Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Adakah Damai Bagi Israel?


Oleh : Maya Ummu Azka (Penulis)

Kehadiran Yahya Cholil Staquf dalam forum yang digagas American Jewish Commitee (AJC) di Israel menciptakan kegaduhan luar biasa. Mayoritas umat Islam di Indonesia menyesalkan hal itu, mengingat sampai detik ini Israel masih mengangkangi wilayah Palestina serta memperlakukan warga negeri itu dengan sangat kejam. Bahkan HAMAS dan Fatah pun bereaksi dengan mengeluarkan kecaman keras atas tindakan itu. 

Wakil Ketua DPR Taufik Kurniawan menilai kunjungan Yahya Staquf itu sangat kontraproduktif dengan perjuangan Indonesia. "Yahya Staquf sebagai anggota Wantimpres yang juga merupakan pejabat negara seharusnya tidak menciptakan sikap blunder terhadap diplomasi Indonesia yang selama ini mendukung kemerdekaan Palestina," ujarnya (https://nasional.tempo.co/read/1098034/dpr-sebut-yahya-staquf-lakukan-blunder-soal-kunjungan-ke-israel)

Sementara para pendukungnya berdalih, kehadirannya di sana adalah untuk kemanusiaan dan perdamaian. Menteri Agama, Lukman Hakim Saefudin, menulis di Twitternya "Mari kita akhiri saling cerca terkait ikhtiar Kyai Yahya Cholil Staquf. Boleh jadi sebagian kita tak bersetuju dengan cara pendekatannya. Namun tujuan kita sama, ingin wujudkan damai di Palestina. Ia telah sampaikan "rahmah" kepada semua mereka. Itu pesan utama agama"

Begitupun Nadirsyah Hosen yang menulis, “Tiba-tiba dunia mafhum peranan apa yang bisa dimainkan oleh kyai, NU, dan Indonesia. Konsisten membawa pesan yang melampaui keadilan yang diperebutkan dan perdamaian yg dipertarungkan, yaitu pesan Rahmah. Rahmah tidak hanya menuntut, tapi memberi keadilan. Pesan untuk pihak yang bertikai.”

Mendudukkan Fakta

Apa sebenarnya yang terjadi di Palestina? Pertikaian atau penjajahan? 

Sebelum menyimpulkan permasalahan, alangkah tepatnya jika kita menggali fakta yang ada agar tepat dalam mencari solusi. 

Deklarasi Balfour adalah tebagai tonggak awal penguasaan zionis Israel terhadap palestina. Pada tanggal 11 Desember 1917 Jenderal Allenby berhasil memasuki Kota Yuresalem dan di dalamnya masuk pula yahudi. 

Setelah Kongres Zionis Internasional pimpinan Weizmann, imigrasi Yahudi ke Palestina semakin digalakan hingga jumlah yahudi di tanah palestina mencapai 83.794 orang. Dan menjelang pembagian Palestina oleh PBB tahun 1947, jumlah Yahudi sudah mencapai 608.255 orang. Jumlah yang cukup banyak jika dibandingkan dengan penduduk asli Palestina yang berjumlah 1.237.332 orang. Dengan menggunakan taktik kekerasan dan teror, pada tahun 1939 mereka mengkonsolidasikan pengawasan dan penguasaan seluruh wilayah Palestina dengan kekuatan diplomasi dan militer.

Praktik kekerasan dan teror ini, selain berlandaskan Talmud, juga menerapkan Teori Zionisme Revisionis Vladimir Jabotinsky (1880-1940). Teori ini dimuat dalam bukunya The Iron Wall yang juga memuat essai dasar bagi seluruh gerakan Zionis. Dalam buku tersebut, Jabotinsky secara jelas memuat kembali ide-ide zionisme yang pernah diletakkan oleh Herzl dan tokoh zionis lainnya meski secara samar. Buku ini diterbitkan pada 4 November 1923.

Jabotinsky memandang zionisme sebagai sebuah imperialisme dari sisi yang realistis. Mengingat negara tujuan mereka adalah negara sah secara hukum. Maka merebutnya tidak bisa dengan kerjasama atau rekosialiasi melainkan dengan kekuatan dan teror. Ia menulis, “Tidak akan ada pembahasan tentang rekosialiasi sukarela antar kita dengan orang-orang arab. Tidak untuk sekarang dan tidak untuk masa akan datang.

Semua orang yang berakal sehat, kecuali mereka yang buta sejak lahir, sejak lama telah memahami kemustahilan untuk bisa mencapai suatu kesepakatan sukareka dengan Bangsa Arab Palestina bagi pengubahan palestina dari sebuah negeri arab menjadi sebuah negeri dengan mayoritas Yahudi. Masing-masing dari kalian memiliki pemahaman umum tentang sejarah kolonisasi. Coba temukan satu contoh dimana kolonisasi sebuah negeri terjadi dengan persetujuan penduduk asli.”

Teror-teror yang diciptakan zionis terhadap warga palestina untuk mengusir mereka keluar memaksa Majelis Umum PBB mengeluarkan Resolusi 181. Resolusi ini ditetapkan pada 29 November 1947 yang berisi pemisahan Wilayah Palestina yang dibagi menjadi 3 bagian. Bagian pertama wilayah israel yang mencakup 57 persen dari total wilayah palestina. Bagian kedua wilayah Negara Arab Palestina yang mencakup 42 persen. Dan Bagian ketiga adalah zona internasional yang mencakup Jerussalem. Puncaknya adalah berdirinya Negara Israel pada 14 mei 1948.

Teror dan kekerasan dalam bentuk agresi militer israel ke wilayah palestina tidak akan pernah berhenti sampai israel benar-benar mewujudkan mimpi mereka. Menguasai seluruh palestina sesuai dengan janji Tuhan dalam Taurat. Bahwa tanah Palestina adalah “Tanah yang Dijanjikan” untuk mereka.

Klaim teologis ini berdasarkan Kitab Kejadian 15:18 yang berbunyi, “Pada hari ini Tuhan membuat perjanjian dengan Ibrahim melalui firman, ‘Untuk Tuhanmu Aku berikan tanah ini, dari sungai Mesir hingga sungai besar Eufrat’.” Dalam Kitab Yosua 21:43 dapat ditemukan hal yang senada, “Jadi seluruh negeri itu diberikan Tuhan kepada orang Israel, yakni seluruh negeri yang dijanjikan-Nya dengan bersumpah untuk diberikan kepada nenek moyang mereka. Mereka menduduki negeri itu dan menetap di sana.”

Hingga kini, Israel melakukan apa saja demi bisa menguasai wilayah Palestina sepenuhnya. Mereka tak segan membantai siapapun yang dianggap merintangi agresinya, meskipun itu wanita dan anak-anak. Bahkan seorang wanita relawan kemanusiaan ditembak mati saat mengobati pejuang Palestina yang terluka, meski hal itu melanggar hukum internasional.

Berbagai perundingan pernah ditempuh, namun Israel selalu menghianatinya. Nampaknya bangsa ini mampu jumawa karena sekeras apapun kecaman internasional tak pernah sekalipun sanksi menimpanya.

Jelaslah bahwa apa yang terjadi antara Israel dan Palestina bukanlah konflik dua negara, namun penjajahan satu “negara” (Israel) pada negara lainnya (Palestina). Jika demikian, masihkah kita menawarkan solusi perdamaian?

Jihad, Jawaban Bagi Israel

Sebagai hamba Allah, mari kita kembali pada Al-Qur’an untuk mencari cara menghadapi Israel. Sejak zaman nabi-nabi, bangsa Yahudi Israel terkenal dengan kelicikan dan penghianatannya. Allah banyak menurunkan nabi dan rasul dari kalangan mereka, namun mereka membunuhinya.  

Pun dalam Siroh Rasulullah, betapa banyak penghianatan atas perjanjian yang dilakukan oleh kaum Yahudi. Hingga Rasulullah pun menghukum mereka dengan keras, mulai dari pengusiran Bani Qainuqa, Pemenggalan kaum lelaki Bani Quraizhah, hingga memerangi mereka.

Sikap dan tingkah laku Israel tercatat dalam kitab suci Al-Qur’an. Dan Allah Swt. pun telah melaknat mereka.

“Maka, Kami lakukan terhadap mereka beberapa tindakan (melaknat dan mengutuk mereka) disebabkan mereka melanggar perjanjian itu dan karena kekafiran mereka terhadap keterangan-keterangan Allah, serta mereka membunuh nabi-nabi tanpa alasan yang benar” (QS.An Nisaa’ 155)

“…lalu ditimpakanlah kepada mereka (kaum Yahudi) nista dan kehinaan, serta mereka mendapatkan kemurkaan dari Allah. Hal itu terjadi karena mereka selalu mengingkari ayat-ayat Allah dan membunuh nabi-nabi tanpa alasan yang benar…” (QS. Al Baqarah 61).

Kehinaanpun akan meliputi mereka dimana-mana, firman Allah SWT:

“Mereka diliputi kehinaan dimana saja mereka berada,…dan mereka kembali mendapat kemurkaan dari Allah dan mereka diliputi kerendahan. Yang demikian itu karena mereka kafir kepada ayat-ayat Allah…” (QS. Ali Imran 112).

Kecuali bagi mereka yang kemudian masuk Islam dan memegang janji:

“…kecuali jika mereka berpegang kepada tali (agama) Allah dan tali (perjanjian) dengan manusia…” (QS. Ali Imran 112).

Kalau Allah Yang Menciptakan mereka, dan Rasul-Nya sedemikian keras dan tegas menghadapi Bangsa Israel, maka sudah selayaknya kitapun seperti itu. Bukan malah bermanis muka dan bergandengan tangan. 

Tidak ada yang harus kita lakukan selain mempersiapkan kekuatan yang akan mampu menumpas habis bangsa terlaknat itu. Kekuatan itu adalah persatuan seluruh umat Islam di bawah pimpinan seorang Khalifah. Hingga terwujudlah janji Allah,

“Dan apabila datang saat hukuman bagi (kejahatan Israel) yang kedua, (Kami datangkan orang-orang Islam di bawah pimpinan Imam Mahdi) untuk menyuramkan muka-muka kamu dan mereka masuk ke dalam Masjid (Al-Aqsha), sebagaimana musuh-musuhmu memasukinya pada kali pertama, dan untuk membinasakan sehabis-habisnya apa yang mereka kuasai”.  (QS.  Al-Isra’: 7)

Wallahu a’lam. [vm]

Posting Komentar untuk "Adakah Damai Bagi Israel?"

close