Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Aiman dan Kompas TV Kok Mendadak Khilafah?


HTI (Hizbut Tahrir Indonesia) kian menawan hati. Hati-hati menjaga HTI. Itulah sikap dan ungkapan untuk bersikap fair dan adil. Pada era 2000-an, diskusi di media  televisi cenderung menyudutkan HTI dan Khilafah. Semisal mengangkat tema Khilafah vs Demokrasi. Tampak Jubir HTI, Ismail Yusanto, dikeroyok dua lawan diskusi dan peserta dari mahasiswa kampus. Hampir-hampir saja ide khilafah tenggelam dan dikatakan utopis.

Waktu terus berputar, HTI tidak gentar dalam menawarkan ide dan solusi Islamnya: syariah dan khilafah. Lambat laun, masyarakat Indonesia memahami betul tujuan HTI. Gagasannya cerdas dan diemban orang-orang berkualitas dengan intelektualitas. Begitu pun, pendukunganya dari beragam kelas. HTI betul-betul menembus batas. Cerdas.

Mendadak bulan Mei 2017, media dan rakyat ramai membicarakan HTI. Pernyataan Menkopolhukam berhasil menarik perhatian. Rakyat yang awalnya tidak tahu HTI, kini mencari-cari HTI bahkan ingin tahu lebih dalam HTI dan Khilafah. Mendadak HTI dan Khilafah menjadi trend baru Indonesia. Hal yang menarik dilakukan Kompas TV melalui program AIMAN. Model jurnalis investigatif dipakai untuk mengulik lebih dalam HTI. Tajuknya “Mendadak Khilafah” yang tayang pada Senin, 12 Juni 2017.

Sayangnya, media massa baik cetak, televisi, maupun online terlambat menampilkan citra HTI sebenarnya. Justru pasca pernyataan Menkopolhukam, HTI dihajar habis dengan sebutan sinis dan propagandis. Seolah-olah HTI ‘haram’ dan ‘terlarang’. Padahal isu tersebut baru rencana, belum putusan final. Media sudah menggoreng habis-habisan dan rakyat pun termakan isu. Akibatnya ada shock culture ketika mengetahui HTI dan aktifisnya. Sampai-sampai alat negara siaga 1.

Tampaknya, Aiman dan Kompas TV ingin menampilkan cover both inside dalam menjalankan kerjanya. Mereka ingin melihat lebih dalam HTI hingga bertemu dengan Jubir dan berkunjung ke sudut ruangannya. Rakyat Indonesia pun dibuat kepo dengan program Aiman, sehingga pasca tarawih berjuta pasang mata menyaksikan seksama Aiman bersama Jubir HTI. 

Rakyat sebenarnya sudah paham, Kompas TV berada di pihak mana dalam sikapnya pada HTI, namun kali ini mereka mencoba ‘sedikit adil’ agar rakyat tidak sakit hati. Ya, hitung-hitung memberikan sedikit penawar. Kondisi media saat ini sangat wajar mengikuti selera pemodal. Konglomerasi media sudah menjadi suguhan harian. Siapa menguasai media, dia lah yang berhak mengarahkan cerita dan drama kehidupan. Begitu pun mengarahkan khlayak ramai dalam sikap like and dislike.

Hal yang tidak disukai dari suatu penyiaran yaitu framing. Hal ini dikarenakan produser acara ingin menampilkan citra HTI. Bisa jadi HTI diframing menyamakan dengan kelompok lain yang tidak sejalan. Bisa pula pemirsa dikotak pemikirannya sehingga terhipnotis untuk meyakini setiap pertanyaan yang diajukan. Tak sedikit pertanyaan kadang menjebak karena memang model investigasi. Persepsi dalam framing inilah ada plus dan minusnya bagi yang diliput.

Mendadak Khilafah merupakan fenomena kagetan. Padahal Khilafah ajaran Islam yang sudah terdokumentasikan dalam beragam kitab ulama’ dan merupakan model negara dalam khazanah peradaban Islam. Oleh karena itu, seharusnya media tidak lagi melakukan monsterisasi khilafah dan ajaran Islam. Jika stigma negatif itu terus diopinikan sama halnya merupakan ujaran kebencian dengan mengajak banyak orang. Jangan salahkan jika rakyat akan bergerak dengan beragam cara untuk membungkam ketidakadilan. Mampukah Kompas TV menjadi kompas perubahan dan merevolusi pemikiran menuju ke arah Islam? Tunggu apalagi biar semua tidak mendadak. [VM]

Penulis : Hanif Kristianto (Analis Politik dan Media)

Posting Komentar untuk "Aiman dan Kompas TV Kok Mendadak Khilafah?"

close