Demokrasi Membiarkan Penistaan Agama
Lagi dan lagi, umat Islam kembali diberi kado pahit. Kelakuan manusia liberal kali ini yakni dengan menghina simbol untuk ibadah kaum Muslim, berupa sajadah. Mereka menari bali di atas sajadah, tanpa sedikit pun merasa gundah dan gelisah.
Berita lain yang saling susul menyusul yakni sajadah bermotifkan anjing dan babi, ada juga yang bergambar salib. Astaghfirullah.
Sendal jepit bermotifkan lafadz Allah, kerudung bergambar porno, celana bermotif surat al ikhlas, bungkus permen bertuliskan penghinaan terhadap Islam, terompet berbahan dasar sampul al Quran pun telah menjadi berita yang kita saksikan!
Namun nyatanya, berita-berita tersebut hanya menjadi berita memilukan yang tak memiliki titik penyelesaian. Seolah penistaan terhadap Islam dan segala simbol-simbolnya bukan sesuatu yang harus dipermasalahkan. Sebagian kaum muslim merasa gerah dan jengah. Tapi tak bisa berbuat apa-apa. Hal inilah yang paling membuat gembira para penista. Ketika pun umat Islam diam, lalu apakah ini bisa dibenarkan menurut Islam? Tentu saja tidak! Ketika ada kemunkaran, maka harus dirubah. Itu prinsip Islam. Tapi sekali lagi, umat Islam hanya bisa marah.
Sebab sistem demokrasi, yang memiliki asas kebebasan berekspresi, menjadi tameng buat mereka yang begitu bangga dan bahagia dengan menghina Islam! Sistem sekuler, telah memberi mereka keleluasaan untuk melakukan beragam penistaan terhadap simbol-simbol Islam. Para penista itu sangat menikmati, bisa dengan bebas menghina agama yang mereka benci. Selama sistem ini diterapkan, kaum muslim hanya bisa mengelus dada, melihat penista sedang berpesta.
Padahal, dulu umat Islam begitu mulia, terdepan, terhormat, disegani! Agama Islam begitu terjaga dengan negara sebagai perisainya. Dulu itu, ketika sistem Islam diterapkan dalam sebuah negara Khilafah. Karena penista Islam dalam sistem ini pasti akan mendapat ganjaran yang setimpal. Kalau penjara dan pengasingan tak membuat jera, maka tebasan pedang yang akan mereka terima. Sungguh, jika umat Islam ingin mengakhiri penghinaan ini, jalan satu-satunya adalah dengan berupaya menegakkan aturan yang berdasarkan al Quran, yakni Khilafah! Wallahua'lam. [N. Vera Khairunnisa (Ibu Rumah Tangga, Tinggal di Purwakarta – Jabar)] [VM]
Posting Komentar untuk "Demokrasi Membiarkan Penistaan Agama"