Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Tiga Isu Utama, Poros Peta Politik Pilpres 2019


Sulit untuk tidak mengatakan bahwa sebagian kebijakan publik produk pemerintahan Jokowi saat ini merupakan implementasi janji-janji kampanyenya. Selebihnya adalah bagian dari kampanye menuju Pilpres 2019. Meski secara formal jadwal kampanye paslon capres cawapres masih jauh pada tanggal 13 Oktober 2018 sd 13 April 2019. Sebagaimana termuat di dalam situs resmi KPU. Langkah seperti itu adalah sebuah keniscayaan yang berjalan dalam sistem politik Demokrasi. Selain secara alamiah merupakan karakter kecenderungan kekuasaan oleh sebuah rezim.

Bisa saja pemerintahan sekarang berdalih telah mewarisi akumulasi persoalan rezim sebelumnya. Tetapi pilihan mengambil tanggung jawab memimpin negeri dengan mayoritas muslim terbesar saat ini disadari sepenuhnya. Sehingga tidak elok menyalahkan yang terdahulu sebagai alamat kesalahan dan kelemahan saat ini. Good will dan political willnya ada dalam genggaman tanggung jawabnya.

Tugas berat RI 1 yang menjadi tanggung jawab terbesar saat ini adalah bagaimana mengelola isu-isu Islam, mega korupsi, dan neo liberalisasi neo imperialisasi. Komunikasi politik terhadap isu-isu tersebut suka atau tidak suka menjadi pilihan yang harus bisa dijawab dan diyakinkan kepada publik. Pertemuan GNPF MUI - Jokowi dengan segala kontroversinya menunjukkan bahwa isu-isu islam dengan latar aksi bela islam tidak bisa dipandang dengan mata sebelah. Apalagi mengabaikannya dengan cara-cara yang represif seperti kriminalisasi ulama, tokoh, aktivis dan ormas islam justru akan menciptakan tingkat resistensi yang tinggi baik dari kalangan islam politik maupun kalangan nasionalis yang berseberangan dengan rezim. Meski moderatisasi dan tradisionalisasi islam diarustamakan dengan membangun stigmatisasi islam radikal, anti Pancasila, anti kebhinekaan, anti toleransi dan anti NKRI. Jika tidak dibarengi dengan kejelasan pengelolaan atas isu mega korupsi dan neo liberalisasi neo imperialisasi maka bisa dipastikan sangat berat untuk memperoleh dukungan simpati publik.

Tingginya kepekaan politik publik terhadap tiga isu politik utama banyak disebabkan oleh transformasi tekhnologi informasi yang sedemikian cepat dan deras. Di kalangan menengah intelektual ditandai dengan munculnya generasi baru yang sedemikian familiar dengan IT. Mereka disebut dengan Digital Native. Dan dalam perjalanan sejarah perubahan masyarakat, kalangan inilah yang menjadi motor penggerak perubahan. Sedang dari sisi sosio kultur, dengan kecepatan tekhnologi informasi bisa membentuk masyarakat berkultur flat dan egaliter. Hal ini tentu menjadi ancaman bagi masyarakat tradisional yang patrimonial. Dari sisi rekayasa politik, manuver politik dalam bentuk penyadaran politik yang mengandalkan budaya patrimonial tidak akan efektif dan optimal lagi. Seiring dengan daya kritis dan kepekaan politik masyarakat yang semakin terdidik. Dengan demikian media-media tradisional yang mengandalkan kemampuan figuritas tidak cukup. Melainkan juga harus dibarengi dengan konten edukasi yang logis dan rasional. Dengan kata lain publik tidak lagi gampang disesatkan atau dibohongi. Saluran akses informasi yang sedemikian terbuka akan memudahkan menguji kebenaran sebuah informasi.

Dalam konteks peta politik menuju Pilpres 2019, seluruh kontestan politik baik untuk Pileg, Pilkada 2018 maupun Pilpres 2019 akan sangat ditentukan oleh sejauhmana keberpihakannya terhadap tiga isu utama tersebut. Opini tolak pemimpin kafir yang menjadi trigger kegagalan Ahok pada pilkada DKI suka atau tidak suka akan menjadi pemandu referensi momentum politik ke depan. Bahkan pilihan sistem politik sebagai rujukan komprehensif untuk memecahkan setidaknya tiga isu utama tersebut juga akan mewarnai konten kampanye politik. Masyarakat sudah sedemikian jenuh dan bosan dengan ragam kebijakan yang merugikan. Inilah yang menjelaskan kuatnya dorongan politik kembali kepada UUD 1945 yang asli karena dianggap sebagai referensi sistemik yang tepat. Termasuk menimbang sistem politik khilafah sebagai perdebatan diskursus kenegaraan di tengah kriminalisasi terhadapnya.

Munculnya nama-nama capres menjelang 2019 seperti Prabowo, Gatot Nurmantyo, Yusril Ihza Mahendra dan lain-lain. Termasuk Jokowi yang nampak sangat all out mempersiapkannya akan mempertaruhkan semuanya. Kita akan melihat siapa diantaranya yang jeli melihat keberpihakan terhadap tiga isu utama tersebut. Dan lolos menjadi pemenangnya. [VM]

Penulis : Landung Prakoso (Pemerhati Sosial Politik)

Posting Komentar untuk "Tiga Isu Utama, Poros Peta Politik Pilpres 2019"

close