Mempekerjaan Perempuan: Cara Kapitalisme Menghilangkan Peran Ibu
Konferensi Ibu Nusantara |
Di tengah derasnya gempuran pemikiran Barat. Ishmah Cholil dalam
orasinya memandang ada perbedaan cara pandang yang mendasar antara Islam
dan Barat terhadap perempuan. “Bila Islam selalu menjaga perempuan,
demi mengamankan tugas masa depan dan menjaga harmoni kehidupan, yakni
sebagai ibu generasi dan ratu rumah tangga, Barat justru berpaling dari
posisi itu,” papar Ishmah.
Dalam orasinya yang bertema, “Mempekerjaan Perempuan: Cara
Kapitalisme Menghilangkan Peran Ibu”. Ishmah Cholil (Aktivis Muslimah
HTI) memaparkan, bahwa Barat-kapitalis hanya menempatkan keuntungan
materi di atas segalanya, bagi Barat perempuan- ibu tak lebih hanya alat
untuk mengumpulkan materi. Bahkan Barat tak segan-segan mengeksploitasi
perempuan dalam hal ini ibu, baik financial, tenaga bahkan tubuhnya
hanya untuk mendapatkan keuntungan materi semata.
Ishmah melanjutkan, bahwa tidak hanya ibu yang menjadi korban. Namun
anak-anak pun ikut menderita, kurang kasih sayang dan jauh dari
mendapatkan perhatian. Merujuk dari hasil riset Lembaga Analis Kebijakan
dan Advokasi Perburuhan menunjukkan masih banyak ibu yang tidak
mendapatkan hak untuk memberikan ASI eksklusif terhadap anaknya.
Akibatnya, bayi-bayi buruh terancam mengalami gizi buruk.
Orasi kedua, disampaikan oleh Sumayyah ((Aktivis HT dari Malaysia),
memaparkan bahwa sejatinya kaum ibu saat ini benar-benar menjadi korban
sistem perdagangan bebas. Sumayyah mengungkapkan di Malaysia ada
program pemberdayaan wanita untuk tujuan menggalakkan wanita bekerja.
Di antaranya pemerintah Malaysia telah merancang untuk meningkatkan
keterlibatan wanita dalam pembangunan ekonomi Negara dan keluarga
berdasarkan pada kesepakatan APEC 2013.
Gurita perdagangan bebas telah menjerat ibu-ibu di seluruh nusantara.
Hingga ibu pun terlepas dari peran utamanya. Sehingga gerakan
mendorong perempuan bekerja secara massif hanyalah sekedar gerakan
bertahan hidup di tengah situasi yang sulit. Bukan melejitkan ekonomi
negara sebagaimana yang dipropagandakan, ungkap Nida Sa’adah dari
Muslimah HT, sebagi pembicara ke tiga .
Perempuan hanya dijadikan sebagai mesin produksi ekonomi riil di
skala mikro dan menengah, sementara Barat tetap memonopoli akses SDAE
(Sumber Daya Alam dan Ekonomi). Seharusnya Penyelesaian problem
kesejahteraan ekonomi keluarga diselesaikan secara mikro dan makro
policy (kebijakan politik ekonomi negara). Perempuan juga dijadikan
sebagai pasar yang memulihkan ekonomi Barat. Ketika pendapatan keluarga
meningkat dan daya beli meningkat, maka mereka secara massal bisa
membeli produk-produk Barat, karena pasar dibiarkan tanpa proteksi dari
negara (pasar bebas), tegas Nida.
Kondisi ini menggambar kaum ibu benar-benar dalam kondisi yang
memprihatinkan akibat dari diterapkannya sistem kapitalis sekuler yang
hanya memandang materi semata, dan harus ada sebuah sistem alternatif
lain yang akan memuliakan kaum ibu. [hti/visimuslim.com]
Posting Komentar untuk "Mempekerjaan Perempuan: Cara Kapitalisme Menghilangkan Peran Ibu"