Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Dakwah Never Die


Idul Fitri 1438 H kali ini, bagi kita para pengemban dakwah terasa begitu “Istimewa”. Nuansa Ukhuwah Islamiyah antar para aktivis dan pengemban dakwah selama bulan Ramadhan 1438 H begitu kental, diberbagai acara kajian Islam, kajian buka bersama, mimbar-mimbar masjid, bahkan diskusi-diskusi lewat media sosial begitu hangat. Nuansa saat ini tidak lepas dari bersatunya umat Islam pasca berbagai aksi bela Islam terutama pasca 411 dan 212.

Namun sayangnya, dibalik bersatunya umat Islam dalam bingkai Ukhuwah Islamiyah, Ramadhan tahun ini masih diliputi dengan sejumlah persoalan yang membelit Islam dan umatnya.

Di dalam negeri, kita menyaksikan berbagai upaya makar untuk mendiskreditkan Islam dan umatnya begitu masif terutama lewat media sosial. Lihatlah pasca kasus penistaan al-Qur’an oleh Ahok, kasus ini diikuti oleh sejumlah kasus penghinaan terhadap Islam dan Rasulullah SAW dengan beragam bentuknya. Bahkan, mereka juga berupaya mengkriminalisasi para Ulama terutama penggerak Aksi Bela Islam.

Kita semakin prihatin dan bersedih, kriminalisasi bukan hanya pada tokoh dan ulama Islam tetapi juga menyasar pada ormas-ormas Islam, rencana pemerintah untuk membubarkan ormas Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) membuktikan bahwa ada upaya yang sistematis untuk mendiskreditkan Islam, ormas Islam dan Umatnya. Mereka menuduh secara sepihak sebagai anti Pancasila dan anti kebhinekaan hanya karena HTI gencar mendakwahkan keharaman pemimpin kafir atas umat Islam. HTI pun dituding mengancam NKRI hanya karena gencar menyerukan pentingnya penguasa dan umat ini menerapkan Syariah Islam secara kaffah dalam institusi Khilafah sebagai bagian dari ajaran Islam.

Dakwah Jalan Kemuliaan

Mereka berkehendak memadamkan cahaya (agama) Allah dengan mulut (ucapan- ucapan) mereka, dan Allah tidak menghendaki selain menyempurnakan cahayaNya, walaupun orang-orang yang kafir tidak menyukai.

Dialah yang telah mengutus RasulNya (dengan membawa) petunjuk (Al-Quran) dan agama yang benar untuk dimenangkanNya atas segala agama, walaupun orang-orang musyrikin tidak menyukai.

Wahai kaum Muslimin, ketahuilah oleh kalian, Islam akan selalu berdiri kokoh bersama-sama orang-orang kuat dalam menanggung berbagai macam penderitaan, bukan bersama orang-orang murahan, rendahan, yang terbiasa hidup mewah dan foya-foya. Sungguh, Islam tidak akan mungkin kuat dengan orang-orang seperti itu. Islam yang agung ini akan selalu tegak dan berdiri kokoh bersama orang-orang yang juga agung, yang mampu memangku amanah besar. Amanah besar ini tidak mampu dipikul oleh langit dan bumi, tetapi mampu diemban oleh orang-orang yang besar.

Bagaimana Islam dapat tegak dan kembali berjaya seperti dulu tanpa tekad baja seperti tekad Abu Bakar ash-Shiddiq ra. Pada saat penumpasan orang-orang murtad? Saat itu, kendati berusia lanjut dan mudah menangis, Abu Bakar ra. Berkata dengan tekad kuat, “Demi Allah, aku pasti akan memerangi orang-orang yang memisahkan shalat dengan zakat, karena zakat itu hak harta. Demi Allah, andai mereka menolak membayar zakat unta dan kambing yang dulu mereka bayarkan kepada Rasulullah saw, aku pasti memerangi mereka karena penolakan tersebut.” (Diriwayatkan al-Bukhari dan Ahmad).

Abu Bakar ra. Juga pernah berkata, “Demi Allah yang tiada Tuhan yang berhak disembah kecuali Dia, andai kambing menyeret kaki istri-istri Rasulullah saw. Aku tidak akan membatalkan pengiriman pasukan yang ditetapkan Rasulullah saw. Dan tidak akan melepas panji perang yang Beliau pasang.” (diriwayatkan al-Baihaqi)

Bagaimana Islam dapat tegak dan kembali berjaya tanpa tekad  seperti seperti tekad Mush’ab bin Umair ra. Tekad kuatnya mampu mendorong dirinya untuk mengabaikan masa remaja dan kehidupan yang serba enak. Ia kemudian rela menjalani kehidupan yang keras, miskin dan penuh derita. Tekad kuatnya menjadi faktor penting bagi masuk Islamnya sebagian besar penduduk Madinah. Jika kita membaca kisahnya, akan tampak bahwa ia betul-betul merupakan orang yang bertekad kuat hingga akhir hayatnya! Ketika ia memegang panji perang saat bertempur, tangan kanannya terpotong. Lalu ia memegang panji perang itu dengan tangan kirinya. Tangan kirinya juga terpotong tidak lama setelah itu. Lalu ia memegang panji perang itu dengan kedua lengannya. Di Dalam kondisi seperti itu, Mush’ab Bin Umair diserang Ibnu Qumi’ah (semoga Allah melaknatnya), dengan pedang hingga ia gugur sebagai syahid. Tekad kuat tetap kita lihat pada Mush’ab bin Umair, yang tadinya hidup enak dan mewah, hanya mempunyai satu baju untuk kafannya ketika meninggal dunia. Jika kaum Muslim menutup kepalanya, kedua kakinya terlihat. Jika mereka menutup kedua kakinya, kepalanya terlihat. Lalu Rasulullah saw. Menyuruh mereka menutup kepala Mush’ab bin Umair dengan bajunya dan menutup kedua kakinya dengan pohon Idzkhir (Ibn Saad, Thabaqat li Ibn as-Sa’ad, III/82).

Bagaimana Islam dapat tegak dan kembali Berjaya seperti dulu tanpa tekad seperti tekad Shalahuddin al-Ayubi? Tekadnya mampu menghancurleburkan pasukan Salib di Hittin dan mengembalikan umat Islam pada aqidah yang benar. Sebelum itu, mereka tenggelam dalam lautan bid’ah Syiah dan kesesatan aliran kebatinan.

Betapa kita sangat membutuhkan tekad seperti tekad Shalahudin al-Ayyubi. Tekad besarnya mampu mendorong sultan yang agung ini untuk meninggalkan kehidupan mewah dan glamour ala para raja serta lebih senang hidup di kemah yang sering diombang ambingkan angin di padang pasir. Ia menghabiskan usianya di tengah panasnya padang pasir dan udara dingin musim dingin bersama para mujahid.

Bagaimana Islam bisa tegak dan kembali Berjaya seperti dulu tanpa tekad seperti tekad Umar bin Abdul Aziz. Dengan tekad kuatnya, Allah SWT menjadikan beliau mampu memperbaiki umat hanya dalam tempo 2 setengah tahun hingga dikatakan, “Pada masanya serigala hidup rukun dengan kambing.” Hal ini tidak aneh dan mustahil, kecuali bagi orang-orang yang minim ilmunya tentang Allah SWT dan sunnatullah terhadap pada wali-nya. 

Keteguhan dan ketegaran para pengemban dakwah, mengingatkan kita pada perjalanan dakwah Rasulullah saw dan para sahabatnya.Tidakkah kita mendengar apa yang telah terjadi pada Rasulullah saw dalam perang Uhud ? Saat itu wajah Beliau terluka dan gigi antara gigi seri dan gigi taring Beliau rontok (HR al-Bukhari, Muslim, at-Tirmidzi, Ibn Majah dari penuturan Anas bin Malik). Bahkan beliau hidup dalam cobaan demi cobaan bertubi-tubi. Sungguh benar Ibnu al Jauzi saat berkata, “Bukankah Rasulullah saw. Layak berkata, “Siapa yang melindungiku ? Siapa yang menolongku? Beliau perlu masuk ke Makkah dalam perlindungan orang kafir dan meletakkan senjata. Para Sahabat Beliau dibunuh. Para Sahabat yang baru masuk Islam dirayu oleh pihak lain sedemikian rupa agar keluar dari Islam. Lalu Beliau sendiri mengalami kelaparan. Namun, Beliau tetap tegar dan tidak tergoyahkan. Beliau sering diuji dengan kelaparan hingga Beliau mengikatkan batu diperut-perut Beliau, padahal kekayaan di langit dan di bumi milik Allah. Para Sahabat Beliau dibunuh. Wajah Beliau terluka. Gigi antara gigi seri dan gigi taring Beliau tercabut. Paman Beliau dari jalur ayah dicincang. Namun, Beliau diam dan tidak bereaksi apa-apa. Beliau menerapkan konsep kejujuran dan kebenaran, tetapi malah dituduh sebagai penyihir dan pendusta. Beliau sakit seperti sakitnya dua orang tetapi Beliau tetap tenang dan tidak terguncang. Ketika Beliau memberitahukan kondisi Beliau, Beliau mengajarkan kesabaran. Beliau merasakan sakit luar biasa saat nyawa Beliau tercabut. Saat itu Beliau terbaring di atas kain usang dan sarung kasar, tanpa penerang lampu.” (Ibn al-Jauzi, Shayd al-Khathir, 257-261). 1)

Tekad yang tinggi akan benar-benar mendidih di dalam kalbu para pemiliknya laksana air mendidih di dalam periuk. Tekad itu mampu memotivasi mereka untuk melakukan kerja-kerja besar setiap pagi dan petang hingga ia berkata seperti di katakana Imam Syafii rahimahullah, “Istirahatnya seorang (aktivis) itu adalah satu bentuk kelalaian.” 

Betapa urgennya para aktivis Islam memiliki tekad kuat seperti itu. Tekad seperti inilah yang mampu mengubah sesuatu yang mustahil menjadi nyata dan menjadikannya terus maju ke depan, kendati banyak kendala dan rintangan. “ Ya Allah, aku sungguh-sungguh memohon kepadamu ketegaran dalam urusan agama ini dan tekad kuat berada di atas petunjuk.”  Wallâh a’lam bi ash-shawâb.

Catatan Kaki :
1) Dr.Najih Ibrahim, Al-Azhar Press, Pesan-pesan menggugah untuk pengemban dakwah

Penulis : Rahmat Abu Zaki (Pengasuh Kajian Islam Al-Fikr)

Posting Komentar untuk "Dakwah Never Die"

close