Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Rohingnya dan Spirit Haji yang Terlupakan


Seperti sudah kita  ketahui bersama, ibadah haji setiap tahunnya menyedot umat Islam dari berbagai penjuru dunia ke tanah suci. Jumlah umat islam yg berangkat ke tanah suci pun sudah tak terhitung jumlahnya. Wajar, karena memang haji merupakan salah satu pilar dalam rukun Islam. Selain itu, pahala  Ibadah haji, jika mabrur, pun yang sungguh menggiurkan yakni tidak lain adalah surga. Banyak sekali rangkaian ritual haji yang jika kita renungkan mengandung makna yang tidak hanya mendalam namun sangat relevan dengan  fakta saat ini. Salah satunya adalah pembantaian Muslim Rohingnya di Myanmar.

Pembersihan Etnis dan Nafsu Kapitalis

Pembantaian Muslim di Myanmar ini bukan hanya masalah agama dimana muslim dibantai junta militer myanmar dan didukung sepenuhnya oleh biksu-biksu Myanmar. Namun juga masalah Ideologi dimana negara- negara kapitalis sudah mengetahui betapa kawasan rakhine tempat muslim Rohingnya tinggal sangat kaya akan minyak dan LNG. Bagaimana tidak, wilayah Rakhine dan Sanghan menyimpan, merujuk laporan Departemen Perdagangan dan Investasi Inggris (UKTI), kandungan minyak senilai 3,2 juta barel dan cadangan LNG yang sangat besar – yang diketahui juga oleh KORPORASI Dunia dibidang Energi (Inggris, Amerika, UE, China, Korea Selatan dan sejumlah perusahaan energi Negara Teluk). 

Pipa besar dan panjang yang akan mengalirkan minyak dan LNG ke China dibawah BUMN energi China (CNPC). Pembangunan “deep sea port” di Kyaupyu, di pelabuhan Rakhine wilayah Rohingya memberi akses ke Lautan Hindia, senilai, 7.3 milyar dolar – serupa dengan Deep Sea Port yang akan dibangun di Meikarta. Termasuk pembangunan “wilayah Industri” – mengikuti proyek Global China – “One Belt, One Road”. Total proyek ini senilai 1 T dolar bagi pembangunan Myanmar (TNYT).

Oleh karena itu, demi mengamankan investasi, Penduduk disana harus diusir, karena akan digunakan sebagai jalur pipa minyak, industri energi dan “Deep Sea Port” akses ke Lautan Hindia.

Walhasil, jelaslah Pembantaian Muslim di Myanmar sudah "by design" yang artinya sudah direncanakan untuk menyegerakan pengambilan sumber daya alam ini.  Bahkan dalam suatu dokumen yang bocor tahun 2015 yakni dalam Intenational State Crime Iniitiative (ISCI) di Queen Mary University di london, dinyatakan Rohingnya terancam memasuki Genosida Fase Final. 

Jelaslah pula, bahwa sebenarnya muslim Rohingnya bukan hanya berhadapan dengan militer Myanmar.  Hakikatnya mereka berhadapan dengan negara-negara yang memiliki kepentingan untuk merauk lahan potensial itu. Salah satunya China yang mendukung kebrutalan ini. "China dan Myanmar juga menemukan penyebab umum dalam garis keras (radikal) mereka terhadap umat Islam" (The New York Times).

Selain itu, setiap laporan PBB di Dewan Keamanan untuk menyelidiki pembantaian penduduk Rohingya di Myanmar, akan ditolak oleh China. Negara-negara Baratpun diam karena ada kepentingan  Korporasi mereka di wilayah konflik dan sumber hidrokarbon, oil, LNG, jalur pipa minyak dan pelabuhan.

Realisasi Spirit Persatuan

Pada ritual ibadah haji kita diajarkan indahnya persatuan karena iman. Walaupun berbeda bangsa, umat Islam berkumpul di tanah suci bersamaan. Perbedaan Bahasa dan warna kulit tak menghalangi meresapi kuatnya persatuan Islam. Lintas batas geografis, samudera bahkan benua tidak jadi halangan untuk menjalankan ketundukan.

Tapi sayang sungguh sayang, spirit persatuan ini  tidak semua jamaah haji bawa ketika kembali pulang ke tanah air.

Masalah rohingnya dianggap masalah masing-masing negara yang memiliki kedaulatan yang dalam hal ini adalah pemerintah Myanmar. Padahal hal yang mustahil berharap kepada pemerintah Myanmar karena merekalah pelakunya yang didukung oleh negara- negara kapitalis lain.

Wahai umat Islam, masihkah kita masih berharap kepada PBB yang diam bahkan merestui pembantaian ini?

Adalah hal yang mustahil berharap kepada negara-negara yang terlibat dalam genosida ini. Masihkah kita diam dan tidak memikirkan muslim Rohingnya yang tiap detiknya sangat berharga untuk mereka?

Tidakkah kita ingat sabda Rasul bersabda hancurnya ka'bah masih ringan dengan terbunuhnya orang beriman?

Dan yang terpenting, tidakkah kita takut pada pengadilan Allah di akhirat kelak ketika ditanya mengapa kita hanya menyaksikan saudara muslim dibantai dengan kejam?

Wahai tentara-tentara muslim, takutlah murka Allah atas sikap diam kalian yang tidak bersegera selamatkan Rohingnya.

Wahai umat Islam, sudah menjadi hal yang mendesak bagi kita untuk bersatu dalam satu komando kepemimpinan negara dengan menyatukan negri-negri Muslim menjadi negara kuat yang bisa melindungi umat.

Hanya dengan itulah persatuan umat Islam itu akan terwujud nyata. Hanya dengan itulah kata "ukhuwah" bukan hanya dilisan semata tapi terwujud dalam perbuatan dengan cara memberi perlindungan kepada umat. Hanya dengan itulah Rohingnya,  Palestina, Irak, Afganistan dan negri muslim lainnya bisa diselamatkan. [VM]

Penulis : Enok Rumhayati  (Pemerhati Remaja)

Posting Komentar untuk "Rohingnya dan Spirit Haji yang Terlupakan"

close