Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Proses Berbelit Pembangunan “Mushalla Tolikara”

Papan Nama Masjid di Tolikara
Tregedi yang menimpa umat Islam Tolikara, Jumat (17/07) masih hangat dibicarakan. Perayaan Idul Fitri berubah menjadi suasana mencekam saat shalat dibubarkan dan mushalla dibakar.

Simbol ibadah umat Islam yang dibakar itu ternyata tidak mudah saat proses pembangunan. Dibutuhkan negosiasi yang alot untuk dapat izin mendirikan.

Dalam hal ini, Ustadz H. Ali Mukhtar, salah satu imam mushalla Baitul Muttaqin menuturkan peroses pendirian bangunan tersebut.

Sejarahnya terjadi ketika tahun 1987 (sekitar 28 tahun lalu, -red), ketika itu kami mengajukan izin kepada tokoh-tokoh agama di sini untuk membangun tempat ibadah.

Tahun 1988, saya disidang di depan tokoh-tokoh gereja. Mereka mengatakan yang boleh dibangun adalah mushalla, bukan masjid. Tidak tahu mengapa di sini khawatir jika ada pendirian masjid.

Sementara itu, kami kaum muslim kan harus shalat Jumat. Jadi izin saya kala itu, disebut mushalla tidak masalah asal dibolehkan dan bisa melaksanakan shalat Jumat.

Kaum muslim tidak meributkan nama, yang penting kita bisa beribadah dan melaksanakan shalat Jumat. Itu yang terpenting.

Sebab, di sini mendirikan rumah ibadah memang dilarang kecuali Gereja Injili Di Indonesia (GIDI). Tidak hanya Islam, bahkan semua denominasi Kristen kecuali GIDI dilarang.

Dan Alhamdulillah, kita semua bersyukur izin beribadah bisa keluar. Asal shalat Jumat bisa dilaksanakan dan kaum Muslim bisa shalat berjamaah. Terserah jika itu dikatakan mushalla.

Setelah kasus pembakaran terjadi, proses yang cenderung rumit tersebut masih berlaku. Haji Ali, Rabu (22/07) turut serta mewakili kaum muslim dalam pertemuan dan konferensi pers dengan pihak tokoh-tokoh gereja.

Hadir dalam pertemuan tersebut Pemimpin Umat GIDI yang dipimpin Ketua Klasis Toli, Pendeta Yunus Wenda. Selain itu, tokoh-tokoh penting dan berpengaruh juga datang menghadiri.

Dalam pertemuan itu, Haji Ali menanyakan kembali perihal pembangunan tempat ibadah. Hasilnya, “Para tokoh gereja mengatakan, harus rapat dulu, harus mengadakan pertemuan antar mereka dahulu jika ada pendirian masjid. Sebab, di sini lain dengan Jawa, mendengar nama masjid saja sudah khawatir.” tuturnya. [www.visimuslim.com]

Sumber : Kiblat.Net, 23 Juli 2015

Posting Komentar untuk "Proses Berbelit Pembangunan “Mushalla Tolikara”"

close