Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Jadi Muslim, Tidak Puasa Ramadhan? Rugi doong?!





Oleh : Lia Haryati, S.Pd.i (Pendidik dan Pendakwah Ideologis)


Ramadhan adalah bulan mulia yang penuh berkahan di dalamnya. Dimana seluruh amal saleh yang dikerjakan pada bulan Ramadhan akan dilipatgandakan pahalanya oleh Allah Swt. Tepat di tanggal 17 Ramadhan tahun pertama kenabian, kitab suci Al-Qur’an diturunkan tepatnya saat bulan Ramadhan ini. Dimana Allah Swt menjadikan salah satu malamnya terdapat malam Lailatulqadar, yaitu malam yang nilainya lebih baik dari pada seribu bulan. 

Sebelum ditetapkan ramadhan sebagai bulan puasa, menurut Ibn Abbas, seluruh kaum muslim sudah diperintahkan berpuasa pada setiap bulan selama tiga hari dan satu hari Asyura. Kemudian, kewajiban ini pun dihapus, dan diganti dengan puasa selama satu bulan penuh, yaitu puasa Ramadhan (Lihat, Al-Qurthubi, Al-Jami li Ahkam Al-Qur’an, Tafsir QS 2: 185).

Bahkan pada saat bulan Ramdhan ini, umat Islam berlomba-lomba dalam memberikan amalan terbaiknya di hadapan Allah Swt. Tapi mirisnya, hidup dalam aturan kapitalis individu muslim seolah dibebaskan menentukan perbuatannya, mau puasa silahkan, dan tidak berpuasa pun tidak ada larangan, sebab ada segelintir oknum yang justru memanfaatkan momen bulan mulia ini untuk merusakan pemikiran umat dengan pemahaman liberalnya, anehnya lagi ada yang berpendapat bahwa orang berpuasa wajib menghormati orang yang tidak berpuasa.

Hal nyeleneh ini hanya ada dari aturan kapitalis, dimana mereka yang berseru, lalu umat Islam yang wajib menghormati orang yang tidak berpuasa, dan tidak boleh sampai ada razia orang-orang yang lagi makan di warung-warung pada saat siang hari, dan mengecap adanya penertiban warung-warung makan yang buka di siang hari itu sebagai bentuk kezaliman. Astagfirulloh!

Tidak sedikit yang menyangkal sikap mereka, dan tidak sedikit pula yang mendukung. Menjadi muslim yang moderat seolah dijadikan alasan untuk bersikap toleran tanpa batas kepada siapa pun, bahkan tanpa ada rasa bersalah apalagi merasa keluar dari rambu-rambu agama.

Dengan semboyan toleransi dan moderasi Islam beragama, semakin banyak orang yang cuek dengan lingkungannya. Tidak sedikit ditemukan orang yang tidak berpuasa padahal tidak ada uzur syar'i. Tidak ada yang menegur dan memberi sanksi tegas beralasan tidak mau ribut, saat ini umat kehilangan “ruh-nya”.

Maka ketika ada umat Islam saat ini dan ia sudah masuk masa dewasa, sudah seharusnya ia berpuasa apalagi tanpa ada uzur syar'i tidak berpuasa ramadhan. Rugi dooonng!

Suasana Ramadhan Era Ke Khilafahan

Sangat jauh berbanding dengan suasana ramadhan masa kekhalifahan Islam memimpin dunia. Sungguh, suasana penuh khusu' ketika ibadah pada malam hari selepas berbuka, dimana seluruh kaum muslim melakukan shalat Tarawih di masjid-masjid secara berjamaah. Tak tertinggal Khalifah pun turut memimpin langsung shalat tersebut. Malam itu pun menjadi malam penuh berkah. 

Disaat malam penuh keberkahan itu, seluruh umat Islam era Khilafah melewati malam-malam penuh ketaqwaan. Mereka menghidupkan malam-malamnya dengan memperbanyak dzikir, membaca Al-Qur’an, dan mengkaji Islam seperti perhalakahan (حَلْقَةٌ). 

Umat Islam melewati malam dengan sedikit tidur, dan memperbanyak ibadah. Mendirikan tahajud mengharap ampunan Allah sampai menjelang subuh, mereka pun tidak meninggalkan sunah sahur. Sebab sahur di dalamnya mengandung banyak keberkahan, kata Nabi saw. Sangat disayangkan kalau ada umat Islam yang melewati waktu sahur, para sahabat dahulu mereka menggunakan momentum ramadhan dengan sebaik-baiknya. Sebagaimana yang dituturkan oleh Ibnu ‘Umar.

Di waktu siang pun tidak kalah semangat. Mereka meninggal sedikit tidur lebih memperbanyak ibadah dengan penuh khusyuk. Artinya masa ketika Islam memimpin dunia tidak ada orang yang makan, dn minum, merokok, ataupun aktivitas yang bisa membatalkan puasa yang terlihat di publik, meski nonmuslim atau musafir yang tidak sedang berpuasa sekalipun. Artinya wajib untuk mereka yang tidak puasa untuk menghormati umat Islam yang sedang berpuasa. 

Jelas dalam Islam bulan Ramadhan adalah momentum tepat untuk siar Islam. Yang di tampakan tidak hanya identitas sebagai muslim saja, tetapi lebih dari itu pelaksanaan syari’at Islam jauh lebih diutamakan. Jadi salah, kalau ada orang berpuasa malah diminta untuk menghormati orang yang tidak berpuasa.

Begitulah, suasana ramadhan pada saat Khilafah Islam memimpin dunia, sangat kental dengan fastabiqul khairat, semuanya berlomba meraih ampunan dan pahala amal saleh sebanyak-banyaknya, menangis ketika ramadhan pergi, tapi saat ini mereka bangga ketika tidak puasa bahkan turut mendukung maksiat di bulan mulia ini. 

Maka suasana yang tidak mustahil bisa kembali kita merasakan rahmat dan keberkahan hidup. Ketika pemikiran umat sadar, lalu dengan kesadaran itu umat bangkit untuk mengembalikan Khilafah Islamyah ke tengah-tengah umat Islam, kesadaran ini perlu untuk kita mewujudkan sistem hidup terbaik yang mampu menerapkan syariat Islam kaffah. Di mana akan tercurah keberkahan dari langit dan bumi bagi umat Islam. 

Sebagaimana Allah Swt berfirman;

"Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya." (Tqs. Al-A'raf :96)


Wallahu 'alaam bishowab 

Posting Komentar untuk "Jadi Muslim, Tidak Puasa Ramadhan? Rugi doong?!"

close