehormatan dan nyawa begitu mudah dihilangkan. Kejadian ini terjadi di Jakarta yang sebentar lagi akan menggelar ‘pesta rakyat’ pemilihan gubernur dan wakilnya, bagaimana tanggapan serta solusi dari para calon gubernur kita tersebut.

Dilansir dari IDN Times, berikut adalah beberapa solusi antisipatif agar tindak kriminal tak lagi terulang :
  • Calon gubernur nomor urut 1, Agus Harimurti Yudhoyono mengatakan jika kejadian serupa tidak akan terulang jika pemberdayaan RT/RW dilakukan dengan maksimal, termasuk komunitas lain di tengah masyarakat.
  • Calon Gubernur Petahana yang biasa disapa Ahok ini berjanji untuk memasang CCTV di setiap sudut wilayah ibukota. Bahkan ke depannya, Ahok mengatakan CCTV akan dilengkapi button clue, teknologi yang mampu mendeteksi wajah pelaku kejahatan. Selain itu, Ahok juga mengingatkan warga untuk memiliki nomor darurat 112, layaknya 911 di Amerika.
  • Senada dengan Agus, Anies Baswedan yang berpasangan dengan Sandiaga Uno ini berjanji akan meningkatkan interaksi hingga level RT di seluruh wilayah. Menurutnya, peningkatan interaksi antar warga akan membuat lingkungan semakin aman.

Mencermati dari solusi-solusi yang diajukan oleh para calon pemimpin kita ini, mulai dari pemberdayaan RT/RW, pemasangan CCTV di setiap penjuru daerah ataupun call center 112 (seperti 911 di AS) apakah solusi ini akan bisa untuk mencegah serta mengurangi angka kriminalitas di negeri ini ? Sepertinya kita perlu untuk melihat jauh kedalam serta menyeluruh untuk dapat mencari sumber permasalahan dari tingginya angka kriminalitas di negeri ini sehingga akan didapatkan solusi yang tepat, benar dan sesuai dengan syari’at.

Bila diperhatikan, berbagai kasus kejahatan (pembunuhan) itu disebabkan oleh banyak faktor saling berkaitan yang semuanya bermuara pada penerapan sistem sekuler kapitalistik. Sistem kapitalistik membuat beban hidup (beban ekonomi) rakyat makin besar. Tingkat stress di masyarakat pun makin tinggi yang makin mudah membuat orang gelap mata dan berbuat kejahatan. Sistem sekuler tidak memperhatikan masalah iman dan takwa. Bahkan, sekulerisme yang diterapkan justru makin menipiskan iman dan takwa. Semua itu diperparah, dengan bobroknya sistem hukum pidana dan ringannya sanksi yang tidak bisa mencegah orang berbuat jahat. Selama sistem sekuler kapitalistik dengan hukum buatan manusia itu masih diterapkan, maka angka kejahatan akan tetap tinggi dan makin meningkat. Rasa aman bagi masyarakat pun makin tipis dan hilang. Kehormatan dan nyawa seolah makin murah, makin tidak berharga dan makin mudah dilanggar dan dihilangkan.

Nilai-nilai liberal juga  harus disalahkan atas terjadinya tingginya kriminalitas, kekacauan sosial dan moral yang melanda masyarakat kita. Kebebasan pribadi telah menghasilkan budaya pragmatis, mengakibatkan terjadinya  epidemi alkohol dan penyalahgunaan narkoba. Kebebasan seksual memberikan  hak setiap individu untuk memiliki hubungan intim dengan siapa pun yang mereka sukai. Hal ini telah menyebabkan  meningkatnya hubungan luar nikah, rusaknya kehidupan keluarga serta hilangnya hak-hak anak untuk dibesarkan dalam lingkungan yang penuh kasih dengan keberadaan  ibu dan ayah.

Mencegah dan mengatasi kejahatan hanya bisa dilakukan tuntas dengan sistem Islam yang menerapkan syariah Islam secara total. Dalam Islam, kehidupan masyarakat dibangun berlandaskan akidah Islam, iman dan takwa. Negara wajib membina iman dan takwa warganya. Dalam Islam, negara diwajibkan menjamin lapangan kerja untuk rakyat secara riil. Negara wajib menjamin pemenuhan kebutuhan pokok baik pangan, papan dan sandang tiap individu rakyat. Hal itu bisa direalisasi dengan mekanisme ekonomi dan non ekonomi yang telah diatur dalam syariah Islam. Negara juga wajib menjamin pemenuhan kebutuhan akan pendidikan, pelayanan kesehatan dan keamanan untuk rakyat secara langsung dan bebas biaya.

Sementara dengan penerapan sistem hukum atau ‘uqubat dalam Islam, rasa keadilan bisa diraih. Orang yang membunuh dengan disengaja, dihukum qishash (dihukum bunuh) kecuali dimaafkan oleh ahli waris korban, dan dia harus membayar diyat 100 ekor onta, 40 diantaranya sedang bunting. Sementara untuk selain pembunuhan disengaja, pelaku harus membayar diyat 100 ekor onta atau 1.000 dinar atau sekitar Rp 2 miliar. Sanksi dalam sistem uqubat itu memberikan efek jera sehingga mencegah orang berbuat kejahatan. “Dan dalam qishaash itu ada (jaminan kelangsungan) hidup bagimu, hai orang-orang yang berakal, supaya kamu bertakwa.” (TQS al-Baqarah [2]: 179)

Sehingga dengan penerapan sistem Islam secara total itu, masalah maraknya kriminalitas tidak akan terjadi. Kalaupun terjadi, akan dengan mudah dan segera bisa diselesaikan dengan tuntas. Dengan itu rasa aman akan dirasakan oleh seluruh rakyat. Kehormatan, darah, harta dan nyawa akan benar-benar terlindungi. [VM]

Posting Komentar untuk "Krisis Rasa Aman, Kami Butuh Perubahan!"

close