Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Tradisi Kenaikan Harga Pangan dan Solusi Islam


Ilustrasi 



Oleh: Yuli Ummu Raihan (Aktivis Muslimah Tangerang)


Sudah bukan rahasia umum menjelang Ramadan dan hari besar Nasional atau momen perayaan keagamaan lainnya terjadi kenaikan harga pangan. Hal ini tentu menambah beban masyarakat dan mengakibatkan daya beli menurun. Masyarakat khususnya kaum ibu harus pintar-pintar memutar otak agar semua kebutuhan hidup terpenuhi.

Menyikapi kenaikan harga ini, Pemerintah Kota (Pemkot) Tangerang melalui Dinas Ketahanan Pangan (DKP) berkerja sama dengan Bulog melakukan Gerakan Pangan Murah (GPM) dengan menjual beras medium Stabilisasi Pasokan Harga Pangan (SPHP). Beras ini disebar ke 104 kelurahan dan dijual dengan harga murah Rp52.000 per 5 kg. Gerakan ini berlangsung tiga hari mulai 22_24 Februari 2024 dengan harapan bisa mencukupi kebutuhan pangan masyarakat. (TangerangNews.com).

Kenaikan harga berbagai komoditi pokok ini bisa dipengaruhi oleh dua faktor yaitu mekanisme pasar dan non mekanisme pasar. Faktor mekanisme pasar adalah faktor penawaran dan permintaan. Ketika permintaan naik, harga akan naik atau ketika penawaran berkurang karena kurangnya stok otomatis harga juga ikut naik.

Sementara faktor non mekanisme pasar adalah karena adanya penerapan sistem kapitalis yang mana dalam sistem ini subsidi dianggap membebani negara. Ketika subsidi dicabut maka harga akan naik, sementara negara hanya menjadi regulator saja.

Faktor lainnya adalah pengaruh nilai kurs rupiah. Hal ini saling berkaitan dengan sistem moneter, dan fiskal, perdagangan, produksi, ekspor, impor, dan lainnya.

Faktor lain yang menyebabkan harga pangan naik adalah iklim atau cuaca. Namun, seharusnya ini tidak terlalu berpengaruh karena cuaca di setiap daerah tidak sama. Jika suatu daerah mengalami kemarau yang mengakibatkan produksi menurun, masih bisa disuport dari daerah lain.

Masalahnya hari ini lahan pertanian semakin berkurang karena adanya alih fungsi lahan pertanian. Alhasil banyak lahan pertanian disulap menjadi pusat industri, perdagangan dan wisata. Sayangnya nilai manfaat dari pembangunan ini tidak sebanding dengan kerusakan yang ditimbulkan.

Para petani yang masih bertahan juga mengalami kendala keterbatasan sarana produksi pertanian hingga keterampilan/ keahlian.

Kapitalisme membuat negara berlepas tangan dari tanggungjawab memenuhi kebutuhan dasar rakyat , termasuk pangan. Negara hanya menjadi regulator sehingga pengadaan kebutuhan dasar rakyat diambil alih korporasi yang standarnya untung rugi.

Korporasi berkolaborasi dengan birokrasi dan meniscayakan terjadinya hegemoni. Maka bermunculan perusahaan - perusahaan besar yang menguasai seluruh rantai pengadaan pangan dari hulu hingga hilir.

Sektor pertanian misalnya korporasi menguasai produksi benih, pupuk, pestisida, dan lainnya. Begitupun sektor lainnya. Dalam hal importasi pangan dikuasai segelintir korporasi yang akhirnya menimbulkan oligopoli yang memberikan celah besar melakukan kartel.

Kenaikan harga kadang juga terjadi karena adanya praktik penimbunan bahan pangan. Sementara penegakan hukum juga lemah dan sanksi yang dijatuhkan tidak berefek jera serta tebang pilih.

Solusi Islam Menjaga Stabilitas Harga

Paradigma Islam dalam mengurusi urusan rakyat sangat berbeda dengan kapitalis. Konsep pengaturan Islam sepenuhnya berdasarkan syariat Islam. Negara adalah penanggung jawab (raain) dan pelindung (junnah) bagi rakyatnya. Negara wajib menjamin terpenuhinya segala kebutuhan pokok rakyat per individu. Negara hadir sebagai pelindung dengan mencegah segala hal yang bisa membahayakan rakyat. Negara hadir dengan mencegah terjadinya hegemoni. Hal ini harus diemban oleh seluruh struktur negara hingga unit pelaksana teknis.

Negara akan membuat beberapa kebijakan untuk menjaga kestabilan harga yaitu dengan menjaga ketersediaan stok pangan agar supplay dan demand stabil. 

Islam memiliki strategi intensifikasi dan ekstensifikasi pertanian.

Negara juga akan menjaga rantai tata niaga dengan menghilangkan distorsi pasar. Melarang praktik penimbunan, riba, tengkulak, kartel dan lainnya. Negara Islam juga memiliki sistem sanksi yang tegas dan berefek jera. Islam memiliki struktur khusus untuk masalah ini dengan adanya Kadi Hisbah.

Negara juga senantiasa melakukan edukasi kepada masyarakat terkait ketakwaan dan syariat muamalah.

Inilah mekanisme Islam dalam menjaga kestabilan harga pangan. Sejarah telah membuktikan bahwa penerapan Islam secara kafah akan memberikan kesejahteraan di tengah-tengah masyarakat. 

Ketika masyarakat sejahtera, kehidupan akan lebih damai , masyarakat akan lebih fokus ibadah tanpa terpecah pikirannya karena beban kenaikan harga pangan. Ketika masyarakat taat syariat insya Allah keberkahan akan menyertai negeri ini.

Wallahua'lam bishawab. 

Posting Komentar untuk "Tradisi Kenaikan Harga Pangan dan Solusi Islam"

close