Keteguhan Hati Seorang Pemimpin
Ilustrasi |
Seorang shahabat besar, ‘Abdullah bin Rawahah ra pernah diutus oleh Nabi saw untuk menaksir hasil buah kurma di Khaibar; wilayah yang mayoritas penghuninya adalah orang-orang Yahudi. Saat itu, wilayah Khaibar baru saja masuk ke dalam wilayah Islam. Nabi saw memutuskan tanah Khaibar tidak dibagi-bagikan kepada kaum Muslim, namun, menjadi harta fai’ atas seluruh kaum Muslim. Oleh karena itu, orang-orang Yahudi tetap diperkenankan bermukim di sana dan menggarap tanahnya dengan kewajiban menyerahkan kharaj (hasil bumi) kepada Nabi Mohammad saw. Waktu itu, Nabi saw memutuskan hasil bumi tanah Khaibar dibagi menjadi dua, separoh untuk kaum Muslim, dan separoh untuk penggarapnya (orang-orang Yahudi).
Tatkala Abdullah bin Rawahah ra menjalankan tugasnya, orang-orang Yahudi mendatanginya dengan membawa berbagai macam perhiasan yang dikumpulkan dari isteri-isteri mereka. Mereka berkata kepada ‘Abdullah bin Rawahah, “Perhiasan ini untuk anda. Namun, ringankanlah kami dan berikan kepada kami bagian lebih dari separoh!” Mendengar perkataan ini, ’Abdullah bin Rawahah murka seraya berkata, ”Hai kaum Yahudi! Demi Allah, kalian adalah manusia-manusia hamba Allah yang paling aku benci. Apa yang kalian perbuat itu justru mendorong diriku untuk lebih merendahkan kalian. Suap yang kalian tawarkan itu adalah barang haram; dan kami Kaum Muslim tidak akan memakannya!” Mendengar jawaban seperti ini, orang-orang Yahudi pun berkata, ”Karena itulah langit dan bumi tetap tegak”.[HR. Imam Malik di dalam al-Muwatha’]
Seorang pemimpin harus memiliki keteguhan hati dan tidak mudah dipalingkan dari kebenaran dengan suap, bujuk rayu, godaan, dan iming-iming dunia. Pemimpin-pemimpin sejati adalah pemimpin yang mampu memimpin akal dan hatinya untuk selalu tegas, teguh, dan memiliki dedikasi yang tinggi dalam menjalankan amanah dari Allah swt.
Di dalam riwayat shahih dituturkan bahwasanya Nabi saw bersabda;
”Barangsiapa yang kami beri tugas untuk melakukan suatu pekerjaan, dan ia telah kami beri gaji, maka apa yang diambilnya selain dari itu (selain gaji) adalah kecurangan (ghulul)”. [HR. Imam Abu Dawud] [Syamsuddin Ramadhan]
Posting Komentar untuk "Keteguhan Hati Seorang Pemimpin"