Ada Kemanusiaan Selektif di Balik Peristiwa Paris
Dunia kembali gempar karena serangan teror di Paris. Nyaris semua media menjadikannya topik terpanas beberapa hari ini. Penyerangan di Gedung Konser Bataclan tersebut menewaskan sekitar 130 orang dan ratusan orang luka-luka. Para pelakunya diketahui juga meninggal di tempat. Sebagian pelaku memegang paspor Mesir, Suriah, dan 4 pelaku lain teridentifikasi sebagai warga Prancis sendiri. Tak berapa lama serangan tersebut diklaim sendiri oleh pihak ISIS.
Presiden Prancis Francois Hollande mengerahkan pasukan militer ke wilayah Paris dan sekitarnya untuk menjaga keamanan. Dia juga memerintahkan penutupan seluruh area Paris dan sekitar dengan alasan keamanan. Dia mengimbau rakyat tetap waspada menghadapi situasi terkini. Para Penguasa berbagai negeri di dunia pun seakan latah. Dengan cepat menuduh, mengutuk, mengecam pelaku penyerangan ini. Tak terkecuali Presiden Jokowi.
Namun cepatnya respon Presiden Jokowi dan penguasa di berbagai belahan dunia patut dipertanyakan. Terhadap bom Prancis mereka langsung menyatakan bela sungkawa dan mengutuk, bahkan mengecam pelakunya, namun mengapa untuk Suriah dan negeri muslim lainnya yang nyata-nyata diperangi amerika, Prancis, Rusia dan sekutunya, mereka justru bungkam? Demikian pula terhadap tindakan brutal penjajah Yahudi di Palestina yang jelas-jelas di depan mata, mereka justru diam?
Kalau di Prancis itu hanya sekali-kali, sedangkan di Suriah itu setiap hari. Pesawat Rusia juga terus-terusan membombardir, targetnya ngawur, warga sipil tak berdosa juga menjadi korbannya. Di antaranya tak sedikit anak-anak dan wanita. Bahkan bukan hanya ratusan tetapi ratusan ribu kaum Muslimin dibantai Amerika dan sekutunya.
Jangan jauh-jauh dengan yang di Suriah, dengan nasib umat Islam yang dibantai di Myanmar saja Jokowi diam. Maka apa yang dilakukan Jokowi itu patut dipertanyakan, solidaritas dia terhadap sesama Muslim. Mengapa kepada orang-orang kafir begitu pedulinya tetapi kepada sesama Muslim tak nampak rasa kepeduliaannya?
Mengecam serangan di Prancis dan bungkam terhadap serangan atas ribuan kaum muslimin yang jauh lebih brutal, ini merupakan tindakan yang tidak adil. Jelas hal ini merupakan kesadaran dan kemanusiaan yang selektif alias pilih-pilih.
Mengambil Untung di Balik Peristiwa Prancis
Kita semua sudah paham bahwa Baratlah yang sekarang ini menguasai media massa, baik cetak maupun elektronik, termasuk internet. Sebab itu, opini dunia adalah opini yang sesuai dengan kepentingan Barat.
Tragedi Paris yang menjatuhkan korban ratusan penduduk sipil adalah tindakan yang ditolak baik oleh Muslim di Barat maupun di seluruh dunia sebagaimana hal tersebut diharamkan dalam Islam. Tidak dipungkiri pemerintah Barat akan mendapat keuntungan atas serangan ini. Mereka akan (bahkan dalam waktu sekejap ‘telah’) menggunakannya sebagai tongkat pemukul pada seluruh komunitas muslim, yaitu berupa pengawasan ketat dan kebijakan counter-extremism. Hal ini digunakan bukan untuk mencegah serangan teror berikutnya, namun untuk membungkam muslim dari perlawanannya terhadap kebijakan luar negri Barat yang destruktif terhadap negeri-negeri muslim, mencegah muslim untuk mendukung penegakan kembali Khilafah Rasyidah yang shahih, dan untuk menekan muslim agar meninggalkan nilai-nilai keislaman dan mengambil nilai sekuler Barat.
Terbukti, tak lama setelah terjadinya aksi teror, beberapa lokasi pengungsian warga Suriah yang ada di Perancis dikabarkan terkena serangan. Lewat media sosial, para muslimah yang ada di Eropa pun mengaku ketakutan akan adanya serangan Islamopobia terhadap mereka yang dilakukan radikalis kanan maupun kiri seperti yang sudah-sudah. Islam dan umatnya jelas-jelas tidak akan diuntungkan oleh adanya serangan tersebut.
Sehingga, layak jika peristiwa ini dikatakan sebagai WTC new version. Kita tentu masih ingat peristiwa runtuhnya gedung WTC, yang berdampak “seolah wajar Amerika meluncurkan aksi serangan balik terhadap umat Islam yang mereka sebut sebagai war on terorism”. Begitu pula serangan di Paris ini. Akan kita saksikan bahwa akhirnya barat “seakan legal di mata dunia” untuk melakukan serangan balik terhadap umat Islam di berbagai penjuru dunia. Inilah modus yang super tega menjadikan tumbal-tumbal manusia tak bersalah demi Islamophobia.
Semoga Allah menjaga komunitas Muslim di Barat agar tetap kuat dalam kondisi sulit ini dan ujian-ujian lainnya yang akan datang. Semoga Allah menguatkan iman dan keberanian kaum muslimin sehingga mereka tidak meninggalkan satu pun kewajiban atau keyakinan mereka, termasuk berdakwah melawan penjajahan ummat secara global yang disebabkan oleh kependudukan Barat; juga mendukung seruan terhadap penegakan kembali Khilafah Rasyidah yang akan mencabut intervensi kolonial di negeri-negeri muslim - yang merupakan sumber terorisme sesungguhnya. Aamiin. Allahu a’lam bish shawaab. [Kholila Ulin Ni’ma (Alumni Pascasarjana IAIN Tulungagung] [www.visimuslim.com]
Posting Komentar untuk "Ada Kemanusiaan Selektif di Balik Peristiwa Paris"