Kerusuhan dan Peristiwa di Sudan Selatan: Menyatakan Kebutuhan Umat terhadap Imam yang Melindungi

 



بسم الله الرحمن الرحيم

19/1/2025

Abu Wadhaha News: Kerusuhan dan Peristiwa di Sudan Selatan Menyatakan Kebutuhan Umat terhadap Imam yang Melindungi

Pernyataan dari Hizbut Tahrir Wilayah Sudan

Pernyataan Pers

Kerusuhan dan Peristiwa di Sudan Selatan Menyatakan Kebutuhan Umat terhadap Imam yang Melindungi

Dunia menyaksikan kerusuhan yang pecah di kota Juba, ibu kota Sudan Selatan, yang menargetkan para pengungsi dan warga asal Sudan Utara, sebagai reaksi atas laporan yang menuduh anggota tentara Sudan membunuh warga Sudan Selatan di kota Wad Madani setelah pasukan Sudan merebutnya kembali. Menurut Sudan Tribune, tiga warga Sudan tewas di Juba, sementara tujuh lainnya terluka.

Melalui juru bicara persnya, Martin Minyal, Kantor Presiden Sudan Selatan, Salva Kiir Mayardit, menyerukan penahanan diri dan menghindari tindakan yang dapat meningkatkan ketegangan antara kedua negara, serta menyatakan niat mereka untuk mengambil tindakan segera. Pihak berwenang di Juba juga menambah pasukan militer di pasar-pasar dan memindahkan warga Sudan ke tempat yang lebih aman pada hari Jumat.

Kementerian Luar Negeri Sudan, dalam pernyataannya, menyatakan kekhawatirannya yang mendalam dan meminta seluruh warga Sudan yang berada di Sudan Selatan untuk berhati-hati.

Menyikapi kenyataan ini, Hizbut Tahrir / Wilayah Sudan ingin menjelaskan beberapa fakta berikut:

Pertama: Negara harus menindak kekuatan bersenjata berdasarkan ketentuan syariat Islam, dan harus menghindari pembunuhan terhadap orang-orang yang tidak terlibat dalam pertempuran. Tidak dibenarkan membalas dendam berdasarkan tuduhan, dugaan, atau prasangka. Prinsip syariat adalah bahwa seseorang itu tidak bersalah sampai dibuktikan sebaliknya di pengadilan, dan tidak ada yang boleh disiksa. Siapa pun yang melakukannya harus dihukum.

Kedua: Tidak dibenarkan memperlakukan atau menghakimi orang berdasarkan warna kulit, ras, atau suku mereka. Ini adalah klaim jahiliyah yang tercela dan dibenci oleh Islam, sebagaimana sabda Nabi ﷺ: “Tinggalkan itu karena itu adalah kotoran,” dan beliau ﷺ bersabda: “Siapa yang bersedih dengan cara jahiliyah, maka patutlah dia dipukul dan jangan diberi perhatian.”

Ketiga: Negara wajib melindungi rakyatnya, mempertahankan mereka, dan menyediakan keamanan serta ketenteraman bagi mereka. Ini adalah tanggung jawab setiap pemimpin yang memimpin urusan rakyatnya. Jika tidak, ia akan berdosa dan lalai dalam tanggung jawabnya. Nabi ﷺ bersabda: “Imam adalah pelindung dan dia akan dimintai pertanggungjawaban atas rakyatnya.”

Keempat: Sudan saat ini menjadi arena pertarungan internasional, dan fitnah antara rakyat Sudan Utara dan Selatan jelas dimanfaatkan oleh pihak-pihak tertentu untuk menghidupkan api perpecahan demi meraih kursi kekuasaan meskipun harus melalui mayat rakyat. Ini adalah tindakan yang tidak sah. Allah SWT berfirman: “Adapun buih, maka akan hilang begitu saja, dan apa yang bermanfaat bagi manusia akan tetap ada di bumi.”

Ini adalah kebatilan yang akan dicabut akarnya dari Sudan dengan datangnya Islam yang murni ke kursi pemerintahan, yang akan dilaksanakan oleh Khilafah.

Peristiwa di Sudan Selatan dan dampak perang ini sejak 15 April 2023 menegaskan pentingnya mendirikan Khilafah, yang menjadi benteng yang kokoh dan pelindung yang kuat, sebagaimana sabda Nabi ﷺ: “Sesungguhnya imam itu adalah perisai (pelindung).”

Umat Islam saat ini, tanpa adanya Khilafah, akan terus mengalami bencana demi bencana setiap harinya, dengan kegagalan pemerintah-pemerintah ini untuk menghentikan atau menghadapinya.

Kewajiban umat Islam hari ini adalah untuk mendirikan Khilafah guna melindungi diri mereka, kehormatan mereka, harta mereka, dan yang lebih penting, untuk meraih ridha Allah SWT demi kebahagiaan dunia dan akhirat.

Ibrahim Osman (Abu Khalil)
Juru Bicara Resmi Hizbut Tahrir
Wilayah Sudan

Sumber: Abu Wadhaha News

Posting Komentar untuk "Kerusuhan dan Peristiwa di Sudan Selatan: Menyatakan Kebutuhan Umat terhadap Imam yang Melindungi"