Jangan Takut Bersikap Kritis, Lawan Ketidakadilan, Apapun Resikonya!
Oleh : Ainun Dawaun Nufus (MHTI Kab. Kediri)
Laman republika.co.id (5/8) memberitakan Istri dari almarhum Munir, Suciwati, menyayangkan kriminalisasi terhadap koordinator Kontras Haris Azhar. Menurut dia, pemerintah kerap kali salah paham terhadap para aktivis yang vokal mengkritisi kinerja pemerintah. "Orang kritis selalu dianggap sebagai sebuah ancaman, padahal selama ini mereka all out menjunjung tinggi nama baik Republik Indonesia," ujarnya baru-baru ini.
Menurut Suci, adanya kesaksian Haris Azhar bisa dijadikan titik awal untuk bersih-bersih dalam tubuh lembaga penegak hukum. Lembaga-lembaga tersebut, dia mengatakan seharusnya melindungi atau membuat bangga bangsa ini namun justru saat ini sedang defense melindungi diri sendiri. "(Mereka) membuat hal yang justru tidak cantik. Sekali saya akan terus bersama bicara. Saya pikir ini penting supaya jangan sampai ada Haris Azhar-Haris Azhar yang lain lagi," ujarnya.
Mari kita katakan yang benar adalah benar yang salah adalah salah. Mengambil benang merah atas apa yang disampaikan Suciwati, bisa kita ambil kata kunci kritis. Bicara kritis familiar dilekatkan kepada ulama dan para aktivis. Bicara ulama berarti kita pahami mereka adalah pewaris para nabi. Demikian sabda Baginda Rasulullah saw. Sejatinya sepeninggal Baginda Rasulullah saw., para ulama tidak hanya mewarisi risalah beliau; tetapi juga mewarisi misi dakwah dan jihad beliau; mewarisi sifat dan akhlak beliau; juga mewarisi keitiqamahan, keteguhan, kesabaran, semangat dan keberanian beliau dalam memperjuangkan dan membela agama ini tanpa pernah khawatir dan takut terhadap celaan para pencela. Karena itulah, para ulama pun seharusnya ‘mewarisi’ penderitaan Rasulullah saw. yang banyak dihadapkan pada ragam tantangan, celaan, hujatan bahkan penganiayaan secara fisik dari para penentang dakwah beliau.
Hari ini banyak ulama yang berdakwah, tetapi dakwah mereka sebatas berada di zona aman dan nyaman; aman dari gangguan para penguasa zalim, nyaman karena kadang mendatangkan materi berkelimpahan. Jelas, bukan seperti itu karakter ulama pewaris para nabi. Pasalnya, tak ada seorang nabi pun yang menikmati zona aman dan nyaman saat mereka mengemban risalah Allah SWT. Para nabi seperti Nabi Nuh as., Nabi Luth as., Nabi Ibrahim as., Nabi Musa as. dan tentu Baginda Nabi Muhammad saw.; semuanya merasakan penderitaan yang sama saat mengemban dakwah. Mereka dicacimaki, diintimidasi, diboikot, dianiaya secara fisik, bahkan diancam untuk dibunuh.
Ya, bagi pemerintah sekular kapitalis Barat dan di Timur, penyebaran kebenaran Islam, seperti halnya yang dibawa oleh para Khalifah Rasyidin, Abu Bakar ra, Umar bin Khaththab ra, Utsman bin Affan ra, dan Ali bin Abi Thalib ra, benar-benar merupakan suatu ancaman. Para Khalifah kaum Muslim itu menyerukan untuk meninggalkan aturan-aturan kufur dan menegakkan hukum syariah.
Penangkapan terhadap para ulama yang kritis yang terjadi di negeri-negeri yang dipimpin para penguasa dictator menunjukkan kekalahan rezim kapitalis dalam menghadapi debat intelektual. Ketidaksanggupan penguasa korup yang takut makarnya terungkap, lagi-lagi melakukan tuduhan untuk menghentikan kebangkitan gerakan Islam politik. Ekstrimisme dan radikal selalu ditempelkan untuk membuat umat menjauh.
Apa yang menimpa para ulama dan aktivis dakwah hari ini hampir mirip dengan apa yang telah menimpa kelompok sahabat di bawah pimpinan Nabi Muhammad Saw. Ketika dakwah Islam semakin menguat, menjadikan para penguasa kafir Quraisy melakukan berbagai upaya untuk menghentikan dakwah Rasulullah Saw tersebut.
Kelompok Rasul Saw dan para sahabat menghadapi berbagai perlawanan dakwah, mulai dari penganiayaan, propaganda negatif, hingga pemboikotan. Padahal Rasulullah Saw dan para sahabatnya sewaktu di Mekkah tak pernah menggunakan kekerasan. Mereka hanya menyeru kepada Islam. Tetapi seruan kepada kalimah tauhid Laa’ilaaha illallah muhammad rasulullah itu telah menjadi ancaman bagi para petinggi Quraisy.
Akhirnya ujian dakwah yang menyakitkan menguji keimanan para sahabat. Namun, berbagai ujian tersebut tidak memadamkan cahaya kebenaran, malah sebaliknya Islam semakin tersebar hingga akhirnya datanglah pertolongan Allah Swt. melalui kesiapan penduduk Yastrib untuk dipimpin oleh Rasulullah Saw. Sejak itu Islam pun menyebar ke seluruh negeri di dunia. Insya Allah, kebangkitan Islam kali kedua pun akan terjadi kembali. [VM]
Posting Komentar untuk "Jangan Takut Bersikap Kritis, Lawan Ketidakadilan, Apapun Resikonya!"