[Jawab Soal] Apakah Krisis Finansial Global Telah Berakhir?
بسم الله الرحمن الرحيم
Jawab Soal
Apakah Krisis Finansial Global Telah Berakhir?
Pertanyaan:
Pada hari Jumat 6 September 2013 KTT G-20 di St. Petersburgh telah
ditutup dengan menyandarkan pada deklarasi penutupan. Di dalam
deklarasi itu seperti dikutip oleh kantor berita Reuters pada 6
September 2013 dikatakan “bahwa perekonomian global membaik …”. Reuters
mengutip Andre Bockarev direktur menajemen keuangan kementerian
keuangan Rusia yang ikut serta dalam merumuskan deklarasi penutupan KTT
G-20, ia mengatakan: “diskusi yang paling sulit dan paling panjang
adalah berkaitan dengan penilaian situasi perekonomian global”.
Demikian juga belakangan muncul keterangan yang menunjukkan adanya
perbaikan itu. Uni Eropa telah melansir bahwa perekonomian Uni Eropa
mulai tumbuh tahun ini dimana hingga Juli 2013 tumbuh lebih dari 7%.
Apakah benar perekonomian global telah membaik dan berikutnya krisis
ekonomi yang telah berjalan lebih dari enam tahun bermula di Amerika
pada 2007, krisis ekonomi ini telah mereda? Dan jika perekonomian
global belum membaik, lalu bagaimana dideklarasikan keterangan dan
angka-angka ini? Saya mohon penjelasan hal itu, dan semoga Allah
memberi balasan yang lebih baik kepada Anda.
Jawab:
Kami akan memaparkan hakikat fakta perekonomian negara-negara yang
paling berpengaruh secara ekonomi di dunia, yaitu Amerika Serikat, Uni
Eropa dan Cina. Perekonomian ketiga negara ini merepresntasikan lebih
dari 50% perekonomian global. Dan karena krisis ekonomi memiliki
hubungan erat dengan sistem kapitalisme yang diadopsi oleh Amerika
Serikat dan Uni Eropa. Oleh karena itu, pengaruh keduanya dalam krisis
adalah paling menentukan. Sedangkan Cina, seperti yang akan kami
jelaskan kemudian, perannya dalam mengkreasi krisis atau mengatasi
krisis adalah peran reaksi dan bukan aksi … Perlu diketahui,
perekonomian Amerika saja mendekati total perekonomian Cina, Jepang dan
Jerman digabungkan. Perekonomian Cina adalah perekonomian terbesar
ketiga setelah Amerika. Skala perekonomian Amerika pada tahun 2012
mencapai 15,7 triliun dolar, merepresentasikan 22% dari skala
perekonomian global. Sementara perekonomian Cina mencapai 8,2 triliun
dolar. Sedangkan perekonomian Jepang dan Jerman mencapai 5,9 dan 3,4
triliun dolar sesuai penjelasan Bank Dunia dan OECD. Disebabkan
besarnya skala perekonomian Amerika ini, krisis ekonomi Amerika akibat
ambruknya pasar kredit property di Amerika menyebar dengan cepat di
dunia. Atas dasar itu, kami akan fokuskan pembahasan pada perekonomian
ketiga negara yang paling berpengaruh dalam perekonomian global ini.
Dan karena faktor-faktor paling menonjol yang memberikan pertanda
hakikat adanya perbaikan atau tidak pada perekonomian adalah: angka
pengangguran, utang lokal, departemen pelayanan seperti kota dan belanja
sosial … lalu utang pemerintah … Ketiga hal ini menunjukkan pergerakan
pasar tenaga kerja, pergerakan pasar sirkulasi uang, juga pergerakan
pasar proyek pemerintah dan swasta. Oleh karena itu kami akan fokuskan
pembahasan pada hal-hal itu. Dan berikutnya kami jelaskan hakikat dari
ada atau tidaknya perbaikan perekonomian global.
Pertama: Amerika Serikat
- Angka pengangguran: Bank Sentral (the Fed) sejak tahun 2008 sengaja menurunkan tingkat suku bunga utang hingga mendekati nol … Hal itu melipatgandakan Neraca sampai tiga kali lipat mencapai tiga triliun dolar sejak saat itu melalui program pembelian surat utang. Dalam pertemuan terakhir Bank Sentral tingkat pembelian surat utang itu dijaga pada rate 85 miliar dolar perbulan. Semua itu untuk menurunkan biaya pinjaman pada jangka panjang, dan berikutnya memfasilitasi pengambilan utang oleh pemilik bisnis dan proyek untuk menstimulasi pasar tanaga kerja. Meski demikian, angka pengangguran tetap naik pada bulan lalu berada pada angka 7,9%. Angka itu tidak banyak berbeda dari angka lima tahun lalu yaitu 8,9%. Padahal Amerika Serikat telah menyetujui undang-undang stimulus, yaitu memompakan uang ke perusahaan-perusahaan melalui pembelian saham perusahaan. Pelaksanaannya dimulai tahun 2009. Namun perekonomian AS ternyata belum pulih juga dan angka pengangguran juga tidak turun banyak. Hal itu menunjukkan bahwa krisis yang terjadi sangat dalam dan masih terus berlanjut. Juga menunjukkan bahwa perekonomian Amerika belum membaik.
- Utang sektor jasa Pemerintah Daerah ….: situs Sky News Arabia menyebutkan pada 11 Agustus 2013 bahwa “beban utang di berbagai kota dan pemerintahan daerah Amerika Serikat dan ketidakmampuan untuk membayarnya menyebabkan bangkrutnya 41 kota selama dua tahun”. Itu artinya, bahwa sejumlah kota Amerika tidak berhasil mengatasi akibat krisis finansial glogal hingga hari ini. Hantu kebangkrutan itu mulai menghantui kota-kota Amerika setelah negara bagian Detroit menyampaikan permintaan pengumuman kebangkrutannya secara resmi pada akhir Juli lalu karena tidak mampu membayar utangnya yang mencapai sekitar 18 miliar dolar. Pengumuman bangkrut itu merupakan jalan terakhir bagi pemerintahan daerah dan kota untuk melindungi diri dari kreditor. Dangan arti lain, lari dari fakta dan mencari jalan keluar paling mudah. Sesuai statistik the American Bankruptcy Institute, selama periode antara tahun 2007 dan 2011 terjadi lebih dari 40 kali kebangkrutan kota dan pemerintahan daerah, artinya 8 kebangkrutan pertahun”. Laporan berita ini menampakkan bahwa kondisi kebangkrutan kota selama dua tahun terakhir antara tahun 2011 dan 2013 lebih tinggi dari pada saat puncak krisis, sebelum dan sesudahnya. Hal itu memicu keraguan terhadap ucapan adanya perbaikan kondisi perekonomian Amerika.
- Utang pemerintah: menteri keuangan Amerika Jacob “Jack” Lew pda tanggal 26 Agustus 2013 dalam suratnya kepada Kongres dia telah memperingatkan bahwa “langkah-langkah tidak biasa (extraordinary measures) yang diimplementasikan pada Mei lalu untuk menjauhkan ketidakmampuan pemerintah membayar utangnya akan berakhir pada petengahan Oktober. Ia mendorong Kongres untuk memperpanjang hak pemerintah dalam berutang” (situs al-Quds, 27/8/2013). Menteri keuangan Jacob “Jack” Lew dalam suratnya kepada Kongres itu menekankan: “pemerintah Amerika akan kehilangan sumer-sumber pemasukan yang diperlukan untuk membayar utangnya yang jatuh tempo pada 15 Oktober tahun ini jika plafon utang negara tidak dinaikkan lebih dari plafon yang diperbolehkan sekarang yaitu 16,7 triliun dolar”. Ia memperingatkan: “malfungsi mungkin akan terjadi di pasar finansial dan perekonomian akan terpuruk pada kondisi plafon utang negara tetap dipertahankan pada angka saat ini”. Ia menambahkan, “tugas Kongres adalah menjaga kepercayaan Amerika Serikat, sebab tidak ada institusi lain yang memiliki wewenang menaikkan plafon utang negara” (situs Russia Today, 28/8/2013). Artinya utang Amerika Serikat telah sampai pada batas tertinggi yang diijinkan yaitu 16,7 triliun dolar. Meski demikian, Amerika Serikat masih meminta plafon itu dinaikkan agar bisa memenuhi kewajiban-kewajibannya!
Inilah potret
kondisi Amerika dimana utang melonjak naik dan memilih untuk menaikkan
plafon utang agar bisa membayar belanja-belanjanya, untuk mengatasi
defisit serta menghalangi ambruknya perekonomian. Potret ini tidak
menunjukkan bahwa kondisi perekonomian Amerika telah membaik dan bahwa
perekonomian Amerika telah keluar dari krisis.
Kedua, Uni Eropa.
- Angka pengangguran: Direktur IMF
Christine Lagarde menyebutkan “angka pengangguran di Spanyol dan Yunani
mencapai 27% (Euronews, 26/6/2013). Dia juga menyatakan pada tanggal 3
Mei 2013 bahwa: “pengangguran di 17 negara Euro mencapai 12 persen pada
Februari dan Januari yang mengalami kenaikan dari angka yang diprediksi
sebelumnya 11,9 persen, seperti disebutkan oleh statistik Kantor Uni
Eropa di Luxembourg hari ini. Komisi Eropa memprediksi angka
pengangguran di Uni Eropa yang terdiri dari 17 negara pada tahun 2013
bisa mencapai 12,2 persen, meningkat dari 11,4 persen pada tahun 2012.
Dan diprediksi pada tahun 2014 angka pengangguran mencapai 12,1 persen”.
Olli Rehn, wakil presiden Komisi untuk urusan ekonomi dan moneter dan
Euro mengatakan, “dalam pemandangan resesi yang berlanjut, kita harus
melakukan apa saja yang kita bisa untuk mengatasi krisis pengangguran di
Eropa”.
Raymond Torres, Direktur the International Institute for Labour Studies di International Labour Organizatipon (ILO) menyatakan, “jika tidak diambil kebijakan yang jelas, maka ada bahaya dari krisis resesi di pasar tenaga kerja di Eropa bisa berakibat banyak orang terjebak dalam pengangguran jangka panjang atau terlempar dari pasar tenaga kerja. Penting juga diadopsinya kebijakan untuk menggerakkan pertumbuhan khususnya di kawasan Euro pada kondisi perusahaan kecil tidak diberi kredit lunak. Maka tidak mungkin akan terjadi rekoveri pasar tenaga kerja di Eropa”. (Euronews, 3/6/2013). Euronews menambahkan “organisasi harus menggarisbawahi bahwa pada lima tahun lalu angka pengangguran jangka panjang telah mencatatkan peningkatan hampir dua pertiga. Euronews menjelaskan adanya keperluan 30 juta lapangan kerja baru untuk mengembalikan angka kerja ke 56 persen, tingkat yang ada sebelum krisis”. - Belanja sosial: situs Euronews pada tanggal 30/8/2013 melansir bahwa “negara-negara Skandinavia yang sekian lama membanggakan diri sebagai Welfare State, perekonomiannya melemah tidak lagi mampu menanggung beban biaya untuk memberikan pelayanan yang dituntut oleh warganya. Hal itu sesuai pernyataan menteri keuangan Denmark Bjarne Corydon. OECD baru saja mengkalkulasi belanja anggotanya bahwa Perancis memiliki belanja sosial paling tinggi mencapai 33 persen dari GDP, berikutnya Denmark 30,8 persen, lalu Belgia 30,7 persen, Finlandia 30,5 persen dan Swedia 28,6 persen.” Semua angka itu merupakan angka yang rendah tidak mencukupi keperluan warga negara-negara itu secara penuh … kecuali Jerman dimana belanja sosialnya bisa diterima sampai pada tingkat tertentu … Ini berkaitan dengan negara-negara yang terkuat belanjanya, lalu bagaimana dengan negara-negara Eropa lainnya?
- Utang: situs Euronews pada 22/7/2013 melansir bahwa “angka statistik menyebutkan bahwa kawasan Euro terus jatuh lebih dalam ke kubangan utang pada kuartal pertama tahun ini meski telah dilakukan langkah-langkah pengetatan finansial untuk memperbaiki neraca pemerintah, dimana Yunani, Italia dan Portugal memiliki rasio utang paling tinggi terhadap GDP sementara Luxembourg dan Estonia yang paling rendah”. Juga disebutkan, “sejumlah negara blok mata uang tunggal Eropa terjebak dalam resesi, dengan angka pengangguran mencapai rekor dan prospek rekoveri ekonomi begitu rapuh. Untuk membantu agar ekonomi tumbuh, pemerintahan Eropa telah memutuskan memperlambat pengetatan fiskal dengan jalan cepat menaikkan biaya utang seperti yang ditakutkan investor bahwa utang yang sangat besar menghancurkan prospek mereka mendapatkan kembali uang mereka. Langkah-langkah pengetatan fiskal berperan dalam mengekang pertumbuhan ekonomi yang bersandar pada belanja pemerintah dan pada saat yang sama peningkatan pajak akan mencekik konsumsi dan investasi”. Penting disebutkan bahwa sejumlah negara Uni Eropa berutang ketika bergabung dengan Uni Eropa, sampai tingkat utangnya melampaui skala perekonomiannya. Ketika krisis sampai ke Eropa, sejumlah negara Uni Eropa pada posisi tidak mampu memayar utangnya sebelum krisis. Perlu diketahui bahwa negara berpengaruh dalam perekonomian Eropa pada tingkat pertama adalah Jerman. Jerman berhasil memaksakan kebijakan pengetatan dengan mengurangi belanja pemerintah dan menurunkan utang negara-negara Uni Eropa. Jerman memaksakan kebijakan itu terhadap kawasan Euro di Uni Eropa, berlawanan dengan Amerika yang mengadopsi kebijakan memompa uang dan menambah utang.
Begitulah, berbagai
pernyataan dan laporan itu menunjukkan bahwa perekonomian di Eropa
tetap menderita akibat krisis dan belum bisa keluar dari krisis dan
masih terus berada dalam kondisi resesi. Dan berikutnya maka tidak
terjadi perbaikan perekonomian yang menyolok.
Ketiga, Cina
Perekonomian Cina masalahnya berbeda. Para analis ekonomi Cina
menyebutkan bahwa “bertambahnya pertumbuhan ekonomi banyak bertumpu pada
sektor ekspor dan investasi dan tidak bertumpu pada konsumsi dalam
negeri. Dengan begitu, rakyat kebanyakan tidak merasakan secara dalam
sejauh mana naiknya tingkat taraf kehidupan mereka”. Pasar dalam negeri
Cina masih sangat lemah. Pasar dalam negeri itu tidak menjadi ukuran
dan tidak berpengaruh pada perekonoian negara-negara lain. Perekonomian
Cina pada tingkat pertama bertumpu pada ekspor ke pasar Amerika
disamping investasi timbal balik dengan Amerika baik dengan jalan Cina
membeli saham dari perusahaan Amerika sebanyak miliaran dolar atau
membeli surat utang pemerintah Amerika yang mencapai satu triliun
dolar. Demikian juga perusahaan-perusahaan Amerika melakukan investasi
di dalam negeri Cina. Pun cadangan devisa Cina dalam bentuk dolar
mencapai lebih dari tiga triliun dolar. Cina bukanlah pilar dunia
kapitalisme. Akan tetapi Cina menjadi pengikut dunia kapitalisme
melalui pengadopsian jalan kapitalisme dan keterkaitannya dengan
perekonomian Amerika. Jadi Cina adalah pengikut kebijakan-kebijakan
perekonomian Amerika. Dan dengan cepat Cina bekerja mengimplementasikan
keputusan-keputusan ekonomi yang dipimpin oleh institusi-institusi
kapitalisme global yang ada di bawah pengaruh Amerika. Cina tidak mampu
mendeklarasikan dirinya sebagai negara kapitalis dan bekerja memimpin
perekonomian kapitalisme. Sebab Cina mendeklarasikan diri secara resmi
dan tradisi merupakan negara sosialisme komunisme. Cina berusaha
menjaga potret ini secara resmi karena khawatir kehilangan entitasnya
yang independen. Juga karena takut para pelaksana negara dan mereka
mengadopsi ide komunisme, mereka takut kehilangan keistimewaan mereka.
Maka orang-orang komunis itu dan partai mereka malu untuk menerapkan
sistem kapitalisme dan menjaga keterkaitan dengan perekonomian Amerika
pilar kapitalisme. Maka dalam waktu dekat Cina tidak mungkin melepaskan
diri dari kebijakan ini dan bisa memimpin dunia kapitalisme sehingga
Cina berpengaruh pada perekonomian global. Dari sini, ketika kita
membahas krisis finansial kapitalis yang berpengaruh pada dunia, kami
fokuskan pada Amerika pada tingkat pertama, lalu Eropa pada urutan
kedua. Dunia yang dikontrol oleh sistem kapitalisme saat ini yang
berpengaruh secara ekonomi dua pihak: pertama, Amerika dan kedua Eropa.
Keempat, Perekonomian Negara-Negara Lain:
Perekonomian negara-negara lain yang memiliki pengaruh kecil dalam kontrol pada perekonomian internasional:
Jepang utangnya mencapai 245 persen dari GDP menurut angka
IMF yang baru-baru ini meminta Jepang menetapkan rencana neraca jangka
menengah yang kredibel untuk membatasi utang yang menumpuk itu. Fakta
bahwa lebih dari 90 persen kreditor adalah orang Jepang sendiri tidak
akan mengecilkan dampak utang yang menumpuk itu …”. Pemerintahan Jepang
telah mengumumkan pada 8/8/2013 tekadnya untuk memangkas sekitar 85
miliar dolar dari belanja umum selama dua tahun. Artinya, itu berbeda
dengan apa yang dituntut oleh kebijakan stimulus Jepang …
Rusia menerapkan sistem kapitalisme di dalam negeri
dan bekerja meniru barat dalam penerapannya dan dalam hal pembentukan
insitusi-institusi ekonomi dengan negara-negara lain tanpa memiliki
kemampuan melakukan inovasi. Oleh karena itu, Rusia membentuk
organisasi ekonomi dengan negara-negara yang menjadi pengikutnya seperti
Penyatuan Kepabeanan yang dibentuk bersama Belarus dan Kazakhstan tahun
2010, didorong oleh cara Uni Eropa… Diatas semua hal, perekonomian
Rusia mengikuti sistem kapitalisme yang dikomandani oleh barat. Rusia
bekerja untuk berjalan disitu dan menerapkan keputusan-keputusan barat
serta meniru negara-negara kapitalis dalam mengadakan berbagai
organisasi ekonomi. Oleh karena itu, Rusia dari sisi ini bukanlah
penggerak bagi perekonomian global, akan tetapi justru lebih banyak
terpengaruh oleh perekonomian kapitalisme barat daripada pengaruhnya
secara efektif.
Adapun kelompok negara BRICK sisanya “Brazil, India dan Afrika Selatan” dan negara-negara berkembang lainnya
Meksiko dan Turki … semuanya tidak memiliki pengaruh yang signifikan
dalam perekonomian global. Akan tetapi justru menjadi pengikut
perekonomian barat secara langsung dan terkait dengan pasar finansial
Amerika dan Eropa. Sebagian dari negara-negara itu bertumpu secara
utama pada utang untuk meningkatkan pertumbuhan seperti Turki dan bukan
bertumpu pada perekonomian riil. Karena itu, peningkatan konsumsi di
negara itu dengan bertumpunya masyarakat pada berutang. Demikian juga
institusi-institusi negara, swasta dan korporasi. Sebagian negara
lainnya, di stu korupsi menyebar luas seperti India dan terjadi capital
out flow. Jadi perekonomian negara-negara ini tidak stabil dan tidak
bertumpu pada sumber-sumber riil perekonomian. Brazil dan Afrika
Selatan memiliki pengaruh ekonomi di regionalnya, yakni di Amerika
Selatan dan di Afrika dan bukan pada pergerakan perekonomian global.
Perekonomian-perekonomian
ini secara akumulatif tidak banyak berpengaruh pada munculnya
krisis-krisis atau hilangnya krisis-krisis tersebut.
Kelima, adapun
tentang angka-angka dan keterangan-keterangan yang diumumkan maka itu
diletakkan seperti yang diinginkan oleh institusi-institusi ekonomi di
negara yang mengeluarkan keterangan-keterangan itu …
- Pertumbuhan tahun 2013 yang disebutkan oleh Amerika Serikat pada faktanya disebabkan berubahnya metode pengukuran perekonomian yang dilakukan oleh pemerintah Amerika. Pemerintah Amerika mengubah metode pengukuran pertumbuhan ekonomi. Hal itu dengan jalan memasukkan kepemilikan intelektual dalam perekonomian semisal produksi musik, hak patenproduksi obat dan property … Perubahan ini menyebabkan pertambahan 370 miliar dolar dalam perekonomian yang merepresentasikan peningkatan 2,5 persen. Meski demikian, perekonomian Amerika Serikat tetap berjuang demi pertumbuhan pada saat warga Amerika mengurangi belanja mereka. Oleh karena itu, laporan-laporan yang memberi pengertian bahwa resesi telah berakhir kembali kepada metode dilansirnya angka-angka statistik itu, dan itu adalah direkayasa dan bukan senyatanya.
- Adapun data-data yang keluar dari para pejabat Eropa maka itu juga tidak berasal dari pertumbuhan yang terus menerus. Data-data yang diumumkan itu hanyalah estimasi awal dan belum mencakup seluruh Eropa. Mereka tidak memasukkan negara-negara yang secara ekonomi menderita seperti Irlandia dan Yunani. Data-data yang dikeluarkan itu hanya estimasi yang dikumpulkan oleh Kantor data Eropa – Eurostat yang bersandar pada data-data yang diberikan oleh kantor-kantor statistisk nasional yang mengumpulkan data dengan cara yang berbeda-beda dan banyak bertumpu pada kajian-kajian statistik dalam pengestimasian awal pertumbuhan. Biasanya dilakukan peninjauan beberapa kali terhadap estimasi-estimasi itu. Kantor statitistik Jerman menunjukkan bahwa peninjauan ulang bisa dilakukan hingga setelah empat tahun dari pengestimasian awal sebab data-data tambahan diperhatikan. Oleh karena itu dengan memperhatikan cacat-cacat pendataan, maka secara riil tidak mungkin mengatakan bahwa situasi di Eropa telah membaik.
- Adapun terkait Cina secara khusus, maka di sana selalu Ada pertanyaan-pertanyaan dan keraguan seputar data-data yang dikeluarkan oleh Cina seputar perekonomiannya. Cina adalah negara besar dan merupakan tanah paling luas dan penduduknya terbanyak di dunia. Pengumpulan informasi-informasi seputar kenaikan perekonomiannya merupakan kerja yang sangat besar …
Yang memicu keraguan pada diri pengamat bahwa Cina mengeluarkan data
GDP pada minggu ketiga bulan Januari lalu. Dan adalah sulit pemerintah
Cina bisa mengatur perkara produksi nasional secara sempurna selama tiga
minggu saja! Hal itu membuat adanya tudingan bahwa data-data Cina pada
faktanya adalah apa yang diinginkan untuk diketahui dunia tentang
kondisi perekonomiannya!
Keenam, kesimpulan
Krisis finansial global belum berakhir sama sekali. Akibat-akibatnya
masih tetap ada dan terus diatasi dengan penggelontoran uang seperti
yang dilakukan oleh Amerika atau dengan pengetatan fiskal seperti yang
dilakukan oleh Jerman di Eropa. Amerika menggelontorkan uang di pasar
sebesar 85 miliar dolar per bulan. Artinya uang itu diberikan kepada
korporasi-korporasi agar tetap hidup. Sementara Eropa mengadopsi
kebijakan pengetatan. Ini adalah bukti bahwa krisis masih tetap ada dan
bahwa perekonomian belum berjalan secara wajar tanpa adanya intervensi
dan bantuan-bantuan negara, seolah-olah perekonomian bernafas dengan
pernafasan buatan. Perlu diketahui bahwa intervensi negara menyalahi
sistem kapitalisme, dimana sistem ini menyatakan pembebasan pasar dari
cengkeraman kekuasaan. Jadi negara tidak boleh mengintervensi pasar
untuk menyelamatkan korporasi-korporasi dan lembaga-lembaga keuangan
atau membatasi pergerakan pasar. Jadi disitu harus ada kebebasan
total. Dan sistem kapitalisme menyatakan bahwa pasar mengatasi problem
dengan dirinya sendiri. Jadi menurut doktrin kapitalisme intervensi
menghambat kemajuan, dimana yang kuatlah yang bisa bertahan.
Korporasi-korporasi yang tidak mampu bekerja wajib digugurkan dan
digantikan oleh korporasi lainnya yang bisa bekerja. Sehingga tidak
tersisa di pasar kecuali korporasi-korporasi yang mampu bersaing.
Begitulah kemajuan ekonomi terjadi dan bekerja secara bebas menurut teori kapitalisme yang dibohongi oleh fakta dan ditolak oleh tindakan-tindakan negara-negara kapitalis sendiri.
Sebab-sebab krisis dan sumber-sumber problem tidak diselesaikan dan
tetap ada tersimpan pada sistem kapitalisme. Pada setiap kesempatan
bisa jadi terjadi kemunduran seperti orang sakit yang menderita
penyakit-penyakit yang diberi diagnosa-diagnosa yang menunjukkan
kesehatannya membaik terkait ini dan ini dan ternyata dengan cepat
dikeluarkan diagnoasa lain yang mengatakan sebaliknya lalu dia diberi
obat pereda sakit dan suntikan agar tetap hidup akan tetapi terus
menderita sakit dan nyeri yang tidak berhenti …
Begitulah, perekonomian global belum membaik dan krisis masih tetap
ada. Problem-problem tetap ada dan akan tetap ada selama sistem
kapitalisme tegak. Akibatnya kemiskinan dan kepapaan melanda miliaran
orang. Kekayaan tersia-siakan sebelum bisa sampai ke masyarakat dan
mereka manfaatkan pada saat terdistribusi kepada mereka. Jadi kesusahan
dan penderitaan menerpa banyak orang. Dan sebaliknya segelintir
pemilik modal mengangkangi sebagian besar kekayaan. Karena sebab itulah
maka krisis akan tetap ada seperti gunung berapi yang kadang meletus
dan kadang reda, akan tetapi di dalamnya magma tetap bergolak. Dari
sini, kita bisa katakan bahwa tidak ada solusi hakiki kecuali dalam
Islam yang memandang problem ekonomi adalah pada masalah pendistribusian
kekayaan secara benar, dan pemberian kemungkinan kepada setiap individu
untuk memanfaatkan kekayaan dan meraih bagiannya dari kekayaan itu
serta menghalangi terkonsentrasinya kekayaan di saku orang-orang
tertentu saja. Dan masyarakat tidak dipandang secara akumulatif bahwa
disana ada harta dan kekayaan dengan nilai sekian sehingga bagian
individu sekian padahal pada faktanya itu bukan bagian individu-individu
akan tetapi hanya bagian dari segelintir kecil orang!
Kita memohon kepada Allah SWT agar pemerintahan Islam kembali,
al-Khilafah ar-Rasyidah, sehingga terwujudlah kemakmuran dan
ketenteraman serta kehidupan perekonomian yang sehat bukan hanya bagi
umat Islam, akan tetapi kebaikan meliputi seluruh penjuru dunia. Dan
Allah SWT Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.
3 Dzulqa’dah 1434 H
9 September 2013 M
Posting Komentar untuk "[Jawab Soal] Apakah Krisis Finansial Global Telah Berakhir?"