Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Bercadar di IAIN Bukittinggi, Dosen Ini Dinonaktifkan


VisiMuslim, Bukittinggi - Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Bukittinggi memutuskan untuk menonaktifkan dosen bernama Dr. Hayati Syafri, S.S,M.Pd. Keputusan itu diambil oleh pihak kampus setelah dosen perempuan ini memakai cadar.

Saat dikonfirmasi oleh Kiblat.net pada Selasa (13/03/2018), Hayati mengaku telah dinonaktifkan sebagai pengajar sejak awal Februari 2018. Pasalnya, pihak kampus menilai, cadar yang ia kenakan telah melanggar kode etik berpakaian.

“Saya memakai cadar sejak tahun kemarin. Jadi, selama satu semester saya sudah pernah mengajar dengan memakai cadar. Karena hampir di awal-awal semester kemarin (genap 2017), saya memutuskan untuk menggunakan cadar,” ungkapnya.

Ia mengatakan, sejak awal menggunakan cadar Hayati sempat dipanggil dan disidang oleh dewan kehormatan. Bahkan, sebelum keputusan itu disampaikan, ia beberapa kali mendapatkan desakan agar melepaskan cadar. Namun, penghentiannya sebagai pengajar tidak langsung disertai dengan surat keterangan resmi.

Menurut Hayati, pihak kampus memiliki cara pandang berbeda dalam masalah cadar. Dalam kode etik berbusana, IAIN Bukittinggi mensyaratkan agar seluruh penghuni kampus yang Muslim harus berpakaian rapi, formal dan sesuai dengan syariat Islam. Sayangnya, cadar tidak dikatagorikan sebagai pakaian yang formal.

Meski demikian, Hayati menegaskan bahwa dirinya mampu untuk meyakinkan semua pihak bahwa tak ada masalah dalam menggunakan cadar. “Saya bisa yakinkan bahwa bercadar itu termasuk rapi, formal dan pastinya sesuai dengan syariat Islam,” tegasnya.

Perlu diketahui, Hayati Safri merupakan salah-satu dosen di Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, IAIN Bukittinggi. Ia mengajar di IAIN sejak tahun 2007, resmi mendapatkan SK dan berstatus PNS sejak tahun 2009.

Di awal semester genap 2017 Hayati memutuskan untuk menggunakan cadar. Kendati penampilan berubah, ia mengaku mahasiswanya tidak terganggu dan proses kegiatan belajar dan mengajar tetap berlangsung aman.

“Setelah memakai cadar, saya tanyakan kepada mahasiswa,’Umi memakai cadar, mengerti gak dengan cara umi mengajar? Terganggu gak dengan cadar umi?’ Dari mahasiswa yang saya ajar, menjawab tidak terganggu dan tidak masalah. Itu membuktikan, dengan wajah tertutup tidak menganggu proses pembelajaran. Karena juga banyak ulama-ulama yang terlahirkan dari guru-guru mereka yang bercadar,” ujarnya.

Meski telah dinonaktifkan, Hayati tetap mencintai IAIN Bukittinggi. Beliau sangat berharap agar cadar diizinkan dan memohon maaf atas ketidaknyamanan atas pemakaian cadar ini. Baginya, kampus yang terletak di kota wisata itu cukup berjasa mendidik dan membesarkan namanya dalam dunia pendidikan.

Kiblat juga telah berusaha mengontak pihak rektorat dan dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, IAIN Bukittinggi. Namun sambungan telepon dan pesan singkat tak direspon yang bersangkutan. [vm]

Sumber : Kiblat

Posting Komentar untuk "Bercadar di IAIN Bukittinggi, Dosen Ini Dinonaktifkan"

close