Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Demokrasi: Eksperimen ‘Gatot Kaca’


Suatu hari teman satu lab saya menyampaikan metode baru dalam proses mensintesis material. Metode ini ternyata telah mampu mempersingkat waktu sintesis material yang sebelumnya butuh waktu berjam-jam menjadi hanya tinggal belasan menit. Luar biasa. Tentu saja Profesor pembimbing menyampaikan ini capaian yang spektakuler dan sangat layak sebagai pengganti metode yang lama. Sekarang ini dalam ranah kehidupan penelitian dan ekperimen bisa dipastikan tiap minggu bahkan tiap hari selalu muncul metode-metode baru dipublikasikan  untuk menyempurnakan metode-metode sebelumnya. Maka tak heran jika kecepatan teknologi sekarang ini puluhan kali lebih cepat jika dibandingkan dengan  era kebangkitan jaman revolusi industri sekitar abad ke-17.

Di dalam bereksperimen ada istilah hipotesa dan trial error. Tetapi muaranya tetap sama yaitu bagaimana agar mendapatkan sesuatu yang lebih baik, lebih bermanfaat, dan lebih efisien dari sebelumnya. Demikian juga kalau kita sadari bahwa dalan kehidupan  bernegara selama ini sebenarnya kita sedang menjalankan ekperimen.  Selama bertahun-tahun sejak jaman kemerdekaan  hingga sekarang. Eksperimen hasil gagasan atau hipotesa para pemikir-pemikir Eropa seperti John Locke, Immanuel Kant, Rousseau. Ya betul nama eksperimen itu adalah Negara dengan sistem demokrasi. Maka hal yang sama juga berlaku dalam eksperimen bentuk Negara ini yaitu trial error. Sehingga kita dapat melihat dalam sejarah politik Indonesia bentuk Negara kita berubah-ubah mengikuti hipotesa para pemimpin bangsa. Dan itu berlaku di seluruh dunia. Jadi tidak ada bentuk Negara yang final selama masih dalam ranah hipotesa manusia. 

Jika dalam bereksperimen ketika suatu hipotesa menemui kegagalan maka sudah pasti kita harus segera merubahnya atau menggantinya dengan metode baru. Namun hal ini sepertinya tidak berlaku dalam ranah eksperimen bernegara kita. Selama ini kita merasakan bahwa dalam kehidupan bernegara dan bermasyarakat yang sudah berjalan-jalan bertahun tahun dengan sistem demokrasi. Dan selama itu pula kita merasakan bukannya tambah sejahtera, tambah makmur atau tambah berkah. Malah sebaliknya. Jadi demokrasi sebenarnya adalah eksperimen gatot kaca, gagal total kebanyakan cakap. Kebanyakan cakap yang seolah-olah mengatasnamakan dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat. Namun faktanya hanya memberikan manfaat bagi segelintir orang. Tentu hal ini menjadi pertanyaan besar bagi kita, apakah memang sudah benar metode ekperimen yang selama kita lakukan dalam menjalankan kehidupan bernegara? Betapa bodohnya kita selama ini jika menjalankan sebuah metode yang tidak menghasilkan apa-apa tetapi tetap saja mempertahankannya.  

Sungguh mengherankan kemudian di saat kita kebingungan di dalam mencari metode baru dalam bermasyarakat dan bernegara agar kehidupan kita lebih baik dan lebih berkah. Muncul organisasi masyarakat yang kita kenal sebagai Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) menawarkan sebuah metode yang telah terbukti dalam sejarah dan diakui oleh dunia tidak hanya berpuluh puluh tahun tapi bahkan beratus ratus tahun telah berhasil memanusiakan manusia, menciptakan peradaban yang luar biasa gemilang penuh dengan prestasi dunia. Tetapi apa yang terjadi sekarang? Penguasa malah berusaha membubarkannya dengan berbagai alasan yang terkesan mengada-ada. Ini sekali lagi bukti bahwa Demokrasi memang benar-benar eksperimen gatot kaca. 

Anti Pancasila? Kita tidak boleh lupa, secara politik, Pancasila oleh tiap rezim di masa lalu memang acap digunakan untuk membungkam lawan-lawan politiknya atau menutup pintu bagi lahirnya gagasan atau ide baru meski ide itu sangat diperlukan untuk perbaikan negeri ini. Dulu, rezim Orde Baru selalu menyatakan bahwa siapa saja yang menentang Pemerintah, termasuk yang memperjuangkan Islam, sebagai menentang Pancasila, dan siapa saja yang sudah dicap menentang Pancasila kala itu absah untuk dihabisi. Kini, Pancasila agaknya juga akan kembali digunakan untuk menghentikan laju dukungan terhadap ide syariah dan Khilafah yang mulai marak di tengah masyarakat. [VM]

Penulis : Oleh Lukman Noerochim, Ph.D - Divisi Kasra di forKei (Forum Kajian Kebijakan Energi Indonesia) 

Posting Komentar untuk "Demokrasi: Eksperimen ‘Gatot Kaca’"

close