Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Hari Santri : Esensi Atau Seremoni ?


Oleh : Ahmad Sastra

Jika ditinjau dari latar sejarah lahirnya Hari Santri Nasional, maka semestinya seremoni ini jangan sampai melupakan esensi. Sebab santri adalah esensi, sementara hari santri adalah seremoni. Bagi pesantren, hari santri adalah setiap hari. Jika tanpa asensi, maka hari santri hanyalah seremoni tanpa makna. 

Santri, sebagaimana latar belakang sejarah hari santri, adalah sosok pejuang agama Islam yang berjihad mengusir kaum penjajah dari negeri ini. Keberadaan kyai, santri dan pesantren adalah hambatan bagi upaya kolonialisme atas negeri ini. Pesantren menjadi semacam banteng bagi aqidah umat dan benteng bagi perjuangan kemerdekaan. 

Esensi santri adalah muslim. Esensi muslim adalah ketaatan dan ketundukan atas syariah Allah. Esensi syariah adalah tata aturan kehidupan di semua aspek kehidupan seorang muslim. Karakter syariah Islam adalah sistemik dan universal. 

Sistemik memiliki makna bahwa menerapkan syariah Islam haruslah kaffah agar kebenaran Islam bisa dirasakan secara sempurna. Sistemik bisa juga dimaknai holistik dan integral dimana setiap hukum di dalam Islam saling memiliki keterkaitan dengan hukum yang lainnya. 

Universal memiliki makna bahwa syariah Islam itu bukan hanya diperuntukkan kepada kaum muslimin, melainkan untuk seluruh manusia, kehidupan dan alam semesta. Islam adalah risalah dari Allah kepada Rasulullah untuk mewujdukan rahmat bagi seluruh alam semesta. 

Karena itu santri memiliki dua dimensi peran. Pertama, dimensi vertikan sebagai hamba Allah yang hanya menyembah Allah dan tidak mempersekutukannya. Secara vertikal santri adalah manifestasi dari tauhid. Spirit tauhid adalah ruh santri. Sementara Rasulullah adalah teladan utama santri dalam mengejawantahkan tauhid dalam ritual. 

Kedua adalah dimensi horizontal dimana tauhid menjadi landasan utama dalam menjalankan kehidupan sosial. Meminjam bahasa Mohammad Iqbal, seluruh aspek kehidupan haruslah berpondasikan tauhid. Santri, dalam dimensi horizontal adalah mereka yang mentransformasikan spirit tauhid dalam kehidupan. 

Transformasi tauhid dalam semua aspek kehidupan  menuntut santri untuk bisa berperan dalam berdakwah dan berjuang mewujudkan Islam sebagai sumber aturan kehidupan. Santri adalah yang berjuang agar pendidikan di negeri ini berbasis tauhid. Santri adalah yang berjuang agar politik, ekonomi dan budaya negeri ini berbasis tauhid. 

Santri adalah mereka yang berdakwah dan berjuang agar negeri ini berbasis tauhid. Santri adalah mereka yang anti terhadap setiap bentuk penjajahan, baik fisik maupun pemikiran. Santri adalah mereka yang selalu melawan hegemoni ideologi kapitalisme sekuler dan komunisme ateis. Sebab kedua paham itu bertentangan bahkan merusak tauhid. 

Esensi santri dalam dimensi vertikal adalah sosok hamba yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT. Keimanan santri adalah murni tanpa campur aduk dengan kemusyrikan dan paham sesat lainnya. Ketaqwaan santri terwujud dalam  ketundukan total atas syariah Allah, tanpa pilah pilih perintah dan larangan Allah. Apa yang diperintahkan Allah, maka dikalankan. Apa yang dilarang Allah, maka ditinggalkan. 

Esensi santri dalam dimensi horizontal adalah menjadi agen perubahan bagi tata kelola kehidupan agar sejalan dengan nilai Islam. Santri terus berdakwah kepada masyarakat dan negara agar bangsa ini berjalan di atas jalan Allah, tidak menyimpang sekecilpun. Santri adalah mereka yang yakin dan berani dalam berdakwah dan memperjuangkan tegaknya agama Allah di negeri ini. 

Esensi santri dengan demikian adalah agen peradaban Islam. Peradaban Islam adalah kondisi sistemik dimana seluruh aspek kehidupan berbangsa dan bernegara berlandasakan syariah Islam. Islam sebagai sumber hukum dan perundang-undangan, meskipun rakyatnya beragam. Peradaban Islam adalah apa yang telah dirintis oleh Rasulullah dengan tegaknya Daulah Madinah. 

Dengan semikian, santri ada pada esensi dan visinya, bukan sekedar simbol fisiknya. Santri bukan hanya soal sarung dan peci, melainkan soal pola pikir dan pola sikap yang islami. Santri bukan hanya soal kitab kuning, namun mereka yang peduli atas urusan keumatan yang lebih luas. Santri bukan hanya soal belajar, namun mereka yang juga berdakwah berjuang untuk menegakkan tauhid. 

Selamat hari santri, untuk Indonesia menjadi lebih Islami. [www.visimuslim.org]

Posting Komentar untuk "Hari Santri : Esensi Atau Seremoni ?"

close