Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Umat Tak Gentar, Membela yang Benar


HTI dipersalahkan. HTI (Hizbut Tahrir Indonesia) dituduh tidak melaksanakan peran positif untuk mengambil bagian dalam proses pembangunan. Dituduh bertentangan dengan Pancasila dan UUD 1945. Dituduh menimbulkan benturan di masyarakat yang dapat mengancam keamanan dan ketertiban masyarakat, serta membahayakan keutuhan NKRI. Ujung-ujungnya, HTI hendak dibubarkan. Dasar yang digunakan adalah UU Nomor 17 Tahun 2013 tentang Organisasi Kemasyarakatan (UU Ormas).

Tak mempan menggunakan UU Ormas, pemerintah mengubah strategi. Berbagai fitnah dilancarkan pemerintah agar rencana pembubaran HTI mendapat dukungan umat. Kepala BIN mengatakan bahwa HTI menimbulkan keresahan di masyarakat, sehingga terwujud "Clear & Present Danger" (situasi yang jelas akan suatu hal berbahaya dan bersifat memaksa). Maka untuk mempercepat pembubaran HTI pemerintah akan menerbitkan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (Perppu). Berbagai pakar hukum pidana pun menolak rencana pemerintah. Diantaranya adalah Harkristuti Harkrisnowo. "Perppu kan untuk kepentingan yang mendesak. Makanya apa kegentingan mendesaknya?," katanya (17/5/2017).

Fitnah lain yang dituduhkan pada HTI adalah bahwa HTI memiliki kedekatan hubungan dengan ISIS (Islamic State of Iraq and Syria). "Dampak untuk Indonesia, maka kita hadapi gerakan transnasional yang jelas sangat tidak nasionalis dan tidak NKRI dan Pancasilais, dan saya menyatakan HTI termasuk memiliki hubungan dekat dengan ISIS," ujar Wiranto di Kantor Kemenristek Dikti, Rabu (17/5/2017). Padahal sejak berdirinya ISIS, HTI telah menyatakan penolakannya. “Kami menolak keberadaan ISIS karena telah menimbulkan horor bagi umat Islam. Melalui ideologi Takfiri mereka dengan mudah mengkafirkan sesama Muslim,” kata Ismail kepada CNN Indonesia, Rabu (25/3/2015) malam. Melalui ideologi tersebut, kata Ismail, anggota ISIS berhak memperlakukan orang sekehendak hati mereka termasuk membunuh sekalipun. Bahkan, salah satu anggota HTI sendiri yang menetap di Suriah ada yang menjadi korban kesadisan ISIS, katanya.

Umat Bersama HTI

Sehari setelah pengumuman rencana pembubaran HTI, hashtag #kamibersamahti marak di dunia maya dan bahkan menjadi trending topic. Berbagai polling pun menunjukkan hasil penolakan netizen terhadap rencana pembubaran HTI. Situs viva.co.id misalnya, melalui akun twitternya @vivacoid 60% netizen tidak sepakat dengan pembubaran HTI, situs beritasatu.com melakukan polling di akun twitter @beritasatu 54% netizen menyatakan tidak setuju, bahkan pada situs The Jakarta Globe yang tidak sepakat mencapai 68%. Ini semuanya menunjukkan bahwa netizen yang notabene umat Islam menolak rencana pemerintah dan membela HTI.

Di dunia nyata, dukungan terhadap HTI mengalir dari seluruh penjuru nusantara dan dari beranekaragam latarbelakang. Mulai dari kyai, ulama, mubalighah, profesor, guru besar, dosen, peneliti, dokter, kepala sekolah, guru, pengusaha, aktivis mahasiswa, siswa SMA, hingga kalangan akar rumput semua serentak membela HTI. Berbagai forum pun diadakan untuk menunjukkan dukungan terhadap HTI. Mulai dari mudzakarah ulama hingga aksi bela ormas Islam. Pernyataan tokoh yang mendukung HTI pun berseliweran tiada henti di dunia maya. 

Menariknya, ada beberapa pihak yang mendukung HTI meski secara pemikiran belum sepakat dengan ide khilafah yang didakwahkan HTI. Seperti pendapat Tarli Nugroho (Staf Khusus Wakil Ketua DPR RI) mengenai Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) dalam tulisannya yang berjudul “Liberalisme untuk Siapa?”. Tarli Nugroho menulis :”Persis di situ, menurut saya, HTI jauh lebih serius terlibat dalam urusan-urusan publik, daripada mereka yang selalu berlindung di balik ketiak nama-nama mentereng seperti Hayek, atau von Mises, yang ketika menyaksikan sejumlah kaum mustad’afin sedang ditindas, mereka malah petentengan mengajak berdebat soal “siapa sebenarnya yang sah mewakili orang miskin?”

Semua hal di atas menunjukkan bahwa umat makin paham siapa yang benar dan siapa yang salah. HTI telah lebih dari 20 tahun berdakwah di Indonesia. Masyarakat telah merasakan dakwah HTI, telah mendengar ide-ide HTI, telah berdiskusi dengan aktivis HTI, telah membaca media HTI. Tidak ada satupun dari ide HTI tersebut yang mengancam seperti dituduhkan oleh pemerintah. Bahkan banyak pihak merasakan kebaikan dakwah HTI meski khilafah yang diperjuangkan belum terwujud. Seperti para guru yang senang muridnya dibina HTI sehingga para siswa ini menjadi anak salih, terhindar dari pengaruh narkoba, tawuran dan  pergaulan bebas. Juga para pengusaha yang dibina HTI yang bersyukur karena jadi memahami tentang haramnya riba dan justru mempraktekkan akad bisnis yang Islami. Yang terbaru, 1000 advokat dipimpin oleh Yusril Ihza Mahendra menyatakan siap membela HTI di jalur hukum. Alhamdulillah, umat tak gentar membela yang benar.

Ide Khilafah Makin Diperbincangkan

Rencana pembubaran HTI oleh pemerintah bisa jadi merupakan pukulan keras kepada HTI. Namun dengan pertolongan Allah swt, rencana ini justru membuat opini tentang HTI santer diperbincangkan. Termasuk ide khilafah yang menjadi tujuan perjuangan HTI. Banyak pihak yang selama ini diam, akhirnya buka suara tentang khilafah. Buku-buku fikih Islam kembali dibuka dan dipelajari, bahwa ternyata di dalamnya terdapat pembahasan tentang khilafah. Yaitu dalam fikih pemerintahan. Seperti dalam buku Fiqh Islam tulisan Soelaiman Rasjid bin Lasa yang tenar di Indonesia. Khilafah bahkan menjadi materi ajar siswa Madrasah Aliyah kelas 12. Para lulusan Madrasah Aliyah pun ramai-ramai mem-posting bukunya yang membahas khilafah. 

Tak hanya muslim yang membicarakan khilafah, non muslim pun tak mau ketinggalan. Bahkan ada beberapa non muslim yang menginginkan khilafah. Berdasar survei Lingkaran Survei Indonesia (LSI), ada sebagian kecil umat kristiani yang menginginkan negara islam berdiri di Indonesia. Angkanya sebesar 2,9 persen. “Meskipun kecil, tetap saja temuan ini menarik. Ada non muslim yang ingin negara islam,” kata peneliti LSI Ardian Sopa saat merilis survei di Jakarta, Jumat (19/5). Jikan non-muslim saja meninginkan khilafah, maka muslim tentu lebih menginginkan khilafah. InsyaAllah dengan dukungan umat, fajar khilafah akan segera menyingsing. [VM]

Pengirim : Ragil Rahayu Wilujeng, SE

Posting Komentar untuk "Umat Tak Gentar, Membela yang Benar"

close