Operasi AS, Israel, dan Turki di Suriah: Jeffrey Sachs Ungkap Peran di Balik Kejatuhan Assad
Ankara, Visi Muslim– Kejatuhan pemerintahan Bashar al-Assad di Suriah menjadi sorotan internasional setelah pengumuman resmi dari Komando Militer Suriah pada Minggu pagi, 8 Desember 2024. Peristiwa ini terjadi setelah ibu kota Damaskus dikuasai oleh kelompok oposisi bersenjata, menandai akhir dari rezim yang telah berkuasa selama 24 tahun. Namun, di balik peristiwa ini, Profesor Jeffrey Sachs, seorang ekonom terkenal, mengungkapkan pandangan yang menarik dalam wawancaranya dengan Piers Morgan.
Dalam wawancara yang sebagian dipublikasikan di jejaring sosial X, Sachs menyatakan bahwa kebangkitan kelompok bersenjata di Suriah bukanlah hasil dari perlawanan spontan, melainkan bagian dari operasi terkoordinasi yang melibatkan Amerika Serikat, Israel, dan Turki. Sachs dengan tegas menyebutkan bahwa langkah ini merupakan bagian dari rencana strategis jangka panjang di kawasan Timur Tengah.
Salah satu fokus utama Sachs adalah peran Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu. Ia menuding Netanyahu telah bekerja selama tiga dekade untuk melemahkan pemerintahan-pemerintahan di Timur Tengah yang mendukung perjuangan Palestina. “Ini adalah bagian dari plot jangka panjang Netanyahu,” ungkap Sachs, menyoroti strategi Israel dalam memanfaatkan situasi geopolitik untuk melemahkan musuh-musuhnya.
Menurut Sachs, Suriah di bawah kepemimpinan Bashar al-Assad telah lama menjadi pendukung kuat perjuangan Palestina, sehingga menjadi target bagi kekuatan internasional yang berusaha mengubah peta kekuasaan di kawasan tersebut. Ia menambahkan bahwa operasi ini dirancang untuk menghancurkan rezim yang dianggap menghambat kepentingan Amerika Serikat dan sekutunya.
Selain itu, Sachs menyoroti peran penting Turki dalam konflik ini. Ia menyebut bahwa Turki memiliki hubungan strategis dengan Amerika Serikat dan Israel yang memperkuat posisinya dalam mendukung kelompok bersenjata oposisi di Suriah. Meskipun demikian, Turki juga memiliki agenda tersendiri yang kerap bersinggungan dengan kepentingan sekutunya.
Dengan keterlibatan ketiga negara tersebut, Sachs menyimpulkan bahwa konflik di Suriah tidak hanya sebatas pergolakan domestik, tetapi juga bagian dari agenda internasional yang lebih luas. Ia memperingatkan bahwa implikasi dari kejatuhan Assad tidak hanya akan dirasakan di Suriah, tetapi juga berpengaruh besar terhadap stabilitas kawasan Timur Tengah, termasuk perjuangan Palestina.
Komentar Sachs ini membuka babak baru dalam analisis tentang konflik Suriah, mengungkap kompleksitas kepentingan geopolitik yang berperan di balik jatuhnya salah satu rezim paling kontroversial di Timur Tengah. [] Nilufar Babayiğit
Posting Komentar untuk "Operasi AS, Israel, dan Turki di Suriah: Jeffrey Sachs Ungkap Peran di Balik Kejatuhan Assad"