Revitalisasi Arah Perjuangan Mahasiswa
Oleh : Taufik Setia Permana
(Departemen Analis Politik dan Pergerakan Mahasiswa, Pena Revolusi Institute)
Perubahan konstelasi politik yang berubah cepat hampir setiap detik, sangat mempengaruhi kajian dan analisa dari gerakan mahasiswa dan secara tidak langsung sangat mempengaruhi kinerja dari gerakan mahasiswa. Secara tidak langsung kemudian timbul sebuah pertanyaan dalam jiwa kita apa yang harus dilakukan oleh gerakan mahasiswa ditengah kancah permainan dan manuver rejim demokrasi ini?
Mahasiswa yang mengemban amanah sebagai agent of change, social control, dan moral force memiliki potensi yang besar dalam rangka meng-counter hegemoni kaum Neolib ini. Potensi intelektual, potensi massa, dan potensi grossrout yang dimiliki sangat bisa digunakan dalam menghadapi pengaruh neolib dengan mengedapankan potensi intelektual yang dimiliki. Disinilah peran lembaga kemahasiswaan menyatukan potensi intelektual yang dimiliki oleh para mahasiswa.
Kekosongan pemikiran yang terjadi pada mahasiswa menyebabkan mereka kebingungan dengan arah pergerakannya. Permasalahan bangsa yang semakin lama semakin kalut membuat rasa keputusasaan pada setiap gerakan mahasiswa.
Melihat realitas sekarang ini, pergerakan mahasiswa sudah mulai mengalami stagnanisasi. Apakah mahasiswa sudah kehilangan identitas? ataukah medan gerak mahasiswa telah terpenjara oleh sistem sehingga memunculkan pragmatisme dan apatisme dikalangan kaum intelektual sendiri.
Efek dari kejenuhan yang luar biasa ini membuat mereka lebih condong dengan sifat bersenang-senang ria, inilah hedonisme hidupnya hanya untuk uang dan ketenangan dunia yang tidak pasti. Pada akhirnya merekalah yang menjadi benteng terdepan pelidung para kapitalisme.
Ingat, mahasiswa sebagai bagian dari masyarakat dengan predikat sosok intelektual sudah seharusnya mengambil bagian dalam upaya meng-counter kapitalisme neoliberal. Dalam dinamika gerakan mahasiswa, sudah tidak terbantahkan lagi bahwa perjuangan melawan rejim yang menindas selalu mewarnai. Adalah hal yang tak mungkin kita sangkal bahwa saat ini, mahasiswa sudah digayuti semangat pragmatisme.
Saat ini, mahasiswa dipaksakan untuk selalu menuruti kebijakan kampus yang sangat jelas tidak berpihak pada kebangkitan berpikir, mahasiswa dilalaikan dengan agenda-agenda kampus, pergerakan mahasiswa yang politis dibelokkan menjadi pergerakan menuntut prestasi yang menguntungkan dirinya sendiri, topi toga yang dianggap sebagai final fight hanya menjadi simbol kebahagian semu. Inilah ironi, ketika banyak kampus berteriak “jangan jadi mahasiswa apatis dan pragmatis” namun faktanya banyak kebijakan-kebijakan kampus yang justru membuat mahasiswa semakin apatis.
Sepertinya Perguruan Tinggi menjadi senjata ampuh untuk membungkam mahasiswa. Keputusan Direktur Jendral Pendidkan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor : 26/Dikti/Kep/2002 menjelaskan bahwa ada larangan organisasi ekstra kampus untuk melakukan praktik politik didalam kampus itu sendiri. Hal ini jelas bahwa yang terjadi adalah adanya pembatasan aktivitas politik yang ada didalam kampus sehingga kampus hanya dijadikan sarang akademis semata. Secara eksplisit yang diuntungkan adalah pihak pejabat kampus karena sangat nampak sekali bahwa aturan itu dibuat hanya untuk mahasiswa bukan untuk para pejabat kampus. Sehingga wajar-wajar saja mereka melakakukan politik praktis untuk merebutkan kursi strategis di jajaran kampus.
Dunia politik menjadi sorotan kerusakan dinegeri ini, bahkan tak habis-habisnya media masa selalu menampakkan permasalahan tanpa memberikan solusi tuntas. Mungkin sudah ribuan masalah diliput, namun pada akhirnya memberikan ending cerita yang lucu dan tidak masuk akal. Sebut saja itu semua masalah politik ala sandiwara cinta. Maka tidak heran ketika banyak permasalahan yang di blow up terus-menerus malah mengantarkan pada titik puncakkeputusasaan terhadap kelakuan para pejabat negara, maka wajar sajamahasiswa akhirnya menggenalisir segala bentuk politik itu busuk.
Partai-partai Islam yang gagal dalam menengahi sumber masalah justru mereka mengikuti pusaran-pusaran kapitalisme. Inilah justru menguatkan mahasiswa untuk berspekulasi bahwa politik itu busuk. Mereka tidak sadar bahwa aktivitas mereka malah memburamkan makna politik yang sebenarnya.
Sistem demokrasi yang bobrok berhasil memburamkan wajah politik yang sebenarnya. Sistem demokrasi menghalalkan segala cara untuk memenangkan kemauan hawa nafsu para kapitalisme. Mereka yang mendukung dan memperjuangkan demokrasi secara tidak langsung masuk ke dalam lingkaran setan. Mereka dipaksa untuk menggelapkan dan menggelembungkan dana hanya untuk kepentingan partai dan lagi-lagi partai hanyalah kendaraan untuk membuka gerbang liberalisasi di negeri ini. Imbasnya, kita disodorkan dengan fakta mulai banyaknya negara imperealis masuk disendi-sendi SDA negeri ini. Jelas keuntungan penuh hanya milik mereka dan penduduk pribumi hanya menjadi babu.
Permasalahan yang kompleks ini semakin membutakan mahasiswa. Mereka semakin tenggelam dengan sifat apatisnya, pada akhirnya penggenalisiran segala bentuk politik secara sepihak, sehingga mereka hanya menarik kesimpulan pada fakta saja. Solusi-solusi yang ditawarkan hanya sebatas solusi pragmatis yang malah meninggikan martabat sistem demokrasi yang jelas bobrok.
Maka penyadaran agar mahasiswa bangkit secara pemikiran dan perasaan, untuk membela kepentingan Islam dan kaum muslimin harus dilakukan. Kesadaran yang dibangun bukan dengan memberikan pendidikan sistematis ataupun pendidikan ala bankir, dimana masyarakat hanya menerima dan dijejali dengan teori tertentu sebagai upaya penyadaran hak sebagai warga negara, namun yang lebih mendasar adalah memberikan penyadaran tentang kebangkitan pemikiran, perasaan dan perbuatan untuk bersedia dipimpin oleh Islam.
Anda menjalani tahun-tahun tanpa keberadaan Daulah Islamiyah. Tujuh puluh satu tahun diantaranya di bawah demokrasi. Maka jangan sampai Anda rela perubahan yang terjadi justru demi kepentingan Amerika atau Eropa. Sesungguhnya dengan itu Anda justru memperpanjang kehidupan yang sempit yang Anda jalani jauh dari syariah Allah. Maka di penghujung era kegelapan kapitalisme ini perjuangkan tegaknya syariah Islam di bawah naungan Khilafah ‘ala minhaj an-nubuwwah. Itulah satu-satunya jalan keberhasilan untuk kaum Muslim di Indonesia, bahkan di seluruh dunia. [VM]
Posting Komentar untuk "Revitalisasi Arah Perjuangan Mahasiswa"