Kurikulum Cinta, Membonsai Islam Berkedok Cinta

 



Oleh: Ainul Mizan (Peneliti LANSKAP)


Kurikulum Cinta digadang-gadang menjadi kurikulum terbaik bagi kehidupan beragama di Indonesia. Menag, Nasaruddin Umar mencanangkan bahwa Kurikulum Cinta yang digagasnya akan memberi warna baru bagi umat Islam di Indonesia. Umat Islam diharapkan bisa mempraktekkan kehidupan beragama yang inklusif dan menghormati perbedaan dalam balutan cinta kasih antar umat beragama. 

Nasaruddin Umar menyatakan dalam prakteknya nanti, Kurikulum Cinta bisa diwujudkan dalam bentuk kegiatan dialog lintas iman, kegiatan sosial dan kampanye perdamaian. Kurikulum Cinta akan diterapkan di sekolah-sekolah yang berada dalam naungan Kemenag. Semangat yang diusung dalam Kurikulum Cinta adalah adanya cinta kasih antar umat beragama. Tidak ada lagi "the claim of truth" (klaim kebenaran) agama tertentu atas lainnya. Semua agama itu benar bagi pemeluknya. Tidak ada satu agamapun yang mengajarkan tindakan kekerasan, tegasnya. Tentunya agama Islam yang menjadi sasaran bidik utama dan yang pertama. 

Betapa tidak! Indonesia ini termasuk negeri mayoritas muslim terbesar. Sementara itu Kurikulum Cinta yang akan dicanangkan berlaku di sekolah-sekolah Kemenag yang mayoritasnya juga sekolah Islam. Jadi Kurikulum Cinta memang intens akan menyasar generasi muslim. Intinya Kurikulum Cinta dijiwai oleh program Moderasi Beragama.

Begitu pula yang menjadi latar belakang dicetuskannya Kurikulum Cinta adalah Deklarasi Istiqlal yang ditandatangani pada 5 September 2024. Imam Masjid Istiqlal, Nasaruddin Umar dan Tokoh Kristen Katolik dunia, Paus Fransiskus ikut menandatanganinya. Hadir pula di forum tersebut tokoh-tokoh lintas agama.

Deklarasi Istiqlal bertumpu pada 2 hal utama. Pertama mengenai ajaran agama yang kerapkali dipandang menimbulkan ketegangan dan dehumanisasi dalam kehidupan. Eskalasi kekerasan yang meningkat seringkali dijiwai oleh agama. Krisis Palestina-Israel membuktikan hal tersebut.

Poin kedua adalah terkait dengan perhatian terhadap lingkungan khususnya perubahan iklim. Umat beragama harusnya peduli terhadap bencana yang menimpa lingkungan.

Jadi terlihat jika Kurikulum Cinta ini dipakai sebagai alat untuk membonsai ajaran Islam. Ajaran Islam tentang iman kafir, Jihad, halal-haram, dakwah dan Khilafah, bisa dipastikan akan dianulir dalam Kurikulum Cinta. Minimal akan mengalami re-interpretasi dengan kondisi faktual yang berlandaskan Sekulerisme ini.

Tidak akan ada yang bisa dihasilkan oleh Kurikulum Cinta dari kemajuan kecuali hanyalah stagnasi dan kemunduran. Kurikulum ini hanya akan menyibukkan diri pada upaya mereduksi Islam dan Apriori terhadap umat Islam yang berusaha konsisten dengan ajarannya. Justru yang luput dari Kurikulum Cinta berupa kejahatan korupsi, mafia hukum dan peradilan, utang luar negeri yang menumpuk, kemiskinan yang tinggi, dekadensi moral remaja, pejabat yang opportunis dan lainnya. Seharusnya Kurikulum pendidikan itu memberikan sumbangsih besar bagi terselesaikannya secara tuntas problem-problem bangsa tersebut. 

Problem bangsa itu bukan radikalisme maupun terorisme. Problem bangsa itu bukan karena umat Islam yang intoleran sehingga memicu kekerasan. So, bila Kurikulum Cinta ini menyasar hal-hal yang bukan merupakan problem faktual bangsa, artinya Kurikulum Cinta telah salah dalam mendiagnosis masalah. Jika sudah salah diagnosis, maka salah juga dalam memberikan solusi. Dengan kata lain, Kurikulum Cinta tidak layak untuk digagas, apalagi diterapkan.

Menempatkan Duduk Persoalan dengan Tepat

Deklarasi Istiqlal menjadi pendorong bagi digagasnya Kurikulum Cinta. Tentang eskalasi ketegangan dan kekerasan yang ditengarai oleh agama, lalu diberi contoh seperti Krisis Palestina-Israel. Tentunya ini salah contoh bila diarahkan untuk umat Islam. 

Berbagai resolusi PBB mandul menghadapi Israel. Lebih tepatnya bila Israel itu melakukan pembantaian demi klaim pada ajaran mereka bahwa Palestina itu dijanjikan untuk mereka. Gerakan Zionis dibentuk di Eropa untuk mewujudkan Negara Israel Raya. Padahal ratusan tahun di Palestina berdampingan damai antara umat Islam, Kristiani dan Yahudi. Hal demikian terwujud hanya dalam naungan Kekuasaan Islam, Kekhilafahan.

Bila umat Islam tidak toleran, tentunya minoritas di negeri-negeri mayoritas muslim akan dibantai habis. Kaum minoritas tidak akan bisa mengenyam angin segar kehidupan yang aman baik dalam beragama maupun bermuamalah.

Adapun poin tentang kerusakan lingkungan. Sesungguhnya karakter Ideologi Kapitalisme itu eksploitatif. Alam menjadi rusak karena SDA dikuras habis tanpa mempedulikan keseimbangannya. Akibatnya kerap terjadi banjir dan tanah longsor. Semuanya terjadi bukan karena agama, apalagi Islam. 

Walhasil yang menjadi musuh Islam adalah Ideologi Kapitalisme dan Komunisme beserta para pengembannya. Kedua ideologi inilah yang menyengsarakan manusia. Jadi esensi dari kampanye Selamatkan Indonesia dengan Syariah dan Khilafah adalah upaya menyelamatkan Indonesia dan juga dunia dari kerusakan yang diakibatkan dari penerapan Ideologi Kapitalisme, termasuk di dalamnya Ideologi Komunisme.

Sedangkan terhadap pemeluk agama lain, maka sikap Islam sudah jelas bahwa tidak ada paksaan memeluk Islam bagi mereka. Kalaupun mereka bersedia memeluk Islam, sebenarnya itu karena akal mereka berpikir untuk mencari kebenaran.

Inilah Islam yang merupakan Risalah Cinta dari Sang Pemilik Alam, Allah Ta'ala. Islam memberikan bukti cinta yang nyata dengan mewujudkan kesejahteraan dan kebahagiaan hidup bagi manusia baik di dunia maupun di akherat.


#18 Maret 2025

Posting Komentar untuk "Kurikulum Cinta, Membonsai Islam Berkedok Cinta"