Tragedi Perang Saudara: Muslimin Bertikai, Musuh Bersorak
Di tengah gempuran berbagai ancaman terhadap dunia Islam, justru muncul fenomena yang memilukan: kaum Muslimin saling berperang satu sama lain. Bukan untuk membela agama atau melawan musuh yang nyata, tetapi atas dasar kepentingan rasial, sektarian, atau nasionalisme sempit. Padahal, musuh sejati umat Islam terus melancarkan agresi di berbagai wilayah, sementara kaum Muslim justru sibuk mengangkat senjata terhadap saudara mereka sendiri.
Dalam unggahan di laman Facebook pribadinya pada Senin, 17 Maret 2025, cendekiawan Muslim asal Lebanon, Ustadz Munzir Abdullah, menyoroti fenomena ini dengan penuh keprihatinan. “Sungguh menyedihkan dan memalukan melihat kaum Muslimin begitu bersemangat dalam berperang melawan saudara mereka sendiri, sementara di saat yang sama mereka mengabaikan ancaman dari musuh yang sesungguhnya,” tulis Ustadz Munzir.
Ia mencontohkan konflik yang terjadi di berbagai wilayah, seperti pertempuran di perbatasan Lebanon-Suriah, Afghanistan-Pakistan, serta perang saudara yang berkepanjangan di Sudan dan Yaman. “Pertumpahan darah ini tidak membawa kebaikan sedikit pun bagi umat Islam. Sebaliknya, ini hanya memperlemah kita dan menguntungkan musuh-musuh kita,” ujar Ustadz Munzir.
Menurutnya, kondisi ini tidak lepas dari peran para penguasa yang zalim. “Mereka menyeret rakyat mereka sendiri ke dalam peperangan yang sia-sia, sementara di saat yang sama umat Islam di berbagai belahan dunia sedang menghadapi agresi dari musuh luar,” tegasnya. Ia menyoroti bagaimana pihak-pihak yang bertikai di perbatasan Lebanon dan Suriah justru mengabaikan ancaman nyata dari Zionis. “Mereka membiarkan musuh mencaplok wilayah mereka tanpa perlawanan berarti, tetapi begitu bersemangat menumpahkan darah sesama Muslim,” kata Ustadz Munzir.
Lebih lanjut, ia mengkritik sikap sebagian orang yang berdalih bahwa negara mereka sudah hancur dan tidak mampu menanggung beban perang, sehingga enggan menghadapi agresi dari luar. “Seakan-akan kita meminta mereka untuk memulai perang besar demi membebaskan Masjid Al-Aqsha, padahal yang kita tuntut hanyalah mempertahankan tanah air mereka sendiri,” tulisnya dengan nada kesal.
Dalam unggahannya, Ustadz Munzir juga mengingatkan bahwa peperangan di antara kaum Muslimin merupakan dosa besar yang dilarang oleh Islam. Ia mengutip firman Allah dalam Surah An-Nisa ayat 93 yang menyebutkan bahwa siapa pun yang membunuh seorang mukmin dengan sengaja, maka balasannya adalah neraka Jahannam, murka Allah, serta azab yang besar. “Allah telah memperingatkan kita dengan tegas. Bagaimana mungkin kita mengabaikan ancaman ini dan tetap membunuh saudara kita sendiri?” katanya.
Selain itu, ia juga mengutip hadis Rasulullah ﷺ yang menyatakan bahwa dua Muslim yang saling menghunus pedang akan masuk neraka, baik yang membunuh maupun yang terbunuh, karena keduanya memiliki niat untuk saling membunuh. “Ini adalah peringatan keras dari Nabi ﷺ. Tidak ada justifikasi bagi kita untuk saling membunuh!” tegasnya.
Ustadz Munzir menambahkan bahwa perang saudara ini tidak hanya merugikan umat Islam secara militer dan ekonomi, tetapi juga memperparah perpecahan internal yang semakin melemahkan persatuan umat. “Di saat kita seharusnya bersatu menghadapi musuh eksternal, kita justru sibuk bertikai satu sama lain. Ini adalah kebodohan yang harus segera dihentikan,” ujarnya.
Di akhir tulisannya, Ustadz Munzir menegaskan bahwa selama umat Islam tidak memiliki pemerintahan Islam yang adil dan bertakwa kepada Allah, mereka akan terus menjadi korban dari kebodohan dan pengkhianatan. “Tanpa kepemimpinan yang benar, darah kita akan terus tertumpah sia-sia, dan negeri-negeri kita akan hancur demi kepentingan penjajah kafir,” pungkasnya. Ia menyerukan agar kaum Muslimin menyadari jebakan yang mereka hadapi, meninggalkan pertempuran internal, dan bersatu melawan musuh yang sesungguhnya. [] G3s
Posting Komentar untuk "Tragedi Perang Saudara: Muslimin Bertikai, Musuh Bersorak"