Awkarin, Bukti Hancurnya Moral Remaja dalam Naungan Kapitalisme
Baru-baru ini netizen diramaikan dengan seorang selebgram sekaligus vloger bernama Karin Novilda atau lebih akrab disapa dengan Awkarin. Remaja berusia 18 tahun ini menjadi sangat terkenal karena gaya hidup bebas yang dijalaninya. Pemilik akun dengan followers sebanyak 675k tak segan untuk mengunggah foto-foto dengan pakaian terbuka yang sangat memperlihatkan bentuk tubuhnya. Tak hanya itu, Awkarin juga sering kali mengupload kebiasaannya di kehidupan malam dengan teman-temannya dan juga kekasihnya yang masih duduk di bangku kelas X SMA.
Namun siapa sangka, dibalik gaya hidup bebasnya itu Awkarin sempat dinobatkan menjadi peraih nilai UN tertinggi se-Tanjung Pinang. Ia pun mengaku sudah mampu menghasilkan uang sendiri dan tak lagi menyusahkan orang tua dengan menjadi model produk-produk bermerk. Sehingga, ia selalu merasa bahwa gaya hidup yang dijalaninya adalah gaya hidup yang normal-normal saja. Sebagaimana prinsip yang pernah ia katakan di salah satu caption instagramnya “Nakal boleh, bego jangan”.
Inilah akhirnya yang menjadikan Awkarin panutan bagi kalangan remaja saat ini, sosoknya yang ramah, nakal, bebas tetapi tetap pintar kini menjadi pembelaan remaja-remaja yang ikut menjadi followersnya. Pun, sudah barang tentu dengan munculnya Awkarin ini harus menjadi kewaspadaan untuk kita semua. Karena bukan tidak mungkin, 675k followersnya akan ikut dalam gaya hidup bebas yang dipilihnya
Padahal, apa yang diharapkan dari remaja yang tidak punya rasa malu, yang mana kita tahu bahwa malu adalah cabang dari Iman dan merupakan akhlak seorang muslim? Kemaksiatannya dengan biasa menjadi tontonan, dan mirisnya ini terus menjadikannya memiliki banyak followers. Relakah kita melihat remaja-remaja seperti itu menjadi penerus generasi bangsa?
Dalam sistem kapitalisme yang serba bebas, yang menuhankan materi di atas segalanya, bisa jadi rela-rela saja melihat sosok seperti Awkarin. Bahkan, Awkarin mampu menjadi sosok yang menginspirasi dari sisi materi yang ia dapatkan sendiri, tanpa peduli dengan tingkahnya yang rusak. Memang, dalam kenyataannya Awkarin dengan kontroversinya mampu meraih kekayaan dari banyaknya followers. Namun sejatinya sebagai seorang muslim, kita menginginkan pemimpin di masa depan adalah remaja-remaja yang memiliki kualitas mumpuni, pintar dan baik dalam urusan dunia akhiratnya. Sehingga, sudah sepatutnya kita tak berdiam diri dan terus menyebarkan Islam kepada remaja-remaja yang semakin jauh dari Islam agar tidak lagi bermunculan Awkarin selanjutnya. Wallahu’alam bishawab. [VM]
Pengirim : Marwah Hayati Nufus/Mahasiswi UPI
Posting Komentar untuk "Awkarin, Bukti Hancurnya Moral Remaja dalam Naungan Kapitalisme"