Motif Jember Menjadi Kota Wisata Religi
Oleh: Puput Hariyani, S.Si
(Warga Kota Jember)
Kota yang satu ini memiliki anugerah kekayaan yang luar biasa besarnya. Mulai dari kekayaan alam, keunikan seni dan budaya lokal, tempat wisata lengkap; wisata alam, wisata bahari, wisata sejarah, wisata pendidikan hingga wisata religi. Letaknya tidak jauh dari gunung gumitir yang menjadi penghubung kota ini dengan kota Banyuwangi. Jember dikenal juga dengan sebutan kota seribu pesantren. Penyebutannya sebagai kota seribu pesantren juga tidaklah berlebihan karena kota ini terbilang sangat religious. Terbukti banyak pesantren yang dibangun di kota ini, memiliki jumlah kyai yang jauh lebih banyak dari jumlah desa dan kelurahannya, kepatuhan pada sosok kyai-pun tidak saja dilakukan saat beliau masih hidup tetapi meskipun sudah wafat mereka tetap menaruh hormat. Selain itu letaknya yang strategis secara geografis terletak di jalur tengah dan berbatasan langsung dengan kabupaten lain, menjadikan Jember sebagai kota yang berpotensi menjadi kawasan tujuan wisata baik regional maupun mancanegara. Untuk itulah, potensi wisata di Jember terus dikembangkan.
Pengembangan potensi wisata di Jember sendiri bukanlah tanpa filosofi. Pasalnya, hal ini sebagai respon terhadap UU.NO.32 tahun 2004 tentang otonomi daerah. Dalam undang-undang ini memberi kewenangan yang luas kepada daerah, Kabupaten/kota (termasuk Jember) untuk menggali, mengeksplorasi, mengembangkan dan mengelola berbagai potensi yang dimilikinya sebagai modal pembangunan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat tanpa harus bergantung pada pemerintah pusat. Nah, salah satu sektor yang strategis untuk dikembangkan adalah pariwisata, yakni sektor yang potensial untuk mendatangkan devisa dari penghasilan non-migas dan dapat memberikan efek kontributif terhadap bidang yang lainnya, seperti menciptakan dan memperluas lapangan usaha dan pendapatan masyarakat serta pemerintah, mendorong pelestarian local culture dan national culture serta pelestrian lingkungan hidup.
Dengan berbekal salah satu keunikan budayanya yang religious paternalistik, maka wisata religi Jember menjadi salah satu target untuk dikembangkan. Selaras dengan pernyataan wakil Bupati Jember Abdul Muqid Arif, “Pemerintah Kabupaten Jember berkomitmen untuk mengembangkan potensi wisata religi di Kabupaten Jember, seperti pondok pesantren dan makam ulama besar” (Kissfmjember). Bahkan ke depan Pemkab akan mengembangkan wisata religi masing-masing kecamatan. Pondok pesantren yang terpilih untuk dijadikan destinasi wisata religi diantaranya, pondok pesantren al qodiri, al falah silo, dll. Begitupun makam para kyai seperti makam Habib Sholeh bin Muhsin Al-Hamid Tanggul, Mbah Siddiq Condro, Mbah Nur Kemuning Lor, KH Ali Wafa Tempurejo, KH Misrai Ledok Ombo, KH Hafidz Nogosari, KH Chotib Curah Kates, KH Umar Sumber Bringin, dll, pada moment tertentu terdapat banyak peziarah mengunjunginya dan bukan tidak mungkin ke depan akan didaulat menjadi tempat wisata religi.
Motif Pengembangan Wisata Religi
Pengembangan wisata religi oleh Pemkab Jember bisa jadi dalam rangka untuk semakin meningkatkan level kecenderungan masyarakat agar lebih dekat dengan agamanya. Namun, jika mengacu pada UU NO.32 tahun 2004 tentang otonomi daerah, justru pengembangan wisata jauh dari tujuan meningkatkan keyakinan akan kebesaran Sang Maha Pencipta, yakni Allah SWT, tetapi lebih pada tujuan materialistik, penopang ekonomi masyarakat agar mereka bisa mandiri dengan tidak membebani pemerintah daerah dengan demikian pemerintah daerah juga tidak bergantung pada pemerintah pusat, mengundang devisa dari penghasilan non-migas, mendorong para investor untuk menanamkan modalnya dalam pembangunan objek dan daya tarik wisata, usaha sarana akomodasi, usaha jasa biro perjalanan, restoran, rumah makan, hotel serta lain-lain. Terlihat bahwa terdapat upaya menggeser tanggungjawab pemerintah diserahkan secara mandiri kepada daerah lebih-lebih memandirikan masyarakat. Padahal seharusnya semua itu menjadi tanggungjawab pemerintah pusat bukan kemudian dialihkan kepada pemerintah daerah. Wisata Religi juga harus jauh dari masuknya nilai-nilai liberal dengan tidak sembarangan menerima pemikiran asing hingga mengabaikan nilai-nilai Islam sendiri, juga jangan sampai menjadi ajang kemusyrikan di objek-objek wisata lain, misalkan dengan meyakini tempat yang dikunjungi sebagai tempat yang sakral dan diyakini bisa mengabulkan segala permohonan, juga mengunjungi tempat wisata agama lain serta memperkenalkan kepada putra-putri mereka atas nama toleransi. Ataupun menjadi wadah alkuturasi budaya dengan mengompromikan antara nilai-nilai Islam dengan budaya di luar Islam agar Islam terlihat sebagai agama damai atau moderat.
Wisata Religi ala Islam
Islam adalah agama dakwah. Segala sesuatu yang terlahir dari Islam adalah dalam rangka menyebarluaskan kemuliaan Islam. Wisata Religious harus bertujuan mengokohkan keyakinan wisatawan kepada Allah SWT, Islam dan Peradabannya. Bagi wisatawan non-muslim ditujukan untuk menumbuhkan keyakinan akan kebesaran Allah dan sarana untuk menunjukkan keagungan dan kemuliaan Islam, umat Islam serta Peradabannya. Di dalam Islam, tempat wisata bukan untuk kepentingan ekonomi, karena Islam memiliki sumber-sumber pemasukan Negara secara jelas.
Islam menampilkan tempat wisata yang menyimpan sejarah kejayaan Islam hingga membuat wisatawan terperangah salah satunya sebut saja Hagia Sophia yang sangat melegenda atau Blue Mosque yang keindahannya diakui dunia. Juga Istana Topkapi yang letaknya tak jauh dari Hagia Sophia, dengan rangkaian sejarah penakhlukkan Konstantinopel oleh seorang panglima terbaik Sultan Mehmed II (Muhammad Al Fatih) tahun 1453 silam. Istana Topkapi ini menjadi saksi sejarah kejayaan dan kebesaran Islam pada masa Kekhalifahan Utsmaniyah. Bangunan tua ini menjadi saksi betapa kuat dan jayanya Kekhilafahan Islam di bawah Dinasti Utsmaniyah yang wilayah kekuasaannya meliputi Eropa Tenggara, Asia Barat, dan Afrika.
Di Istana ini pula tepatnya Sacred Relics, tempat yang paling ramai dengan antrian yang sangat panjang, wisatawan akan menemukan benda-benda peninggalan sejarah yang sangat berharga bagi umat Islam, barang-barang peningggalan nabi, kita akan dibikin terharu dengan tongkat asli Nabi Musa As yang dulu pernah digunakan untuk membelah laut merah atas kuasa Allah, pedang Nabi Daud, Sorban Nabi Yusuf, pedang para sahabat Rasulullah SAW, kunci Ka’bah, pembungkus Hajar Aswad, pakaian Fatimah Az Zahra dan benda bersejarah lainnya. Wisatawan juga digetarkan dengan lantunan ayat suci Al-Quran yang dibacakan oleh Qori’ semakin menambah syahdu dan religious suasana ruangan ini. Dan Puncak dari keharuan dan ketakjuban adalah kita bisa melihat langsung benda-benda peninggalan Baginda Rasulullah SAW, pedang, jubah, sabuk, busur panah, surat dan stempel. Demikianlah keagungan Islam dan peradabannya yang dikemas sebagai wisata religi mampu tampil sebagai sarana untuk semakin mengokohkan kaum muslim serta menjadikan non–muslim silau dan tunduk akan kebesaran Islam. Wallahu’alam bi ash-showab. [VM]
Posting Komentar untuk "Motif Jember Menjadi Kota Wisata Religi"