UIY: Sekularisme dan Sengkarut Negeri Ini

 



Jakarta , Visi Muslim– Krisis multidimensi yang terjadi di negeri ini dinilai sebagai akibat dari sekularisme yang telah mengakar kuat dalam sistem pemerintahan dan kehidupan sosial. Cendekiawan Muslim Ustadz Muhammad Ismail Yusanto (UIY) menegaskan bahwa berbagai masalah yang dihadapi bangsa saat ini berawal dari pemisahan agama dengan kehidupan bernegara.

"Semua kekacauan yang telah kita bahas tadi, pusatnya atau akar permasalahannya adalah sekularisme," ungkap UIY dalam Diskusi Online bertajuk Isu-Isu Peredam Kejahatan Oligarki dan Jokowi, yang berlangsung pada Ahad (9/2/2025) melalui kanal YouTube Media Umat.

UIY menjelaskan bahwa sistem pemerintahan yang diterapkan saat ini telah mengabaikan aspek transendental. Dalam pengambilan kebijakan, yang menjadi pertimbangan utama hanyalah keuntungan dan kepentingan politik, tanpa memperhitungkan aspek keimanan, ibadah, atau ketakwaan.

Ia menyoroti bagaimana konsep ibadah, pahala, dan dosa sudah tidak lagi menjadi pertimbangan dalam pengelolaan negara. "Nuansa ibadah dalam dinamika politik saat ini sudah menghilang sepenuhnya," ujarnya.

Lebih lanjut, UIY menekankan bahwa tanpa adanya keimanan dan ketakwaan sebagai batasan moral, pemimpin tidak lagi memiliki rasa takut kepada Tuhan. "Seorang lurah takut kepada camat, camat takut kepada bupati, bupati takut kepada gubernur, gubernur takut kepada presiden. Lalu, presiden takut kepada siapa?" tanyanya retoris.

Ketika sekularisme mendominasi, menurut UIY, maka yang terjadi adalah justifikasi segala cara untuk meraih keuntungan. "Ketika semua lembaga hukum berada di tangan penguasa, siapa yang akan mempertanyakan tindakannya? Tidak ada," tegasnya.

Sebagai contoh, UIY menyoroti kebijakan perpanjangan izin tambang batu bara yang sebelumnya diatur dalam Pasal 63 dan 75 UU Minerba Nomor 4 Tahun 2009. Seharusnya, setelah masa berlaku habis, lahan tambang dikembalikan kepada negara atau dilelang dengan mengutamakan BUMN dan BUMD. Namun, melalui pengesahan UU Omnibus Law pada 2 November 2020, pemerintah malah memperpanjang izin usaha pertambangan hingga 40 tahun.

Perubahan kebijakan ini, menurut UIY, merupakan bentuk keberpihakan kepada oligarki pemilik modal. Bahkan, ia menegaskan bahwa jika negara mengelola sendiri sektor tambang batu bara, potensi pendapatan bisa mencapai ribuan triliun rupiah.

Selain itu, UIY juga menyoroti kasus pagar laut dan kisruh elpiji 3 kg yang telah menelan korban jiwa. Ia melihat bahwa semua permasalahan ini berakar pada kebijakan yang lebih mengutamakan kepentingan segelintir elite dibandingkan kesejahteraan rakyat.

Sebagai solusi, UIY menekankan pentingnya penyadaran umat bahwa sistem politik sekularistik adalah sistem yang merusak dan menghancurkan. "Karena itu, kita harus menyadarkan masyarakat bahwa politik sekularistik adalah politik yang membawa kehancuran," ujarnya.

Ia juga mendorong umat untuk mulai berpikir tentang alternatif sistem yang lebih baik dan sesuai dengan prinsip-prinsip Islam. Menurutnya, peradaban yang berlandaskan spiritualitas Islam bisa menjadi jawaban atas berbagai persoalan yang muncul akibat materialisme yang merajalela.

"Spiritualisme yang kita butuhkan adalah yang berbasis ilmiah, bukan sekadar keyakinan kosong. Dan itu ada dalam Islam," jelasnya.

UIY menegaskan bahwa Islam menawarkan sistem pemerintahan, ekonomi, sosial, dan budaya yang mampu mengatasi berbagai persoalan bangsa. Oleh karena itu, ia mendorong masyarakat untuk lebih memahami bagaimana Islam mengatur aspek-aspek kehidupan.

"Kita perlu membaca dan mempelajari bagaimana Islam mengatur sistem pemerintahan, sistem ekonomi, sistem sosial, budaya, dan sebagainya," pungkasnya. [] bn1ng4

Posting Komentar untuk "UIY: Sekularisme dan Sengkarut Negeri Ini"