Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Imajiner Gender


Menggugat gender tampaknya kian nyaring terdengar. Pengkotakan gender laki-laki versus perempuan ditengarai sebagai akar masalah. Akhirnya ada kampanye kesetaraan gender untuk penyamaan hak antara perempuan dan laki-laki. Seolah perempuan tak boleh kalah dengan laki-laki. Benarkah perempuan harus seperti itu? 

Kita sebagai seorang muslim yang percaya bahwa Allah menciptakan manusia dengan jenis laki-laki dan perempuan ada hikmah. Allah sebagai Rabb kita yang tidak hanya menciptakan, tapi juga mengatur kehidupan kita. Karena hanya Dialah yang berhak mengatur kehidupan kita. Islam sebagai syariat yang dibawa oleh Rasulullah diperuntukkan bagi manusia di dunia agar manusia mendapat rahmatNya sesuai surat Al Anbiya [21]: 107.

“Dan tidaklah Kami utus engkau (Muhammad) melainkan sebagai rahmat bagi seluruh alam.”

Artinya Islam akan mendatangkan kebaikan. Dimana ada syariat islam distu pasti ada kebaikan. 

Perempuan sebagai hamba Allah dia memiliki kedudukan yang sama dengan laki-laki. Yang membedakan diantara keduanya hanyalah keimanannya. Islam memiliki seperangkat aturan bagi kaum laki-laki maupun kaum perempuan. Kedua memiliki peran masing-masing dalam mengarungi samudra kehidupan. 

Mereka dalam keluarga saling bekerjasama dalam membangun keluarga bahagia dan pencetak generasi tangguh. Islam memposisikan laki-laki sebagai kepala keluarga. Dia mempunyai kewajiban dalam mencari nafkah buat anak dan istrinya sekaligus juga sebagai pelindung anak dan istrinya. Sedangkan  perempuan dalam islam memiliki peran sebagai ibu dan pengatur rumah tangga suaminya. Inilah indahnya syariat Islam. Islam memberikan peran masing-masing untuk saling bekerjasama sesuai fitrah atau kodrat masing-masing. Seorang perempuan tidak dibebani atau diwajibkan memberikan nafkah kepada suami. Akan tetapi, perempuan berhak mendapatkan nafkah dari suami. Bahkan ketika belum menikah beban itu diberikan kepada ayah dari perempuan tersebut. 

Karena fitrah perempuan hamil, melahirkan, menyusui, dan merawat anak. Maka bisa kita bayangkan bagaikan pundak kewajiban nafkah itu dibebankan kepada perempuan? Apakah yang akan terjadi? Kemuliaan perempuan sebagai ibu, masih terngingang sabda Rasulullah bahwa ibu disebut tiga kali dalam hadist beliau tentang orang yang harus kita perlakukan dengan baik. Sedangkan orang yang keempat yang harus kita perlakukan dengan baik adalah ayahmu.

Perempuan dalam masyarakat juga memiliki peran penting. Islam memberikan aturan bahwa perempuan dan laki-laki memilki kewajiban untuk mewujudkan amar ma”ruf nahi mungkar. Mereka berkewajiban menyeru kebaikan dan mencegah kemungkaran dalam masyarakat. menjaga agar masyarakat tetap dalam aturan syariat Islam. Wanita akan menyampaikan islam pada kalangan perempuan yang tidak dapat dilakukan oleh pihak lelaki seperti memberi contoh sebagai wanita berkepribadiaan mu’min, mengajar tentang sesuatu yang sulit seperti perincian dalam bersuci. 

Kemulian perempuan dalam bingkai Islam inilah yang akan membawa kebaikan manusia tidak hanya di dunia saja tetapi juga di akhirat yang kelak menjadi tempat abadi manusia.
Waallahu a’lam.....

Hadiah pak Jokowi, apakah membawa kesejahteraan ? 

Masih teringang ditelinga warga lamongan akan kehadiran pak jokowi presiden Indonesia. Beliau datang ke lamongan katanya bertujuan untuk kunjungan kerjanya di jatim. Dengan memberikan sertifakat tanah kepada warga. Selain itu juga ada hadiah-hadiah khusus yang diberikan beliau ketika beliau tampil ke panggung untuk senyum sapa kepada warga lamongan. Mungkin ada sebagian warga yang merasa beruntung mendapatkan hadiah-hadiah tersebut dari pak jokowi. Hadiah-hadiah itu berupa bantuan sosial seperti Kartu Indonesia Pintar, Program keluarga harapan, dan masih banyak lagi hadiah hiburan lainnya untuk warga.  Tetapi sayangnya, hadiah itu hanya untuk sebagian kecil rakyat Indonesia  saja. Sedangkan masih banyak rakyat Indonesia yang menunggu diberikan hadiah oleh beliau sebagai presiden yang harusnya mengurusi urusan rakyat. Hadiah-hadiah itu bahkan bukan hadiah yang menyenangkan tetapi hadiah yang menyakitkan bagi rakyat Indonesia. Hadiah-hadiah pahit itu telah dirasa rakyat Indonesia sejak beliau menjabat samapi sekarang. Hadiah-hadiah itu berupa Tarif Dasar Listrik yang naik, harga-harga sembako yang naik, bahkan beliau rela import beras, gula, garam, dll disaat petani panen raya. Hadiah-hadiah pahit ini tidak hanya dirasakan oleh warga lamongan saja tetapi dirasakan oleh warga Indonesia. Euforia kedatangan pak jokowi ke lamongan tak sebanding dengan penderitaan rakyat Indonesia yang sengsara dan terpuruk atas hadiah-hadiah pahit dari beliau.

Kami berharap ada presiden yang tidak hanya memberikan hadiah-hadiah pengembira bagi sebagian warga negara. Tetapi kami berharap ada presiden yang mampu memberikan hadiah-hadiah yang mensejahterakan seluruh warga negara. Tapi, bisakah itu ketika kita masih menggunakan aturan demokrasi kapitalistik yang berstandarkan kepada materi? Kesejahteraan itu akan kita dapatkan hanya pada sosok pemimpin Islam dan aturan yang digunakan hanyalah Islam seperti pada era khulafaur rasyidin sosok-sosok pemimpin seperti abu Bakar, Umar, Utsman, dan Ali lah yang kita rindukan. Bahkan sosok Umar Bin Khotob yang tercatat dalam sejarah bahwa beliau ketika malam hari rajin mengunjungi warganya untuk memeriksa keadaan warganya dan beliau rela memanggul gandum sendiri untuk warganya. Sosok pemimpin inilah yang kita rindukan. Mereka menjadi pemimpin yang amanah. Karena mereka tahu bahwa amanahnya sebagai pemimpin tidak akan dimintai pertanggungjawaban di dunia tetapi juga nanti di akhirat. insyaAllah itu akan ada sebentar lagi. [vm]

Penulis : Fadhilah U. Hanifah (Women Movement Institute)

Posting Komentar untuk "Imajiner Gender"

close